BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Perkawinan Usia Muda
Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan responden dengan perkawinan usia muda. Dari tabel analisis bivariat menunjukan 66,7 responden
berpengetahuan kurang melakukan perkawinan usia muda sedangkan 94,7 responden berpengetahuan baik tidak melakukan perkawinan usia muda. Hasil uji chi-square diperoleh
bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perkawinan usia muda pada penduduk kelompok umur 12-19 tahun p=0,001.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2003.
Responden mengatakan memperoleh pengetahuan dari lingkungan sekitar mereka, yaitu dengan melihat kehidupan pasangan muda yang melakukan perkawinan usia muda. Sebagian
besar kehidupan pasangan muda tersebut mengalami kesulitan dalam bidang ekonomi. Pengetahuan mempunyai hubungan yang dengan perkawinan usia muda karena penduduk
kelompok umur 12-19 tahun yang berpengetahuan baik mengetahui akibat dari perkawinan usia muda, hal ini dilihat dari hasil wawancara yang menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk
kelompok umur 12-19 tahun yang tidak melakukan perkawian usia muda berpengetahuan baik yaitu 36 responden 94,7 .
5.2 Hubungan Pendidikan dengan Perkawinan Usia Muda
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa 20,51 responden yang berpendidikan SMA yang melakukan perkawinan usia muda, sedangkan 0 responden yang berpendidikan SD
Universitas Sumatera Utara
melakukan perkawinan usia muda. Pendidikan merupakan variabel yang mempunyai peran penting terhadap seseorang terutama dalam mengambil keputusan untuk suatu masalah atau
tindakan. Tingkat pendidikan yang rendah atau tidak melanjutkan sekolah lagi bagi seorang wanita
dapat mendorong untuk cepat-cepat menikah. Permasalahan yang terjadi karena mereka tidak mengetahui seluk beluk perkawinan sehingga cenderung untuk cepat berkeluarga dan melahirkan
Sekarningrum, 2002. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Gejugjati dan Lekok Kabupaten Pasuruan sebanyak 35 pasangan yang menikah dibawah umur dipengaruhi
oleh faktor pendidikan Hanggra, 2010. Dalam penelitian yang dilakukan p=0,195, tidak ada hubungan pendidikan responden
dengan perkawinan usia muda. Responden yang berpendidikan SD yang melakukan perkawinan usia muda 0 sedangkan yang berpendidikan SMA 20,5. Hasil penelitian menunjukan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi belum tentu tidak melakukan perkawinan usia muda. Pendidikan yang tinggi tidak menentukan banyak nya informasi yang diperoleh tentang damapak
dari perkawinan usia muda.
5.3 Hubungan Pendidikan Ayah dengan Perkawinan Usia Muda