Sejarah Perdagangan Berjangka TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH DALAM

BAB III TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH DALAM

TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA

A. Sejarah Perdagangan Berjangka

Menurut sejarahnya, perdagangan berjangka dimulai di Amerika tepatnya di Chicago sekitar tahun 1800. Pada waktu itu produsen komoditi dan penggunanya bersepakat untuk memperkecil resiko yang timbul akibat terjadinya perubahan harga komoditi. 77 77 Johanes Ariffin Wijaya, Bursa Berjangka, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005, hal. 1. pemasaran biji-bijian grain seperti gandum, jagung, dan kedelai di Chicago sangat sulit. Masalah yang dihadapi adalah musim, jalur distribusi yang lambat, dan gagal panen. Pada musim semi, harga grain di Chicago sangat tinggi, sebaliknya pada musim panen harga grain turun drastis. Petani tidak memiliki tempat penyimpanan yang memadai sehingga pada musim panen, grain yang berlimpah langsung dijual. Penawaran yang lebih banyak daripada permintaan ini menyebabkan harga grain jatuh. Lambatnya pendistribusian hasil panen juga merupakan masalah tersendiri. Dengan sarana transportasi yang kurang memadai, hasil panen tiba di pembeli dalam waktu yang relatif lama dan dengan kualitas yang tidak sebaik ketika masih berada di tangan penjual. Gagal panen menyebabkan persediaan grain di pasar menjadi sedikit, sementara di sisi lain permintaan akan grain besar, sehingga Universitas Sumatera Utara kebutuhan grain tidak terpenuhi dan petani menjual hasil panennya dengan harga yang sangat tinggi. Permasalahan-permasalahan diatas membuat para pihak yang terlibat petani selaku produsenpenjual dan pabrik pengolahan selaku pembelikonsumen merasa perlu untuk mengatasinya. Diperlukan suatu pasar untuk tempat bertemunya penjual petani dan pembeli pabrik pengolahan dan suatu mekanisme untuk menjual danatau membeli dengan penyerahan di kemudian hari kontrak forward. 78 Hal tersebut melatarbelakangi didirikannya bursa berjangka modern pertama yang dikenal dengan nama Chicago Board of Trade CBoT. Kontrak forward yang pertama diperdagangkan di CBoT adalah 3000 gantang 1 gantang = 36 liter jagung dengan harga 1 sen dollar Amerika Serikat per gantang di bawah harga pembukaan tanggal 13 Maret 1851 untuk pengiriman di bulan Juni. 79 Kontrak forward yang diperdagangkan di CBoT masih memiliki kelemahan, salah satunya adalah ketiadaan standar kontrak. Untuk itulah kontrak forward terus dikembangkan hingga menjadi kontrak futures. Perbedaan mendasar antara kontrak forward dengan kontrak futures adalah pada kontrak forward, harga ditentukan secara pribadi antara penjual dan pembeli, sementara pada kontrak futures, harga ditentukan dalam lelang terbuka yang melibatkan penjual dan pembeli dalam jumlah banyak. 80 78 Forward adalah transaksi yang pelaksanaan atau penyelesaiannya dilakukan di Selain perbedaan dalam hal pembentukan harga, kontrak forward mengharuskan kemudian hari, misalnya pembelian yang dilakukan sekarang sementara penyerahan barangnya dilakukan kelak. Lihat Komaruddin Sastradipoera, Kamus Uang, Kredit, Bank, Bandung: Kappasigma, 2001, hal.106. 79 Pantas Lumban Batu, Perdagangan Berjangka Futures Trading, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010, hal. 16. 80 Wijaya, op.cit., hal. 3. Universitas Sumatera Utara adanya penyerahan secara fisik, dalam hal ini penjual wajib menyerahkan komoditi yang disepakati dan pembeli wajib menerima komoditi tersebut sesuai dengan kontrak. Sementara dalam kontrak futures, penjual dalam hal ini petani lebih fleksibel dalam memasarkan hasil taninya. Pada waktu panen, petani dapat menjual produknya di pasar fisik dan membelinya di dalam kontrak berjangka. Kontrak berjangka memberi peluang bagi petani untuk menahan produknya selama musim panen sampai harga yang diinginkan. Transaksi kontrak berjangka yang dilakukan dapat direalisasikan penyerahan komoditinya beberapa bulan kemudian sesuai spesifikasi kontrak berjangka tersebut. 81 Seiring dengan berdirinya CBoT, pasar perdagangan berjangka futures market mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bursa-bursa baru bermunculan di Amerika, antara lain Chicago Merchantile Exchange, the New York Cotton Exchange, the New York Sugar Exchange, New Orleans Cotton Exchange, dan New York Coffee Exchange. Perkembangan yang sedemikian pesat ini mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah Amerika. Pada tahun 1936, dikeluarkanlah Commodity Exchange Act yang mengatur mengenai perdagangan berjangka untuk komoditi hasil pertanian. Karena kebutuhan yang semakin meningkat, selain kontrak berjangka hasil tani, diperkenalkan juga kontrak berjangka untuk instrumen finansial keuangan. Untuk mengakomodir hal ini, pada tahun 1974, Commodity Exchange Act kemudian diubah menjadi Commodity Futures Trading Commission Act, yang mengatur 81 Lumban Batu, op.cit., hal. 41. Universitas Sumatera Utara mengenai perdagangan berjangka komoditi metal dan mineral, valuta asing, dan komoditi yang diperdagangkan secara internasional. Commodity Futures Trading Act 1974 pada tahun 1982 kembali diamandemen menjadi Futures Trading Act 1982 yang memperluas cakupan perdagangan berjangka sehingga meliputi produk stok indeks dan single stock futures. Penyempurnaan pengaturan terus dilakukan dan pada tahun 1992, Futures Trading Act 1982 diubah menjadi Futures Trading Practises Act 1992, yang didalamnya juga mengatur mengenai derivative financial futures. Penyempurnaan terakhir dari peraturan perdagangan berjangka di Amerika dilakukan tahun 2000 dengan mengubah Futures Trading Practises Act 1992 menjadi Commodities Futures Modernization Act 2000. Adapun pengawasan atas perdagangan berjangka komoditi dan finansial di Amerika dilakukan oleh suatu badan yang dinamakan Commodity Futures Trading Commission. Selain di Amerika, perdagangan berjangka juga meluas di benua Asia. Negara-negara di Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, dan Indonesia masing-masing memiliki pengaturan tersendiri dalam hal perdagangan berjangka. Jepang memiliki Commodity Exchange Law No.52 of 1990 yang mengatur mengenai perdagangan berjangka komoditi yang pengawasannya dilakukan oleh Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri untuk komoditi hasil industri dan Menteri Agrikultur, Kehutanan, dan Perikanan untuk komoditi hasil pertanian. Sementara untuk perdagangan berjangka finansial, Jepang memiliki Financial Futures Transaction Law No.77 of 1988 yang pengawasannya dilakukan oleh Menteri Keuangan. Korea Selatan memiliki Futures Universitas Sumatera Utara Trading Act of 1995 yang kemudian diubah menjadi Futures Trading Act of 2000 yang mengatur mengenai perdagangan berjangka komoditi serta perdagangan berjangka finansial dan option.30 Pengawasan atas perdagangan berjangka di Korea Selatan dilakukan oleh Financial Supervisory Commission. Singapura memiliki Securities and Futures Act of 2002. Pengawasan atas perdagangan berjangka komoditi dan finansial di Singapura dilakukan oleh Monetary Authority of Singapore. Perdagangan berjangka di Malaysia diatur dalam Futures Industry Act of 1983. Pengawasannya dilakukan oleh Securities Commission of Malaysia.

B. Perdagangan Berjangka Di Indonesia

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Perusahaan Pialang Berjangka yang Dibubarkan.

3 86 93

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Perusahaan Pialang Berjangka yang Dibubarkan.

4 94 93

Peranan PT Premier Equity Futures Dalam Menjamin Dana Nasabah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi

0 8 36

Perlindungan Hukum Terhadap Investor Atas Pailitnya Perusahaan Pilang Berjangka Dalam Perjanjian Kerjasama Investasi Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi Junctio Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tent

0 8 1

Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Dalam Perdagangan Berjangka Komoditi Atas Perilaku Pialang Berjangka Yang Tidak Mendapat Izin Usaha Dari Bappebti Dikaitkan Dengan UU. Perdagangan Berjangka Komoditi.

0 0 2

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI PT.MILLENIUM PENATA FUTURES.

0 0 12

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

0 0 87

BAB II PERAN SERTA PERUSAHAAN PIALANG DAN WAKIL PIALANG DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DI INDONESIA A. Pengertian Perusahaan Pialang - Perlindungan Hukum Nasabah Perusahaan Pialang Terhadap Perdagangan Berjangka Komoditi Di Tinjau Dari Und

0 0 48

BAB I `PENDAHULUAN A. Latar belakang Perdagangan Berjangka merupakan salah satu bentuk investasi baru dimana - Perlindungan Hukum Nasabah Perusahaan Pialang Terhadap Perdagangan Berjangka Komoditi Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011

0 0 21

PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI SAHAM MELALUI PIALANG BERJANGKA BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI (Studi Kasus di PT. Fasting Futures Semarang) - Unika Repository

0 0 10