Sesuai dengan fungsi utama perbankan sebagai penghimpun dana masyarakat, maka bank berkewajiban untuk menerima uang dari sejumlah nasabah atas
produk perbankan yang dipilih, seperti tabungan dan deposito yang selanjutnya bank akan menyalurkan ke dalam produk perbankan yang lain,
misalnya pemberian kredit. d. Kewajiban untuk melaporkan kegiatan perbankan secara transparan kepada
masyarakat. Kewajiban yang dimaksud adalah bahwa bank wajib melakukan kegiatan yang
dilakukan selama kurun waktu tertentu dalam bentuk neraca rugilaba dan laporan keuangan yang wajib dimuat dalam media massa setiap 3 bulan.
e. Kewajiban bank untuk mengetahui secara mendalam nasabahnya. Adapun yang dimaksud dengan kewajiban ini adalah bank wajib meminta
keterangan bukti dari diri nasabah yang bertujuan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari apabila seseorang akan mengambil
atau menarik uangnya dari bank yang bersangkutan.
D. Hubungan Hukum Antara Bank Dengan Nasabah Debitur
Hubungan antara nasabah dan bank didasarkan pada dua unsur yang paling terkait, yakni hukum dan kepercayaan. Suatu bank hanya bisa melakukan kegiatan
dan mengembangkan bank, apabila masyarakat percaya untuk menyimpan uangnya pada produk-produk perbankan yang ada pada bank tersebut.
Berdasarkan kepercayaan masyarakat tersebut, bank dapat memobilisasi dana dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
masyarakat untuk ditempatkan pada banknya dan bank akan memberikan jasa-jasa perbankan.
66
Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 hubungan antara bank dengan nasabah debitur dimaknai sebagai hubungan nasabah yang memperoleh
fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinisp syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan prinsip perjanjian bank dan nasabah yang
bersangkutan. Bentuknya dapat berupa kredit seperti kredit modal kerja, kredit investasi, atau kredit usaha kecil. Juga dapat berupa pembiayaan murabahahh,
kredit kepemilikan rumah, dan lain-lain.
67
Dalam KUH Perdata buku II, tidak tercantum istilah kredit. Demikian pula Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tidak merumuskan pengertian dan konstruksi hubungan hukum dalam pemberian kredit bank tersebut. Hanya saja
dapat diketahui, bahwa kelahiran pemberian kredit bank itu berdasarkan kepada persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam uang antara bank sebagai
kreditur dan pihak lain nasabah peminjam dana sebagai kreditur dalam jangka waktu tertentu, yang telah disetujui atau disepakati bersama dan pihak peminjam
mempunyai kewajiban untuk melunasi hutangnya tersebut dengan memberikan sejumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.
68
Pada aspek ini, momentum yuridis yang melatarbelakangi hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur adalah asas konsensualisme, kata sepakat
66
Ronny Sautma Hotma Bako, Hubungan Bank dan Nasabah terhadap Produk Tabungan dan Deposito, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995, hal.
67
Lukman Santoso AZ, Op.Cit, hal. 58.
68
Rachmadi Usman , Penyelesaian, hal.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
merupakan salah satu syarat subjektif untuk melahirkan perjanjian, sedangkan uang atau yang dipersamakan dengan itu merupakan objek perjanjian yang tidak
boleh bertentangan dengan Undang-undang, kesusilaan atau ketertiban umum sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1320 angka 4 jo Pasal 1327 KUH Perdata.
Dari segi kacamata hukum perdata secara khusus, hubungan antara nasabah dan bank dapat dibagi dalam dua bentuk, yaitu:
69
1 Hubungan Kontraktual 2 Hubungan Nonkontraktual
Pembagian ini sebenarnya hampir sama dengan pembagian sebelumnya, namun terdapat spesifikasi istilah yang digunakan. Kedua hubungan tersebut
memiliki dimensi yang masing-masing berbeda. Untuk itu berikut tinjauan lebih luas tentang kedua hubungan tersebut:
1. Hubungan Kontraktual Terhadap nasabah debitur, hubungan kontraktual tersebut berdasarkan atas
suatu kontrak yang dibuat antara sebagai kreditur pembeli dana dan pihak debitur peminjam dana. Hukum kontrak yang menjadi dasar terhadap
hubungan bank dan nasabah debitur bersumber dari ketentuan-ketentuan KUH Perdata tentang kontrak buku ketiga. Sebab, menurut Pasal 1338 ayat 1
KUH Perdata bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berkekuatan sama dengan Undang-undang bagi kedua belah pihak.
Berbeda dengan nasabah debitur, maka untuk nasabah deposan atau nasabah debitur nondebitur-nondeposan, tidak terdapat ketentuan yang khusus
69
Ibid., hlm. 62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengatur kontrak jenis ini dalam KUH Perdata. Karena itu kontrak-kontrak untuk nasabah seperti itu hanya tunduk kepada ketentuan-ketentuan umum
dari KUH Perdata mengenai kontrak. Di samping itu, berbeda dengan kontrak untuk nasabah debitur, terutama kredit yang seringkali diatur cukup
komprehensif, maka untuk kontrak antara bank dan nasabah deposan atau nasabah nondeposan-nondebitur lazimnya hanya diatur dalam bentuk kontrak
yang sangat simple. Itupun sama seperti untuk kontrak kredit, diberlakukannya kontrak dalam bentuk kontrak standart kontrak baku, yang
biasanya terdapat ketentuan yang berat sebelah, dimana pihak bank seringkali lebih diuntungkan.
70
Akan tetapi, sungguh pun dianut prinsip bahwa hubungan nasabah penyimpan daan dengan bank adalah hubungan kontraktual, dalam hal ini
hubungan-hubungan kreditur-debitur, di mana pihak bank berfungsi sebagai debitur sedangkan pihak nasabah berfungsi sebagai kreditur, prinsip hubungan
seperti ini juga tidak dapat diberlakukan secara mutlak. Karena itu, sebenarnya ada tingkatan dari pemberlakuan hubungan kontraktual atas hubungan antara
nasabah penyimpan dana dengan bank, yaitu sebagai berikut:
71
1 Sebagai hubungan debitur bank dan kreditur nasabah; 2 Sebagai hubungan kontraktual lainnya yang lebih luas dari hanya sekedar
hubungan debitur-kreditur; 3 Sebagai hubungan implied contract, yaitu hubungan kontrak yang tersirat;
70
Lukman Santoso AZ, Op.Cit., hal 63.
71
Ibid., hal.63-64.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Misalnya jika pihak nasabah dapat kapan saja menutup dan mengakhiri hubungannya dengan pihak bank tanpa pemberintahuan sama sekali, bahkan
tanpa sepengetahuan bank seperti penarikan uang seluruhnya lewat mesin ATM, tetapi pihak Bank tidak dapat begitu saja memutuskan hubungan
kontrak dengan nasabahnya. Karena pada prinsipnya hubungan antara nasabah penyimpan dana dengan bank adalah hubungan kontraktual tersebut
hubungan kreditur-debitur, maka tidak mengherankan jika dalam praktik, seringkali pihak nasabah, terutama nasabah penyimpan dana tidak mendapat
perlindungan perlindungan yang sewajarnya oleh sektor hukum.
72
2. Hubungan Non-Kontraktual Selain dari hubungan kontraktual seperti yang telah disebutkan di atas,
terdapat enam jenis hubungan khusus antara nasabah dan bank, yaitu:
73
a. Hubungan kepercayaan fiduciary relation Hubungan hukum antara nasabah dan bank selain didasarkan atas asas-
asas umum dari hukum perjanjian juga didasari oleh asas-asas khusus. Artinya nasabah hanya bersedia menyimpan dananya pada suatu bank, apabila nasabah
percaya pada bank yang bersangkutan mampu untuk membayar kembali dananya apabila dana di tagih.
74
Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan telah mengatur hubungan antara nasabah dan bank bukan hanya sekedar hubungan
72
Ibid., hal.64
73
Ibid.
74
Ibid., hal. 65.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kontraktual biasa antara debitur dan kreditur tetapi juga hubungan kepercayaan. Ketentuan ini dapat kita lihat dalam:
75
1 Penjelasan Pasal 29 yang menyatakan bahwa bank terutama bekerja
dengan dana dari masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan.
2 Penjelasan Pasal 29 ayat 4 yang menyatakan bahwa untuk
kepentingan nasabah,
bank menyediakan
informasi mengenai
kemungkinan timbulnya risiko kerugian bagi transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.
3 Penjelasan Pasal 40 ayat 1 menjelaskan bahwa apabila nasabah bank
adalah nasabah penyimpan dana yang sekaligus juga sebagai nasabah debitur, bank wajib tetap merahasiakan keterangan tentang nasabah dalam
kedudukannya sebagai nasabah penyimpan. b. Hubungan kerahasiaan confidential relation
Hubungan nasabah dan bank juga mempunyai sifat kerahasiaan. Hubungan ini diperlukan bank untuk menjaga kepercayaan masyarakat yang
menyimpan dananya di bank.
76
Dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1998, khusus seputar kerahasian bank diatur dalam Pasal 40 sampai Pasal 45 beserta ketentuan pidananya. Pada
Pasal 40 dinyatakan bahwa, bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 44 dan Pasal 44A.
75
Ibid., hal. 65.
76
Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam hubungan ini yang menurut kelaziman wajib dirahasiakan oleh bank adalah seluruh data dan informasi dari nasabah penyimpan mengenai
segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain dari orang dan badan yang diketahui oleh pihak bank karena kegiatan usahanya. Adanya
ketentuan tersebut ditegaskan bahwa bank harus memegang teguh rahasia bank
c. Hubungan Kehati-hatian Prudential Relation Ketentuan Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 yang
mewajibkan bank untuk melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian dihubungkan dengan kewajiban untuk tidak merugikan kepentingan nasabah
yang memercayakan dananya kepada bank, merupakan penegasan bahwa sekalipun pada hakikatnya uang yang disimpan oleh nasabah penyimpan dana
telah menjadi milik bank sejak disetorkan dan selama dalam penyimpanan bank tetapi bank tidak mempunyai kebebasan mutlak untuk menggunakan
uang itu seperti halnya apabila bank adalah kreditur biasa dalam perjanjian verbruiklening, atau secara khusus perjanjian pinjam-meminjam uang. Bank
harus atau hanya boleh menggunakan uang itu sedemikian rupa untuk tujuan dan dengan cara yang dapat menjamin kepastian bahwa bank itu nantinya
akan mampu membayar kembali dana masyarakat yang disimpan kepadanya apabila ditagih oleh para penyimpannya. Dalam hal dana itu dipakai untuk
pemberian kredit, maka bank hanya boleh memberikan kredit dengan menggunakan dana yang berasal dari simpanan masyarakat itu kepada
nasabah yang telah diyakini benar oleh bank mempunyai kemampuan dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kesanggupan untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Mengingat hal yang demikian ini, maka hubungan antara bank dan nasabah
penyimpan dana adalah hubungan kontraktual antara debitur dan kreditur yang dilandasi oleh asas kehati-hatian prudentially principle. Oleh karena itu
hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dana adalah juga suatu hubungan kehati-hatian atau prudential relation.
77
Selain ketentuan tersebut, dalam hal penggunaan jasa perbankan, maka dapat pula diterapkan peraturan berdasarkan prinsip-prinsip hukum perjanjian
yang terdapat dalam KUH Perdata. Prinsip-prinsip itu antara lain:
78
1 Prinsip Konsesualitas kesepakatan Prinsip ini diartikan sebagai satu kesamaan kehendak dari para pihak
untuk mengadakan hubungan hukum yang mengikat para pihak untuk mengadakan hubungan hukum yang mengikat para pihak dalam segala
konsekuensinya sejauh materi yang diatur dalam perjanjian itu. 2 Prinsip Openbaarheid keterbukaan
Dilihat dari prinsip-prinsip hubungan antara bank dan nasabahnya maka bank dalam menjalankan usahanya tidak hanya bertindak untuk
kepentingan bank sendiri, tapi juga harus memperhatikan kepentingan nasabah yang telah mempercayakan uang mereka kepada bank. Adanya
hubungan timbal-balik yang saling menguntungkan mewajibkan kedua belah pihak yang terkait untuk menjaga hubungan itu dengan itikad baik
dan pelayanan yang sesuai dengan apa yang dijanjikan.
77
Sutan Remi Sjahdeini,Op.Cit., hal. 192.
78
Ibid., hal.69.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DALAM