Analisis Produktivitas Dengan Metode Marvin E. Mundel Pada PT. Karya Murni Perkasa

(1)

ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN METODE MARVIN E.

MUNDEL PADA PT. KARYA MURNI PERKASA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

DANIEL SINAGA 0 8 0 4 0 3 0 5 0

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “Analisis Produktivitas Dengan Metode Marvin E. Mundel Pada PT. Karya Murni Perkasa” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik, Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Adapun isi dari laporan ini adalah analisis produktivitas total dan produktivitas parsial perusahaan dan ouput hasil penjualan produk dan input biaya bahan, tenaga kerja, energi, depresiasi, dan modal. Dengan melakukan analisis produktivitas maka dapat dirancang suatu usulan strategi peningkatan produktivitas perusahaan .

Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini, maka dengan kerendahan hati penulis mohon maaf dan menerima kritik saran yang membangun dalam penelitian ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS. Oktober 2014


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah kepada saya untuk dapat mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Departemen Teknik Industri USU.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian laporan ini. Terima kasih untuk ilmu, inspirasi, motivasi dan dukungan luar biasa yang penulis dapatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian tugas akhir ini. Pada kesempatan kali ini penulis mencoba untuk menyebutkan pihak atau nama dalam lembaran ucapan terima kasih ini.

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang telah memberi izin pelaksanaan tugas sarjana ini.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang telah memberi izin pelaksanaan tugas sarjana ini.

3. Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membimbing dan mengajarkan ilmu serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.

4. Ibu Ir. Elisabeth Ginting, M.Si Dosen Pembimbing II yang telah banyak membimbing dan mengajarkan ilmu serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.


(8)

5. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Koordinator Tugas Akhir atas waktu, bimbingan dan masukan yang diberikan kepada saya dalam penyelesaian tugas sarjana ini.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng selaku Ketua Bidang Rekayasa Manufaktur atas waktu, bimbingan dan masukan yang diberikan kepada saya dalam penyelesaian tugas sarjana ini.

7. Bapak/Ibu Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan tugas sarjana ini.

8. Seluruh Dosen Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan ilmu kepada saya selama proses perkuliahan.

9. Pimpinan serta seluruh staf dan karyawan PT. Karya Murni Perkasa yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian.

10.Seluruh Staf Administrasi Departemen Teknik Industri USU untuk waktu dan bantuannya kepada saya selama ini.

11.Ayah dan Ibu, R. Sinaga dan R. Simanungkalit yang selalu memberikan motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. 12.Rekan-rekan angkatan 2008 Teknik Industri Fakultas Teknik USU.


(9)

ABSTRAK

PT Karya Murni Perkasa merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi aspal hotmix. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah banyaknya bahan baku yang terbuang pada proses produksi. Penurunan perbandingan bahan baku dan outpun mengindikasikan rendahnya produktivitas perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran produktivitas menggunakan metode

Marvin E Mundel pada PT Karya Murni Perkasa terlebih dahulu. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi, mengukur, menganalisis dan melakukan perbaikan produktivitas perusahaan. Hasil pengukuran produktivitas pada tahun 2013 adalah 1,899 dan pada tahun 2014 adalah 1,445. Berdasarkan fishbone diagram penyebab rendahnya produktivitas perusahaan adalah banyaknya bahan baku yang terbuang, keterlambatan pasokan energi dan perawatan mesin dan peralatan yang tidak teratur. Perbaikan yang diusulkan adalah evaluasi produktivitas menggunakan metode Productivity Evaluation Tree (PET) menghasilkan pengurangan nilai input melalui perhitungan tenaga kerja aktual sehingga produktivitas total meningkat sebanyak 0,004. Usulan kebijakan untuk perusahaan yaitu dengan menggunakan tenaga kerja aktual sebanyak 17 orang yang sebelumnya sebanyak 21 orang.

Kata Kunci : Metode Marvin E Mundel, Produktivitas, Fishbone Diagram, Productivity Evaluation Tree (PET).


(10)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1 Latar Belakang Masalah ... ... I-1

1.2 Rumusan Permasalahan... ... I-4

1.3 Tujuan Penelitian... I-4 1.4 Manfaat Penelitian... I-4


(11)

1.5 Pembatasan dan Asumsi Penelitian ... I-5 1.6 Sistematika Penulisan Laporan ... I-6

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1 Sejarah Perusahaan ... II-1

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB HALAMAN

2.2 Organisasi Dan Manajemen Perusahaan ... II-2 2.2.1 Struktur Organisasi Perusahaan ... II-2 2.2.2 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-2 2.3 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja... II-4 2.3.1 Jumlah Tenaga Kerja ... II-4 2.3.2 Jam Kerja... II-4 2.4 Sistem Pengupahan ... II-5 2.5 Proses Produksi ... II-6 2.5.1 Standar Mutu Bahan/Produk ... II-6 2.5.2 Bahan yang Digunakan ... II-7 2.5.3 Uraian Proses... II-8 2.6 Mesin dan Peralatan ... II-9


(12)

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1 Pengukuran Produktivitas ... III-1 3.2 Penyebab Pengukuran Produktivitas ... III-2 3.3 Siklus Produktivitas... III-4 3.4 Model Pengukuran Produktivitas ... III-5 3.5 Konsep Dasar Pengukuran Produktivitas Marvin E. Mundel ... III-7 3.6 Analisis Produktivitas ... III-9

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB HALAMAN

3.7 Evaluasi Produktivitas ... III-11 3.8 Perencanaan Peningkatan Produktivitas Perusahaan ... III-18 3.9 Inflasi dan Deflasi ... III-19 3.10 Depresiasi ... III-21

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1 Lokasi Penelitian ...

... IV-1

4.2 Jenis Penelitian ... ... IV-1


(13)

4.4 Identifikasi Variabel Penelitian ... IV-2 4.5 Pengumpulan Data ... IV-3 4.5.1 Sumber Data ... IV-3 4.5.2 Metode Pengumpulan Data ... IV-4 4.6 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... IV-4 4.6.1 Metode Pengolahan Data ... IV-4 4.6.2 Metode Analisis Data ... IV-6 4.7 Kesimpulan dan Saran ... IV-8

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... V-1

5.1 Pengumpulan Data ... V-1

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB HALAMAN

5.2 Pengolahan Data ... V-9 5.2.1 Perhitungan Harga Konstan ... V-9 5.2.2 Perhitungan Resources Input Partial ... V-12 5.2.3 Perhitungan Output Partial ... V-13 5.2.4 Perhitungan Produktivitas ... V-14 5.2.4.1 Produktivitas Total ... V-14 5.2.4.2 Produktivitas Parsial ... V-14 5.2.4.2.1 Produktivitas Parsial Depresiasi ... V-14


(14)

5.2.4.2.2 Produktivitas Parsial Energi ... V-15 5.2.4.2.3 Produktivitas Parsial Modal ... V-16 5.2.4.2.4 Produktivitas Parsial Tenaga Kerja ... V-16 5.2.4.2.5 Produktivitas Parsial Bahan Baku ... V-17

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1 Analisis ... VI-1 6.1.1 Analisis Indeks Produktivitas Total ... VI-1 6.1.2 Analisis Indeks Produktivitas Parsial ... VI-2 6.1.2.1 Analisis Indeks Produktivitas Parsial Depresiasi . VI-2 6.1.2.2 Analisis Indeks Produktivitas Parsial Tenaga

Kerja ... VI-2

DAFTAR ISI (lanjutan)

BAB HALAMAN

6.1.2.3 Analisis Indeks Produktivitas Parsial Bahan

Baku ... VI-3 6.1.2.4 Analisis Indeks Produktivitas Parsial Energi ... VI-4 6.1.2.5 Analisis Indeks Produktivitas Parsial Modal ... VI-5 6.1.3 Analisis Perubahan Produktivitas ... VI-5 6.1.4 Analisis Produktivitas Total dengan Fungsi Produktivitas


(15)

6.1.5 Analisis Profit Perusahaan Terhadap Produktivitas

Total ...………... .. VI-9 6.1.6 Fishbone Diagram ... VI-12 6.2 Pemecahan Masalah ... VI-15 6.2.1 Perhitungan Jumlah Tenaga Kerja Aktual ... VI-15 6.2.2 Evaluasi Pohon Produktivitas... VI-18

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1 Kesimpulan ... VII-1 7.2 Saran ... VII-1

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Skema Susunan Organisasi PT. Karya Murni Perkasa ... ... II-3

3.1 Model Siklus Produktivitas “MEPI” ... ... III-4


(16)

3.2 Elemen-elemen Input dalam Total Productivity Model ... III-6 3.3 Productivity Evaluation Tree ... III-16 4.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-2 4.2 Flow Chart Langkah-langkah Penelitian ... IV-7 4.3 Flow Chart Pengolahan Data ... IV-8 6.1 Grafik Indeks Produktivitas Total ... VI-1 6.2 Grafik Indeks Produktivitas Parsial Fixed Capital ... VI-2 6.3 Grafik Indeks Produktivitas Parsial Tenaga Kerja... VI-3 6.4 Grafik Indeks Produktivitas Parsial Bahan Baku... VI-4 6.5 Grafik Indeks Produktivitas Parsial Energi... VI-4 6.6 Grafik Indeks Produktivitas Parsial Working Capital ... VI-5 6.7 Perubahan Produktivitas Total ... VI-6 6.8 Profit Perusahaan Terhadap Produktivitas Total Perusahaan ... VI-10 6.9 Diagram Tulang Ikan Produktivitas ... VI-15

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1.1 Jumlah Bahan Baku dan Aspal Hotmix yang Dihasilkan ... I-2 2.1 Data Tenaga Kerja ... II-4


(17)

2.2 Jam Kerja Karyawan Pada Bagian Produksi ... II-5 2.3 Komposisi Bahan Baku Agregat ... II-7 3.1 Productivity Evaluation Tree (PET) ... III-15 5.1 Jam Kerja Tenaga Kerja... V-1 5.2 Biaya Energi... V-2 5.3 Biaya Bahan Baku... V-3 5.4 Biaya Perawatan Mesin dan Peralatan ... V-4 5.5 Gaji Tenaga Kerja Langsung ... V-4 5.6 Gaji Tenaga Kerja Tidak Langsung ... V-5 5.7 Total Biaya Tenaga Kerja ... V-5 5.8 Nilai Investasi Awal dan Akhir Mesin dan Peralatan ... V-6 5.9 Biaya Depresiasi Mesin ... V-7 5.10 Inflasi ... V-8 5.11 Volume Produksi Aspal Hotmix ... V-8 5.12 Harga Konstan Biaya Tenaga Kerja ... V-9 5.13 Harga Konstan Biaya Bahan Baku ... V-10 5.14 Harga Konstan Biaya Energi ... V-10

DAFTAR TABEL (lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.15 Harga Konstan Modal Kerja ... V-11 5.16 Harga Konstan Biaya Depresiasi ... V-11


(18)

5.17 Harga Konstan Biaya Ouput ... V-12 5.18 Total Input Partial ... V-13 5.19 Output Partial ... V-13 5.20 Produktivitas Total dan Indeks Produktivitas Total... V-14 5.21 Produktivitas Parsial Fixed Capital ... V-15 5.22 Produktivitas Parsial Energi ... V-15 5.23 Produktivitas Parsial Working Capital... V-16 5.24 Produktivitas Parsial Tenaga Kerja ... V-16 5.25 Produktivitas Parsial Bahan Baku ... V-17 6.1 Perhitungan Perubahan Produktivitas Total... VI-6 6.2 Input Faktor Masing-Masing Produktivitas Parsial ... VI-8 6.3 Weight Corresponding Input Factor ... VI-8 6.4 Profit dan Produktivitas Total ... VI-11 6.5 Tingkatan Fishbone Diagram Turunnya Produktivitas Perusahaan. VI-14 6.6 Waktu Pengerjaan Produksi ... VI-15 6.7 Rekapitulasi Perhitungan Waktu Baku ... VI-17 6.8 Rekapitulasi Perhitungan Jumlah Tenaga Kerja Aktual ... VI-18 6.9 Resume VPT dan PVPT... VI-21

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

I. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... L-1 II. Inflasi Indonesia Menurut Kelompok Pengeluaran... L-2


(19)

III. Inflasi Kota Medan ... L-3 IV. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L-4 V. Surat Penjajakan ... L-5 VI. Surat Balasan dari Perusahaan ... L-6 VII. Surat Keputusan Tugas Sarjana ... L-7 VIII. Form Berita Acara Asistensi Dosen ... L-8

BAB I

PENDAHULUAN


(20)

ABSTRAK

PT Karya Murni Perkasa merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi aspal hotmix. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah banyaknya bahan baku yang terbuang pada proses produksi. Penurunan perbandingan bahan baku dan outpun mengindikasikan rendahnya produktivitas perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran produktivitas menggunakan metode

Marvin E Mundel pada PT Karya Murni Perkasa terlebih dahulu. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi, mengukur, menganalisis dan melakukan perbaikan produktivitas perusahaan. Hasil pengukuran produktivitas pada tahun 2013 adalah 1,899 dan pada tahun 2014 adalah 1,445. Berdasarkan fishbone diagram penyebab rendahnya produktivitas perusahaan adalah banyaknya bahan baku yang terbuang, keterlambatan pasokan energi dan perawatan mesin dan peralatan yang tidak teratur. Perbaikan yang diusulkan adalah evaluasi produktivitas menggunakan metode Productivity Evaluation Tree (PET) menghasilkan pengurangan nilai input melalui perhitungan tenaga kerja aktual sehingga produktivitas total meningkat sebanyak 0,004. Usulan kebijakan untuk perusahaan yaitu dengan menggunakan tenaga kerja aktual sebanyak 17 orang yang sebelumnya sebanyak 21 orang.

Kata Kunci : Metode Marvin E Mundel, Produktivitas, Fishbone Diagram, Productivity Evaluation Tree (PET).


(21)

Persaingan bisnis yang sangat kompetitif saat ini menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Produktivitas dapat menjadi suatu indikator keberhasilan perusahaan dalam pemanfaatan sumber daya dalam perusahaan untuk menghasilkan suatu produk yang diinginkan sehingga banyak perusahaan berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitasnya.

Produktivitas diartikan sebagai perbandingan antara nilai yang dihasilkan suatu kegiatan (output) terhadap nilai semua masukan yang digunakan dalam melakukan kegiatan tersebut (input). Pada tingkat perusahaan, produktivitas dilakukan untuk mengetahui seberapa optimal perusahaan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dalam menghasilkan output yang ditargetkan. Oleh karena itu, dilakukan pengukuran produktivitas sebagai cara peningkatan atau perbaikan produktivitas.1

Penelitian dilakukan di PT. Karya Murni Perkasa. Perusahaan ini bergerak dalam bidang produksi aspal. Bahan baku yang digunakan perusahaan dalam memproduksi aspal adalah pasir, batu dan ter. Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan, diketahui bahwa perusahaan belum optimal dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Berdasarkan Tabel 1.1, jumlah output yang dihasilkan cenderung mengalami penurunan bila dibandingkan dengan input yang digunakan. Misalnya pada bulan Juli 2013 penggunaan 4.801,77 m3 input bahan baku menghasilkan 4.179,01 ton aspal hotmix sedangkan pada bulan Agustus 2013 penggunaan 5.450,45 ribu m3 input bahan baku menghasilkan 5.728,02 ton aspal

1

Sukaria Sinulingga. 2010.Analisis dan Rekayasa Produktivitas. Universitas Sumatera Utara. Hal 36-37.85-90.


(22)

hotmix dan pada bulan September 2013 penggunaan 7.991,23 ribu m3 input bahan baku menghasilkan 7.341,03 ton aspal hotmix. Terjadi peningkatan penggunaan bahan baku sebesar 13,51% pada periode Juli - Agustus 2013 dan 46,62% pada periode Agustus – September 2013. Peningkatan Output juga terjadi sebesar 37,07% pada periode Juli – Agustus 2013 dan 28,16% pada periode Agustus – September 2013. Peningkatan jumlah bahan baku yang digunakan tidak sebanding dengan peningkatan output yang dihasilkan. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan belum maksimal memanfaatkan bahan baku dalam menghasilkan output yang mengakibatkan terjadinya penurunan produktivitas perusahaan sehingga harus dilakukan pengukuran produktivitas pada perusahaan.

Tabel 1.1 Jumlah Bahan Baku dan Aspal Hotmix yang Dihasilkan Bulan Aspal Hotmix

(ribu ton)

Total Input (ribu m3)

Juli ‘13 4.179,01 4.801,77

Agustus ‘13 5.728,02 5.450,45

September ‘13 7.341,03 7.991,23

Oktober ‘13 7.555,62 8.292,44

November ‘13 5.365,03 6.101,98

Desember ‘13 6.624,86 7.228,54

Januari ‘14 4.873,34 5.793,34

Februari ‘14 3.563,87 4.519,87

Maret ‘14 2.985,21 3.298,88

April ‘14 5.826,32 6.775,32

Mei ‘14 5.260,31 6.064,31

Juni ‘14 5.312,84 6.202,84

Sumber : PT. Karya Murni Perkasa

Terdapat beberapa metode pengukuran produktivitas yaitu metode

American Productivity Center (APC), The Total Productivity Model (TPM), Marvin E. Mundel, Hines, Craig-Hariss, dan Kendrick-Creamer. Pada penelitian ini digunakan metode Marvin E. Mundel karena memiliki pendekatan yang


(23)

paling sederhana dan mudah diterapkan di perusahaaan. Metode Marvin E. Mundel memiliki kelebihan dari pada metode lainnya seperti adanya indeks rasio

output dan input periode berjalan dengan periode dasar sehingga dapat dianalisis pekembangan output dan input terhadap periode dasar penelitian serta penggunaan output agregat dalam analisis produktivitas yang dilakukan.2

Penelitian yang dilakukan oleh M. Harizky Eko (2010) pada PT. Sukuntex yang merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang industri penenunan kain mori. Untuk mengetahui apakah produksi kain mori pada PT. Sukuntex mengalami peningkatan atau penurunan, maka perusahaan melakukan pengukuran produktivitas dengan menggunakan model Marvin E. Mundel. Data yang diperlukan diambil dari tahun 2001 sampai 2002 adalah tenaga kerja langsung, energi, perawatan dan kuantitas produksi. Dari hasil analisis didapatkan tingkat indeks produktivitas di bulan September, Oktober, November dan Desember tahun 2002 lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat indeks produktivitas tahun 2001. Peningkatan paling tinggi di bulan September 2002 dengan angka indeks mencapai 110,64%. Sedangkan penurunan indeks produktivitas terendah di bulan Februari 2002 dengan angka indeksnya hanya sebesar 81,43%. Dengan kondisi indeks produktivitas yang tidak stabil dan cenderung banyak mengalami penurunan, maka diperlukan dilakukan peningkatan output.3

2

Sukaria Sinulingga. 2010.Analisis dan Rekayasa Produktivitas. Universitas Sumatera Utara. Hal 36-37.85-90..

3

Muhammad Harizky Eko. 2010. Analisis Pengukuran Produktivitas perusahaan Dengan Menggunakan Metode Marvin E. Mundel di PT. Sukuntex.


(24)

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi masalah adalah rendahnya produktivitas perusahaan ditandai dengan belum maksimalnya pemanfaatan sumber daya yang dimiliki sehingga menyebabkan terjadinya penurunan efisiensi perusahaan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Mengidentifikasi semua sumberdaya input yang digunakan dalam proses produksi aspal.

2. Mengukur produktivitas total dan produktivitas parsial perusahaan. 3. Menganalisis faktor-faktor penyebab penurunan tingkat produktivitas.

4. Melakukan evaluasi dan usulan perbaikan produktivitas terhadap hasil pengukuran produktivitas yang memiliki produktivitas rendah.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Mencegah terjadinya pemanfaatan sumber daya yang berlebihan dan tidak efektif sehingga biaya produk menjadi tinggi.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil suatu kebijakan dalam pengunaan sumber daya yang ada dalam perusahaan agar diperoleh hasil yang optimum.


(25)

3. Perusahaan dapat menilai efisiensi dari sumber dayanya sehingga dapat meningkatkan produktivitas melalu efisiensi peningkatan sumber daya tersebut.

1.5 Pembatasan dan Asumsi Penelitian

Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Pengukuran dilakukan pada bagian produksi PT. Karya Murni Perkasa. 2. Metode yang digunakan dalam pengukuran adalah metode Marvin E. Mundel.

3. Produktivitas yang diukur adalah produktivitas total dan parsial. Asumsi-asumsi dalam penelitian ini adalah:

1. Kegiatan produksi berjalan normal dan tidak mengalami perubahan.

2. Kondisi perekonomian dan tingkat inflasi negara dalam keadaan stabil (harga barang, nilai mata uang tidak mengalami penurunan).

3. Tenaga kerja dianggap sudah menguasai pekerjaannya.

4. Mesin-mesin produksi tidak mengalami perubahan dan sesuai teknologi yang digunakan saat ini.


(26)

Penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari beberapa bab, dimana setiap bab akan menerangkan penelitian ini secara bertahap dengan urutan yang saling berhubungan.

Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang permasalahan produktivitas yang terjadi di PT Karya Murni Perkasa kemudian merumuskan masalah tersebut ke dalam perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan dan asumsi penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II merupakan gambaran umum dari perusahaan yang berisi sejarah berdirinya PT Karya Murni Perkasa, struktur organisasi yang diterapkan di perusahaan, rincian tugas dan tanggung jawab dalam perusahaan, uraian proses produksi aspal, jenis mesin yang digunakan dalam proses produksi aspal, sistem pengupahan tenaga kerja.

Bab III merupakan landasan teori. Bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan masalah meliputi pengertian produktivitas, klasifikasi jenis produktivitas, metode pengukuran produktivitas. Pada penelitian ini dikhususkan membahas teori tentang metode analisis produktivitas menggunakan metode Marvin E. Mundel.

Bab IV berisi identifikasi jenis penelitian, lokasi penelitian, kerangka konseptual penelitian yang menjadi dasar berpikir dalam melakukan penelitian, sumber data yang digunakan dalam penelitian, metode pengumpulan data, metode pengolahan dan analisis data. Selanjutnya pada metodologi penelitian dijelaskan langkah-langkah penelitian dan langkah-langkah pengolahan data dalam bentuk


(27)

Bab V berupa pengumpulan dan pengolahan data. Bab ini berisi pengumpulan sekunder yang diperoleh dari penelitian di PT Karya Murni Perkasa yaitu jumlah dan harga jual produk jadi, biaya tenaga kerja, biaya material, depresiasi bangunan, depresiasi mesin dan peralatan, biaya perawatan mesin dan peralatan, dan nilai kas dan persediaan. Data tersebut kemudian diolah menggunakan metode Marvin E. Mundel dengan cara menhitung deflator dari Indeks harga yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik, kemudian menghitung harga konstan dari tiap elemen input dan output, selanjutnya menghitung input total dan

ouput total, dan membandingkan output terhadap input untuk mendapatkan indeks produktivitas total dan indeks produktivitas parsial.

BAB VI berupa Analisis Pemecahan Masalah. Bab ini membahas analisis hasil pengolahan data yaitu produktivitas total dan produktivitas parsial kemudian dilakukan evaluasi produktivitas menggunakan Productivity Evaluation Tree

(PET) untuk mendapatkan usulan rancangan perbaikan produktivitas di PT. Karya murni Perkasa.

Bab VII merupakan kesimpulan dan saran. Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.

BAB II


(28)

2.1 Sejarah Perusahaan

PT Karya Murni Perkasa didirikan pada tanggal 4 Februari 1978 dengan nama CV. Karya Murni Perkasa yang berlokasi di jalan Sei Musi NO. 21 A dengan pendirian dihadapan Notaris Walter Siregar NO.12 yang telah disahkan oleh Pengadilan Negeri Medan NO.41/CV/79. CV ini merupakan badan usaha kontruksi jembatan, irigasi dan jalan raya. Kemudian, perusahaan berubah nama PT. Karya Murni Perkasa pada tanggal 19 Agustus 1983 dengan akte Notaris Raskami Sembiring, SH. NO. 16, yang disahkan tanggal 12 Desember 1986 oleh Menteri Kehakiman di Jakarta sesuai dengan surat keluar No. 02.8750.HT-01/02/86. PT. Karya Murni Perkasa berkantor pusat di Jln Sei Musi No.21 A, dan pabrik mereka berada di Jalan Simpang Bandrek, Dusun II Desa Patumbak II, Kec. Patumbak Medan.

Ruang lingkup usaha PT. Karya Murni Perkasa adalah memproduksi aspal

hotmix dan menjalankan usaha kontruksi bangunan, jembatan, jalan dan irigasi. Selain itu, PT. Karya Murni Perkasa juga melakukan usaha penyewaan alat-alat berat seperti traktor dan truk. Wilayah pemasaran PT. Karya Murni Perkasa adalah seluruh wilayah Sumatera Utara, Pekanbaru, Palembang, Aceh dan Malaysia.

2.2 Organisasi dan Manajemen 2.2.1 Struktur Organisasi Perusahaan


(29)

Struktur organisasi adalah susunan dan hubungan-hubungan antar bagian-bagian dan posisi-posisi dalam suatu perusahaan. PT Mutiara Mukti Farma menggunakan struktur organisasi lini dan fungsional. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hubungan lini antara direktur dengan, manajer dengan masinis kepala, masinis kepala terhadap para asisten (asisten pengelola, asisten laboratorium dan asisten tata usaha dan personalia) dan para. asisten terhadap bawahannya.

Struktur fungsional dijumpai pada kelompok asisten bidang dan karyawan. Sebagai contoh karyawan bagian pengelola berhubungan dengan asisten bagian pengelola untuk urusan pekerjaannya dan dengan tata usaha untuk pembayaran gaji. Bagan struktur organisasi PT Karya Murni Perkasa dapat dilihat pada Gambar 2.1.

2.2.2 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam PT. Karya Murni Perkasa merupakan wewenang dari pemilik usaha. Pembagian tugas dan tanggung jawab dapat dilihat pada Lampiran.


(30)

Direktur

Manajer

Maskep

Asisten Tata Usaha dan Personalia Asisten

Pengelola

Asisten Laboratorium

Kepala Satpam

Satpam Mandor

Laboratorium Mandor

Pengelola

Koordinator Tata Usaha

Operator Lini

Fungsional

Petugas Laboratorium

Koordinator Personalia

Pelayan Kantor Karyawan


(31)

2.3 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.3.1 Jumlah Tenaga Kerja

Untuk mendukung kelancaran pengoperasian PT. Karya Murni Perkasa mempunyai Tenaga Kerja/Karyawan sebanyak 80 orang dengan perincian pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Data Tenaga Kerja

No. Tenaga Kerja Jumlah (Orang)

1 Manajer 1

2 Karyawan Produksi 64

3 Karyawan Laboratorium 4

4 Karyawan Administrasi 4

5 Karyawan bag. Umum/satpam 3

6 Asisten Pabrik 3

Total 79

2.3.2 Jam Kerja

PT. Karya Murni menerapkan sistem 2 shift jam kerja untuk karyawan pada bagian produksi dengan lama jam kerja untuk satu shift adalah 8 jam. Untuk bagian kantor perusahaan menerapkan 8 jam kerja sehari. Rincian shift kerja untuk karyawan pada bagian produksi dapat dilihat pada Tabel 2.2.


(32)

Tabel 2.2 Jam Kerja Karyawan Pada Bagian Produksi

Shift Jam Kerja Keterangan

Shift I

08:00 – 12:00 Kerja 12:00 – 13:00 Istirahat

13:00 –17:00 Kerja 17:00-23:00 Lembur

Shift II

20:00 – 00:00 Kerja 00:00 – 01:00 Istirahat 01:00 – 05:00 Kerja 05:00 – 10:00 Lembur Sumber: PT. Karya Murni Perkasa

2.4 Sistem Pengupahan

Kompensasi dan jaminan sosial diberikan oleh perusahaan kepada semua pekerja berdasarkan statusnya dalam perusahaan yaitu :

1. Karyawan Tetap (Tenaga Kerja Tidak Langsung), tenaga kerja di kantor dan juga supervisor digaji secara bulanan.

2. Karyawan Kontrak (Tenaga Kerja Langsung), sebagian besar tenaga kerja langsung yang dibayar untuk masa tertentu yang besarnya sesuai dengan kesepakatan antara perusahaan dengan karyawan, sebagian besar pada bagian produksi dan sebagian lagi pada bagian pergudangan, yang mana penggajiannya sesuai dengan kontrak yang berlaku.


(33)

Penetapan upah pada dasarnya ditetapkan berdasarkan jabatan, keahlian dan prestasi kerja dari karyawan itu sendiri. Pajak atas upah menjadi tanggung jawab karyawan tersebut.Jenis upah yang diberikan oleh perusahaan terdiri dari : 1. Upah Pokok.

a. Tenaga kerja borongan diberikan setiap 2 minggu sekali.

b. Tenaga kerja bulanan, pembayaran dilakukan pada setiap akhir bulan.

2. Upah Lembur.

Karyawan yang melakukan kerja lembur akan mendapatkan tambahan yang dihitung berdasarkan tarif lembur per jam sebesar 1/173 x upah per bulan.

2.5 Proses Produksi

PT. Karya Murni Perkasa adalah salah satu pabrik pengolahan aspal (hotmix). Kemudian aspal yang dihasilkan langsung dibawa ke tempat yang akan dituju.

2.5.1 Standard Mutu Bahan/Produk

Adapun standard mutu produk aspal yang dihasilkan oleh PT. Karya Murni Perkasa adalah sebagai berikut :

1. Kadar tanah atau kadar lumpurnya maksimal 1%. 2. Aspal hotmix tidak berwarna coklat gelap.


(34)

2.5.2 Bahan yang Digunakan

Bahan baku yang digunakan dalam produksi aspal hotmix pada PT. Karya Murni Perkasa adalah:

1. Pasir

Pasir ini diperoleh dari sungai. Pasir untuk aspal adalah merupakan pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami batu-batuan. Pasir berfungsi sebagai media perekatan batu.

2. Batu (agregat kasar)

Batu berfungsi sebagai penguat lapisan aspal. Batu yang digunakan terdiri atas dua ukuran, yaitu:

a. Batu ½ inci (medium agregat)

b. Batu ¾ inci (crush agregat)

3. Abu batu

Abu batu berfungsi sebagai media perekatan batu. diperoleh dari batu yang telah dihaluskan. Komposisi bahan baku untuk campuran pasir, batu dan abu batu atau disebut agregat dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Komposisi Bahan Baku Agregat Komposisi Bahan Jumlah (%) Batu ¾ (crush aggregate) 20 Batu ½ (medium aggregate) 33


(35)

Abu batu 35

Pasir 12

Sumber : PT. Karya Murni Perkasa

4. Ter (aspal cair)

Pada pembuatan aspal, ter digunakan untuk merekatkan campuran abu batu dan pasir.

2.5.3 Uraian Proses

Secara garis besarnya proses pengolahan aspal terdiri dari rangkaian proses sebagai berikut :

1. Proses Pencampuran Bahan Baku

Proses pencampuran merupakan tahap pertama yang dilakukan dalam proses produksi aspal. Pada proses ini, bahan baku yang terdiri dari batu ½ , batu ¾ , abu batu dan pasir dibawa dengan menggunakan kereta sorong ke cold bin. Cold bin berfungsi sebagai tempat penakaran jumlah masing-masing agregat yang akan digunakan pada proses produksi. Masing-masing operator memeriksa komposisi dari bahan baku tersebut. Kemudian bahan baku dialirkan dengan menggunakan conveyor ke rotary dryer.

2. Proses Pembakaran Bahan Baku

Pada proses ini, bahan baku yang telah dicampur di rotary dryer akan dialirkan dengan menggunakan conveyor ke mesin hopper. Pada mesin hopper


(36)

telah dibakar diperiksa dan ditampung didalam mesin measuring tray dengan kapasitas 375 kg.

3. Proses Pencampuran Aspal Cair

Pada proses ini, bahan baku yang telah dibakar di hopper dialirkan ke dalam tempat pencampuran atau mixer. Di dalam mixer ini, agregat akan dicampurkan dengan sejumlah aspal cair atau ter. Selama menunggu proses pencampuran, aspal cair disimpan di dalam tangki khusus yang dipanaskan pada suhu 150oC untuk menjaga agar aspal cair tetap dalam keadaan cair. Campuran dari agregat dan aspal cair inilah yang disebut dengan hotmix. Hotmix ini akan langsung dikeluarkan ke truk untuk dibawa ke lokasi kerja atau ketempat proyek.

2.6 Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan yang digunakan untuk mendukung proses produksi pada PT. Karya Murni Perkasa sebagai berikut:

a. Mesin yang digunakan

1. Nama mesin : Mesin SprayScrubber

Fungsi : Sebagai tempat penampungan limbah dari proses pembakaran.

Kapasitas : 2000–4500 mold per unit

Daya : 0.4 KW


(37)

Putaran : 1.500 rpm

2. Nama mesin : Mesin Rotary Dryer

Fungsi : Sebagai tempat penampungan agregat Kapasitas : 1 ton per pengolahan

Merek : Bosch 06 F

Ukuran : 1000 x 800 x 1050 mm Buatan : Jerman

3. Nama mesin : Mesin Mixer

Fungsi : Untuk mencampur agregat dan aspal cair. Merek : Bosch 06 F

Ukuran : 1000 x 800 x 1050 mm

Power : 2 HP, 220 V, 50 Hz Buatan : Jerman

Kapasitas : 1 ton per pengolahan Putaran : 40 putaran per menit 4. Nama mesin : Hopper

Fungsi : Tempat memasak campuran agregat yang berasal dari

rotary dryer. Model : LF 21 c/w

Daya : 10 HP

5. Nama mesin : Mesin Heater

Fungsi : Untuk memanaskan tanki dan menjaganya agar tetap pada suhu 150oC.


(38)

Model : TF 155R

Merek : Yanmar

b. Peralatan yang digunakan yaitu:

1. Timbangan elektro (digital)–Jembatan Timbang Kapasitas : 40 ton

Fungsi : Sebagai alat untuk menimbang bahan baku pada saat penerimaan bahan baku

2. Asphalt tank

Kapasitas : 35 ton

Fungsi : Sebagai alat penyimpanan aspal cair (ter).

3. Rap bin convenyor

Kapasitas : 5 ton

Fungsi : Sebagai alat untuk menghubungkan bahan baku ke tempat produksi atau pencampuran menjadi satu secara otomatis.

4. Cold Bin

Kapasitas : 1 ton


(39)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Pengukuran Produktivitas 4

1. Perusahaan dapat menilai seberapa baik pemanfaatan setiap unit sumberdaya produksi pada tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu.

Pengukuran adalah sebuah langkah awal yang bersifat normatif dalam melakukan suatu perencanaan baik untuk tujuan perbaikan atau peningkatan maupun tujuan pengembangan. Jika seorang manajer mengingatkan seluruh karyawannya untuk terus memperbaiki dan meningkatkan produktifitas, maka perintah ini tidak mempunyai makna apabila tidak dijelaskan berapa tingkat produktifitas yang saat ini telah dicapai oleh masing-masing unit kerja dan bagaimana penilaian manajemen terhadap capaian produktifitas tersebut. Bila capaian dinilai masih sangat rendah maka perintah perbaikan produktifitas mungkin harus ditindak lanjuti secara serius oleh masing-masing kepala unit yang bertanggung jawab. Tetapi apabila informasi tentang capaian saat ini tidak diberikan maka masing-masing unit memandang instruksi tersebut lebih bersifat saran. Informasi tentang capaian produktifitas saat ini hanya dapat diperoleh melalui kegiatan pengukuran secara langsung.

Pengukuran produktivitas jika dilakukan secara rutin akan memberikan manfaat besar kepada manajemen perusahaan karena:

4

Sukaria Sinulingga. 2010.Analisis dan Rekayasa Produktivitas. Universitas Sumatera Utara. Ha 36-37.85-90.


(40)

2. Setiap unit kerja pada perusahaan akan mendapat informasi tentang capaian produktifitas pada unitnya dibandingkan dengan capaian pada unit-unit kerja lainnya dalam perusahaan. Situasi ini sangat bermanfaat dalam membangun kompetisi yang sehat antar unit dalam perusahaaan karena sangat efektif digunakan sebagai dasar pemberian insentif berdasarkan unit kerja.

3. Hasil pengukuran produktivitas merupakan informasi berharga bagi manajemen dalam menilai sumberdaya apa saja yang dimiliki atau dikelola perusahaan yang termasuk sumberdaya kritis, semi kritis dan non-kritis sehingga penentuan target output dan perencanaan pengembangan sumberdaya dan prioritasnya untuk periode berikutnya dapat disusun dengan lebih akurat.

4. Hasil pengukuran produktivitas dapat digunakan sebagai salah satu faktor utama dalam menilai daya saing atau posisi perusahaan dalam persaingan dengan para kompetitor utamanya.

5. Hasil pengukuran produktivitas sangat membantu dalam penentuan target-target perbaikan baik pada tingkat unit kerja maupun pada tingkat perusahaan secara keseluruhan.

6. Data capaian produktivitas perusahaan dari periode ke periode merupakan salah satu faktor pendukung kuat bagi manajemen dalam melakukan aktifitas tawar-menawar bisnis secara kolektif (collective bargaining).

3.2 Penyebab Pengukuran Produktivitas


(41)

produktivitas pada perusahaan, yaitu :

a. Ketidakmampuan untuk mengukur, mengevaluasi dan mengelola produktivitas khususnya pada staf white-collar. Ini menyebabkan pemborosan-pemborosan sumber daya secara cukup drastis.

b. Pemberian penghargaan tanpa mempertimbangkan ekuivalensi produktivitas dan akuntabilitas. Ini menyebabkan inflasi tak berujung pangkal.

c. Kewenangan yang lemah dan inefisiensi di dalam organisasi yang kompleks, ini menyebabkan adanya waktu tunggu atau penundaan kerja. d. Perluasan organisasi dengan perkembangan produktivitas rendah,

disebabkan oleh adanya biaya tinggi.

e. Motivasi rendah dari peningkatan jumlah pekerja yang memiliki sikap baru.

f. Keterlambatan pengiriman disebabkan jadwal pengiriman yang terganggu karena timbulnya kelangkaan bahan.

g. Konflik antar pekerja yang tidak terselesaikan sehingga menimbulkan kesulitan. Untuk membangun kelompok kerja. Ini menyebabkan ketidak efektifan perusahaan.

h. Adanya intervensi peraturan pemerintah yang membatasi wewenang manajemen.

i. Spesialisasi dalam proses kerja bisa menimbulkan kondisi monoton yang membosankan bagi pekerja tertentu,


(42)

penurunan kesempatan baru dan inovasi,

k. Peningkatan kebutuhan waktu bersantai menyebabkan gangguan terhadap komitmen kepada waktu,

l. Ketidakmampuan praktisi untuk menyesuaikan irama kerja dengan informasi dan pengetahuan mutakhir.

Hal yang menarik dari daftar penyebab penurunan produktivitas di atas, adalah bahwa ketidak mampuan untuk mengukur produktivitas staf non-produksi menempati pada peringkat paling atas.

3.3 Siklus Produktivitas5

Pengukuran (Measurement)

Produktivitas

Perencanaan (Planning)

Produktivitas

Penilaian (Evaluation)

Produktivitas Perbaikan (Improvement)

Produktivitas

Siklus produktivitas yang diperkenalkan David J. Sumanth disebut dengan “MEPI” (Measurement, Evaluation, Planning, Improvement). Siklus ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini:

Gambar 3.1 Model Siklus Produktivitas “MEPI”

Konsep siklus ini memperlihatkan bahwa peningkatan produktivitas harus dimulai oleh kegiatan pengukuran, penilaian, perencanaan dan perbaikan dari produktivitas itu sendiri. Keempat tahap ini sangat penting dilaksanakan karena


(43)

siklus tersebut menunjukkan bahwa program penelitian produktivitas merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan dan melibatkan seluruh operasi kegiatan perusahaan.

Apabila produktivitas dari sistem ini telah dapat diukur, langkah berikutnya adalah mengevaluasi tingkat produktivitas aktual itu untuk di perbandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dengan rencana (productivity gap) merupakan masalah produktivitas yang harus dievaluasi dan dicari akar penyebab yang menimbulkan kesenjangan produktivitas itu. Berdasarkan evaluasi itu, selanjutnya dapat direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Konsep siklus produktivitas ini memperlihatkan bahwa peningkatan produktivitas harus didahului oleh kegiatan pengukuran, penilaian, dan perencanaan produktivitas itu sendiri. Untuk mencapai produktivitas yang direncanakan ini berbagai program formal dapat dilakukan untuk peningkatan produktivitas terus-menerus. Analisis Produktivitas adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dengan rencana masalah produktivitas yang menimbulkan kesenjangan produktivitas.

3.4 Model Pengukuran Produktivitas

Ada beberapa macam model pengukuran produktivitas di tingkat perusahaan, yaitu:


(44)

1. Model American Productivity Center (APC)

American Productivity Center (APC) menganjurkan suatu pengukuran produktivitas yang menghubungkan profitabilitas dengan produktivitas serta faktor perbaikan harga (price recovery) yang merupakan suatu model total faktor. Model ini mengasumsikan bahwa suatu perusahaan memperoleh keuntungan yang berasal dari dua sumber yaitu produktivitas dan pemulihan harga. Model ini menekankan output yang dihasilkan setiap periode dikalikan dengan harga per unit menurut periode basis untuk mendapatkan productivity performance index. Prices dan unit cost setiap periode dikalikan dengan jumlah pada tahun berjalan untuk mendapatkan price recovery index.

2. Model The Total Productivity Model (TPM)

Sumanth (1979) mengembangkan model pengukuran produktivitas dengan memperhatikan pengaruh utama semua faktor input terhadap output yang sifatnya

tangible. Tangible dalam hal ini diartikan pada dasarnya secara langsung dapat diukur. Elemen-elemen input tangible dan output tangible seperti pada Gambar 3.2.

Input (tangible)

Kapital (Modal) Material Energi

-Pekerja -Manajer -Profesional - Birokrat -dan lainnya Manusia

Tetap (Fix) -Tanah -Bangunan -Mesin-mesin -Peralatan -Depresiasi Lancar (Working) Inventory Kas Perawatan Accounts receiveable Notes receiveable -Bahan baku -Part dari luar -Minyak bumi -Gas -Batubara -Air -Listrik -Dan lainnya


(45)

Model tersebut dapat digunakan tidak hanya pada tingkat agregat tetapi juga pada tingkat operasional misalnya tingkat departemen. Keunikan dari model tersebut tidak hanya mengukur indeks produktivitas total tetapi juga menunjukan input

ataupun sumber daya tertentu yang memerlukan perbaikan utilisasi. 3. Model Marvin E. Mundel

Perbedaan model Marvin E. Mundel dengan model perhitungan produktivitas lain adalah model Marvin E. Mundel memperkenalkan penggunaan angka indeks produktivitas dalam dua bentuk. Bentuk pengukuran pertama merupakan rasio antara indeks performansi pada periode pengukuran dan indeks performansi pada periode dasar sedangkan bentuk kedua merupakan rasio antara indeks output

dengan indeks input. Bentuk pertama dapat digunakan sebagai perbandingan produktivitas periode awal dengan periode selanjutnya.

3.5 Konsep DasarPengukuran Produktivitas Marvin E. Mundel 6

Pada dasarnya angka indeks merupakan suatu besaran yang menunjukkan variasi perubahan dalam waktu atau ruang mengenai suatu hal tertentu. Penggunaan angka indeks yang telah umum dilakukan terutama dalam bidang ekonomi adalah indeks harga dan indeks produksi yang biasanya dipergunakan untuk mengukur perubahan harga atau perubahan produksi sepanjang waktu tertentu. Agar dapat mengukur laju perubahan itu, sederet angka-angka harga atau produksi dibakukan berdasarkan periode tahunan atau periode waktu dasar tertentu. Dengan demikian angka indeks yang diproleh dapat diperbandingkan

6


(46)

terhadap keadaan dasar itu. Disini akan terlihat apakah perubahan bersifat menarik, tetap atau menurun.

Marvin E. Mundel (1978) memperkenalkan penggunaan angka indeks produktivitas pada tingkat perusahaan berdasarkan bentuk pengukuran, yaitu:

1.

��

=

���� ���� �

���������

100

2.

��

=

��������� � ���������

100

Dimana:

IP = Indeks Produktivity

AOMP = Output Agregat untuk periode dasar yang diukur AORP = Ouput Agregat untuk periode dasar

RIMP = Input-input untuk periode yang diukur RIBP = Input-input untuk periode dasar.

Pada dasarnya metode Mundel merupakan suatu model pengukuran produktivitas yang berdasarkan konsep-konsep dalam ilmu teknik dan manajemen industri. Kelebihan metode Marvin E. Mundel dibandingkan metode produktivitas yang lain adalah metode Marvin E. Mundel menghitung produktivitas perusahaan dengan menggunakan satuan output secara agregat. Satuan output secara agregat memungkinkan perusahaan untuk melihat faktor keberhasilan perusahaan secara keseluruhan dalam menggunakan faktor input yang ada.

Pengukuran produktivitas dapat bervariasi sesuai dengan kedua aspek output yang digunakan sebagai agregat, seperti indeks produktivitas tenaga kerja, produktivitas modal, produktivitas energi dan produktivitas bahan baku.


(47)

3.6 Analisis Produktivitas7

1. Analisis Indeks Produktivitas

Analisis hasil pengukuran produktivitas dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

Beberapa model yang dapat digunakan untuk menganalisis produktivitas berdasarkan pendekatan indeks produktivitas yaitu model Kendrick-Creamer, model Craig-Harris, model Hines, model American Productivity Center (APC), model Total Productivity, model Mundel, model Taylor-Davis.

2. Analisis Profit Perusahaan Terhadap Produktivitas Total

Produktivitas perusahaan dapat dianalisis hasilnya dengan membandingkan profit yang diperoleh terhadap produktivitas total perusahaan. Dengan konsep matematika, dikembangkan rumus sebagai berikut:

TPF = �

IF = IH + IM + IC,W + IC,F + IE

PF = (TPF-1) (IF) + Ic,w

Keterangan: O : Output

I : Input

TPF : Total Productivity Firm (Produktivitas Total Perusahaan) IF : Input Firm (Input Perusahaan)

PF : Profit Firm (Laba Perusahaan)

IH : Human Input (Input Tenaga Kerja)

7


(48)

IM : Material Input (Input Bahan Baku)

IC,W : Capital Working Input (Input Nilai Uang berjalan)

IC,F : Fixed Capital Input (Input Nilai Uang Tetap)

IE : Energy Input (Input Energi)

3. Analisis i Produktivitas Parsial

Produktivitas total merupakan fungsi dari produktivitas parsial. Dengan melakukan analisis terhadap faktor input produktivitas parsial, dapat diketahui faktor input

yang memberikan sumbangan nilai yang paling besar sehingga dapat diketahui faktor yang perlu dievaluasi. Rumus yang digunakan yaitu:

W’IH = ���� = �� �+�+�+�+�

W’IM = ���� = �� �+�+�+�+�

W’IE = ���� = �� �+�+�+�+�

W’IC = ���� = �� �+�+�+�+�

W’IX = ���� = �� �+�+�+�+�

Dengan keterangan:

W’IH = Weight corresponding to input human (bobot berdasarkan input

tenaga kerja)

W’IM = Weight corresponding to input material (bobot berdasarkan input

bahan baku)

W’IC = Weight corresponding to input capital working (bobot


(49)

W’IE = Weight corresponding to input energy (bobot berdasarkan input

energi)

W’IX = Weight corresponding to input capital fixed (bobot berdasarkan

input nilai uang tetap)

IH = Input Human (input tenaga kerja (Rp))

IM = Input Material (input bahan baku(Rp))

IC = Input Capital Working (input nilai uang berjalan(Rp))

IE = Input Energy (input energi(Rp))

IX = Input Capital Fixed (input nilai uang tetap(Rp))

3.7 Evaluasi Produktivitas8

1. Pembuatan scatter diagram/trend hasil pengukuran produktifitas baik untuk produktifitas total, produktifitas parsial, produktifitas total faktor dan produktifitas produk. Scatter diagram dengan jelas menggambarkan trend dan fluktuasi capaian produktifitas dari periode ke periode.

Evaluasi adalah fase berikutnya setelah pengukuran produktifitas dilakukan. Tujuan evaluasi ialah mendapatkan informasi yang akurat tentang tingkat kemajuan perusahaan pada saat ini relatif terhadap kemajuan yang dicapai dalam periode sebelumnya ditinjau dari sudut capaian produktivitas.

Untuk lebih membantu dalam analisis dan evaluasi terhadap hasil pengukuran produktifitas tersebut maka beberapa alat bantu yang umum digunakan ialah:

8


(50)

2. Pembuatan tabel deviasi yang menunjukkan plus-minus produktifitas parsial pada masing-masing produk relatif terhadap periode sebelumnya. Angka-angka dalam sel menunjukkan contoh hipotesis dari besarnya perubahan (kenaikan atau penurunan) tingkat produktifitas parsial pada masing-masing produk pada periode ini relatif terhadap capaian produktifitas periode lalu. Prosedur evaluasi produktivitas:

1. Analisis Perubahan Produktivitas Total9

Perubahan produktivitas total adalah selisih atau besarnya perbedaan antara produktivitas total pada periode t dan produktivitas total pada periode t-1.

∆����= ∆���−���−(∆���)(����−1)

1+ ∆��� dimana t ≥ 1

a. Jika ∆���� = 0, maka tidak ada perbedaan produktivitas total pada periode t dan t-1.

b. Jika ∆���� > 0, maka produktivitas total pada periode t lebih tinggi dari produktivitas total pasa periode t-1.

c. Jika ∆���� < 0, maka produktivitas total pada periode t lebih rendah dari produktivitas total pada periode t-1.

2. Identifikasi masalah: Fishbone diagram

Untuk menganalisis produktivitas yang rendah dapat digunakan Fishbone Diagram (Sebab-Akibat) untuk mengenali sumber utama yang mungkin terkait masalah yaitu manusia, mesin dan peralatan, bahan, metode dan lingkungan.

9


(51)

3. Pohon Evaluasi Produktivitas

Evaluasi produktivitas adalah penilaian terhadap capaian produktivitas (actual productivity) dan estimasi produktivitas pada periode berikutnya. Tujuan penilaian ialah mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan untuk melakukan estimasi produktivitas pada periode berikutnya. Dalam terminologi evaluasi produktivitas, estimasi produktivitas disebut budgeted productivity. Dengan demikian, budgeted productivity pada periode berikutnya adalah fungsi dari actual productivity pada periode berjalan dan budgeted productivity pada periode berjalan. Jika capaian produktivitas atau actual productivity dari produk I pada periode berjalan adalah

PTi0, budgeted productivity pada periode berjalan adalah PTi0’ dan budgeted

productivity pada periode berikutnya ialah PT’i1 maka:

PT’i1 = f(PTi0, PTi0’)

Dalam menentukan budgeted productivity pada periode berikutnya, perlu diidentifikasi berbagai kendala yang mungkin akan dihadapi misalnya kendala pengadaan sumberdaya baik sumber daya manusia, mesin/peralatan, bahan, metode yang dapat digunakan termasuk pengaruh lingkungan. Seperti halnya perhitungan produktivitas total, estimasi produktivitas total juga dihitung dengan model matematik yang sama yaitu:

PTi0’=

��′ ���

Dimana, PTit’ = estimasi produktivitas total produk i dalam periode t O it’ = estimasi output produk i dalam periode t


(52)

Dari rumus tersebut terlihat bahwa perbaikan produktivitas dapat dilakukan melalui pendekatan output ataupun pendekatan input. Pendekatan output ialah menyusun rencana peningkatan jumlah output dengan input yang sama atau input

yang sedikit meningkat sedangkan pendekatan input ialah peningkatan produktivitas melalui penurunan jumlah penggunaan faktor input. Sumanth (1984) mengembangkan serangkaian alternatif perbaikan produktivitas dengan pendekatan output dan input yang disebutnya pola evaluasi produktivitas atau

productivity evaluation tree (PET).

PET menunjukkan bahwa masing-masing pola memiliki tiga kemungkinan kejadian pada periode berikutnya seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.3 dan Tabel 3.1. PET menunjukkan bahwa ada 6 kemungkinan yang dapat menyebabkan capaian produktivitas dalam periode t tidak berbeda dengan produktivitas dalam periode sebelumnya (produktivitas dalam periode t-1) yaitu 2 alternatif atau kemungkinan menurut pola A (jalur 1,1), kemudian 3 kemungkinan menurut pola B (jalur 3, 4, dan 5) dan 1 kemungkinan menurut pola C (jalur 7). Selanjutnya ada 7 alternatif cara yang dapat menyebabkan capaian produktivitas dalam periode t lebih tinggi daripada produktivitas periode sebelumnya, yaitu 1 kemungkinan di pola A (jalur 9), 3 kemungkinan menurut pola B (jalur 10, 11, dan 12) cara yang menyebabkan capaian produktivitas dalam periode t lebih rendah dari capaian produktivitas dalam periode sebelumnya yaitu semuanya berada dalam pola C (jalur 19, 20, dan 21). Disamping itu, ada 2 kemungkinan cara yang dapat menyebabkan produktivitas lebih kecil, sama dengan atau lebih


(53)

besar dari capaian produktivitas sebelumnya yang semua kemungkinannya berada di pola C.

Tabel 3.1 Productivity Evaluation Tree (PET)

Periode t-1 Periode t No.

Jalur Oit-1,Iit-1 diketahui Oit,Iit ; Oit=Oit-Oit-1;Iit=Iit-Iit-1

A Oit-1 = 0 Iit-1 = 0

∆Oit >0

∆Iit>0 PTit>0 ∆PTit>0 9

∆Iit=0 Infeasible

∆Iit<0 Infeasible

∆Oit =0

∆Iit>0 PTit=0 ∆PTit=0 1

∆Iit=0 PTit=0 ∆PTit=0 2

∆Iit<0 Infeasible

∆Oit <0 Infeasible

B Oit-1 = 0 ; Iit-1 > 0

TPit-1=0

∆Oit >0

∆Iit>0 PTit>0 ∆PTit>0 10

∆Iit=0 PTit>0 ∆PTit>0 11

∆Iit<0 PTit>0 ∆PTit>0 12

∆Oit =0

∆Iit>0 PTit=0 ∆PTit=0 3

∆Iit=0 PTit=0 ∆PTit=0 4

∆Iit<0 PTit=0 ∆PTit=0 5

∆Oit <0 Infeasible

C Oit-1 > 0 ; Iit-1 > 0

TPit-1>0

∆Oit >0

∆Iit>0 PTit>0 ∆PTit=± 13,6,18

∆Iit=0 PTit>0 ∆PTit>0 14

∆Iit<0 PTit>0 ∆PTit>0 15

∆Oit =0

∆Iit>0 PTit>0 ∆PTit<0 19

∆Iit=0 PTit>0 ∆PTit=0 7

∆Iit<0 PTit>0 ∆PTit>0 16

∆Oit <0

∆Iit>0 PTit≥0 ∆PTit<0 20

∆Iit=0 PTit≥0 ∆PTit<0 21

∆Iit<0 PTit≥0 ∆PTit>± 17,8,22

Dari PET tersebut, mudah ditemukan jalur mana yang dianggap lebih baik untuk dipilih dalam merencanakan perbaikan produktivitas dalam periode berikutnya. Misalnya, apabila manajemen menginginkan peningkatan produktivitas dalam periode berikutnya, maka dapat dipilih salah satu jalur (path) yang dinilai oleh manajemen yang paling baik dari tujuh jalur yang tersedia untuk dipilih.


(54)

Oit-1 = 0

Iit-1 = 0 Oit-1 = 0

Iit-1 = 0

0 > ∆Oit

0 >

Iit PTit>0 ∆P Tit>0 Jalur 9

0 =

Iit Infeasible

0 <

Iit Infeasible

0 = ∆Oit

0

>

Iit PTit=0 ∆P Tit=0 Jalur 1 0

=

Iit Jalur 2

0 <

Iit Infeasible

0 =

it

PTP Tit=0

0 <

Oit Infeasible

Oit-1 = 0

Iit-1 > 0

TPit-1 = 0 Oit-1 = 0

Iit-1 > 0

TPit-1 = 0

0 > ∆Oit

0

>

Iit PTit>0 ∆P Tit>0 Jalur 10 0

= ∆Iit

0 < ∆Iit

0 = ∆Oit

0

>

Iit PTit=0 ∆P Tit=0 Jalur 3 0

=

Iit Jalur 4

0 < ∆Iit

0 =

it

PTP Tit=0

0 <

Oit Infeasible

0 >

it

PTP Tit>0 Jalur 11 0

>

it

PTP Tit>0 Jalur 12

Jalur 5 0

=

it

PTP Tit=0

Oit-1 > 0

Iit-1 > 0

TPit-1 > 0 Oit-1 > 0

Iit-1 > 0

TPit-1 > 0

0 > ∆Oit

0

>

Iit PTit>0 ∆P Tit=±0 Jalur 13,6,8

0 = ∆Iit

0 < ∆Iit

0 = ∆Oit

0

>

Iit PTit>0 ∆P Tit<0 Jalur 19 0

=

Iit Jalur 7

0 < ∆Iit

0 >

it

PTP Tit=0

0 < ∆Oit

0 >

it

PTP Tit>0 Jalur 14

0 >

it

PTP Tit>0 Jalur 15

Jalur 16 0

>

it

PTP Tit>0 0

>

Iit PTit≥0 ∆P Tit<0 Jalur 20

0 =

Iit Jalur 21

0 <

Iit Jalur 17,8,22

0 ≥

it

PTP Tit<0 0

it

PTP Tit=±0

Productivity Evaluation

Tree


(55)

Menurut Sumanth, estimasi produktivitas yang disebut sebagai budgeted productivity dapat ditetapkan dengan dua metode. Estimasi produktivitas total dihitung dengan menggunakan bilangan deviasi dari capaian produktivitas total periode lalu (∆TPit). Indeks i dan t masing-masing merujuk kepada produk ke i

dan periode ke t. Estimasi produktivitas total dihitung sebagai berikut:

Menurut Sumanth, estimasi produktivitas yang disebut sebagai budgeted productivity dapat ditetapkan dengan dua metode. Estimasi produktivitas total dihitun g dengan menggunakan bilangan deviasi dari capaian produktivitas total periode lalu (∆TPit). Indeks i dan t masing-masing merujuk kepada produk ke i

dan periode ke t. Estimasi produktivitas total dihitung sebagai berikut:

a. Metode I

PT’it= αPTit-1 + (1-α) PT it-1’

PT’it = Estimasi produktivitas total produk i untuk periode t

PTit-1 = Aktual produktivitas total produk i untuk periode t-1

α = Parameter (smoothing constant) dimana 0 ≤ α ≤ 1

�= 2 �+ 1

Variasi produktivitas total dengan estimasi produktivitas total dapat dihitung dengan:

VPT(1)it = PT12-PT12’

PVPT(1)it = �

��12

��′12−1� � 100

VPT = Variasi produktivitas total


(56)

b. Metode II

Untuk metode dua terdapat produktivitas asumsi yang telah ditetapkan oleh manajemen perusahaan sebagai target terbaik dari produktivitas total perusahaan. Rumus yang digunakan adalah:

PTit*=

��∗ ���

O*it = Oit-1 + ∆O*it

I*it = Iit-1 + ∆I*it

VPT(2)it= PTit-PTit’

PVPT(2)it = �����

��′��−1� � 100

3.8 Perencanaan Peningkatan Produktivitas Perusahaan

Perencanaan peningkatan sistem produktivitas perusahaan dimulai dengan mengidentifikasi akar penyebab perubahan produktivitas. Program-program spesifik yang berkaitan dengan peningkatan atau perbaikan terus-menerus dari sistem produktivitas harus didesain berdasarkan informasi yang diperoleh melalui analisis dan evaluasi secara komprehensif dan mendalam terhadap sistem produktivitas perusahaan itu.

Beberapa program spesifik yang berkaitan dengan teknik-teknik untuk meningkatkan produktivitas terus-menerus antara lain:

1. Peningkatan produktivitas melalui perbaikan proses informasi. 2. Peningkatan produktivitas melalui perbaikan proses orang. 3. Peningkatan produktivitas melalui perbaikan proses kerja.


(57)

4. Peningkatan produktivitas melalui pembangunan sistem Just in Time (JIT).

3.9 Inflasi dan Deflasi

Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara. Inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam yang berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup panjang, seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut.

Dalam keadaan inflasi harga barang-barang dan jasa terus meningkat dengan tajam, sedang dalam keadaan deflasi, harga-harga barang dan jasa menurun dengan tajam. Keduanya dapat mengancam dan merusak stabilitas perekonomian suatu negara. Deflasi adalah suatu keadaan ekonomi dimana harga-harga barang dan jasa mengalami penurunan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi, industri, kesempatan kerja, dan meningkatkan nilai uang.

Inflasi sebagai salah satu produk dari perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan masalah dominan dalam perekonomian di beberapa negara khususnya negara yang sedang berkembang. Tingkat inflasi yang cukup tinggi cenderung mengakibatkan inflasi terus-menerus dalam waktu yang cukup panjang, bila tingkat inflasi rendah atau bahkan deflasi, tidak menguntungkan bagi perkembangan ekonomi.

Laju inflasi dalam arti sempit adalah meningkatnya tingkat harga barang atau jasa kebutuhan masyarakat. Secara rata-rata inflasi tinggi menunjukan terjadi kenaikan rata-rata barang atau jasa kebutuhan cukup tinggi. Hal ini berarti terjadi


(58)

penurunan kemampuan atau daya untuk memproleh barang dan jasa. Hal ini tidak hanya merugikan golongan penduduk yang menerima upah dan buruh kecil saja, tetapi tingkat inflasi yang tinggi di suatu daerah juga berdampak negatif pada produsen dan industriawan. Laju inflasi biasanya dihitung dari persentase indeks harga pada suatu periode waktu, sedangkan pengertian indeks harga adalah suatu rasio yang menunjukkan perubahan nilai satu variable pada suatu waktu dan lokasi tertentu.

Adapun kegunaan indeks harga konsumen adalah:

1. Sebagai barometer memperbaiki atau menyesuaikan gaji dan upah karyawan. 2. Landasan untuk memperbaiki atau menyesuaikan gaji dan upah karyawan 3. Merupakan pengukur atau perubahan harga konsumen

4. Indikator pengeluaran rumah tangga 5. Indikasi nilai tambah bisnis

6. Sebagai asumsi APBN

Indeks Harga Konsumen (IHK) paling banyak digunakan untuk menghitung angka inflasi, termasuk di Indonesia yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Harga berlaku adalah harga yang berdasarkan harga pasar, sedangkan harga konstan adalah harga pada tahun tertentu yang dijadikan sebagai harga dasar. Dari Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat diketahui nilai deflator setiap bulan. Perhitungannya mengunakan rumus sebagai berikut:

Deflator bulan penelitian

= �����ℎ������������������� − ������ℎ�������������� ������ℎ��������������


(59)

Nilai deflator yang sudah didapatkan digunakan untuk menghitung harga konstan. Harga-harga konstan ini akan dicari dengan menggunakan rumus:

Harga Konstan

=

������������������������ ������������������������ 100

+ 100

3.10 Depresiasi

Kemampuan dari mesin ataupun benda lainnya yang digunakan akan menurun secara perlahan-lahan tetapi pasti.kenyataannya umur ekonomis suatu mesin akan tergantung kepada beberapa faktor seperti rencana teknis mesin waktu dibuat, frekuensi penggunaan maupun pemeliharaan mesin. Bila umur ekonomis suatu mesin sudah dilampui, mesin tersebut umumnya mengalami gangguan seperti frekuensi kerusakan bertambah tinggi yang mengakibatkan naiknya ongkos pemeliharaan mesin, menurunnya kapasitas produksi dan bahkan kemungkinan kualitas produksi menjadi diluar standar.

Mesin adalah benda modal. Oleh karena nilai mesin menjadi berkurang karena dipakai, maka nilai yang hilang tersebut dianggap sebagai biaya dan diperhitungkan tahun demi tahun sampai pada batas umurnya. Pengurangan nilai mesin atau peralatan disebut depresiasi. Beberapa metode depresiasi yaitu depresiasi Garis Lurus, Declining Balance, Sum of the year digit (SYD), Sinking Fund Method, Service Output method dan Machine Hour Method.

Dalam penelitian ini menggunakan Depresiasi Garis Lurus. Metode ini menganggap aktiva tetap akan memberikan kontribusi yang merata (tanpa fluktuasi) di sepanjang masa penggunaannya, sehingga aktiva tetap akan


(60)

mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari periode ke periode hingga aktiva ditarik dari penggunaannya.

Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Metode garis lurus dipergunakan untuk menyusutkan aktiva-aktiva yang fungsionalnya tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume barang/jasa yang dihasilkan. Misalnya: bangunan, peralatan kantor. Berikut adalah rumus metode garis lurus:


(61)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di pabrik PT. Karya Murni Perkasa yang beralamat di Simp. Bandrek, Dusun II Desa Patumbak, Kec. Patumbak Medan.

4.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini berdasarkan maksud penelitian yaitu penelitian terapan (Applied Research) yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang sedang atau yang akan dihadapi perusahaan dalam peningkatan produktivitas melalui pengambilan tindakan perbaikan (corrective action) dalam perusahaan. Jenis penelitian ini berdasarkan sifat termasuk penelitian Tindakan (Action Research), yaitu penelitian untuk mendapatkan temuan-temuan praktis tentang produktivitas perusahaan atau keperluan pengambilan keputusan operasional.

4.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah bentuk kerangka berpikir yang dapat digunakan sebagai dasar pendekatan dalam memecahkan masalah yang akan diidentifikasi.


(62)

Tenaga Kerja (x2)

Biaya Perawatan (x3)

Peralatan Kerja (x4) Biaya Produksi

(x1)

Produktivitas (y)

Produk (x5)

Analisis dan Evaluasi Produktivitas

Usulan Kebijakan Peningkatan Produktivitas

Gambar 4.1 Kerangka Konseptual Penelitian

4.4 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel penelitian yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (bebas). Variabel yang termasuk dalam kategori ini, yaitu:

Produktivitas (y)

Variabel ini menunjukkan tingkat pencapaian keberhasilan perusahaan dalam mengembangkan usahanya.

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel penelitian yang nilainya tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel yang termasuk dalam kategori ini, yaitu:

1. Biaya Produksi (x1)

Indikator biaya produksi yang menjadi fokus penelitian adalah biaya depresiasi mesin, biaya energi dan biaya bahan.


(63)

Tenaga kerja memperngaruhi produktivitas perusahaan berhubungan terhadap jumlah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja mempengaruhi pada jumlah produk yang dihasilkan. Indikator variabel ini adalah upah tenaga kerja dan termasuk juga upah lembur.

3. Perawatan (x3)

Perawatan mesin mempengaruhi kinerja mesin. Kinerja mesin akan mempengaruhi produktivitas perusahaan. Indikator variable ini adalah biaya perawatan mesin dan pergantian part-part mesin.

4. Peralatan kerja (x4)

Peralatan kerja yang digunakan untuk mendukung proses produksi berpengaruh terhadap kinerja operator. Oleh sebab itu dilakukan evaluasi terhadap peralatan kerja apakah telah mendukung proses produksi. Indikator variabel ini adalah jumlah dan biaya perawatan peralatan kerja.

5. Produk (x5)

Produk yang dihasilkan apakah produk yang dihasilkan sudah memanfaatkan sumber daya produksi sehingga meningkatkan produktivitas perusahaan. Indikator variabel ini adalah jumlah produk yang dihasilkan dan ada atau tidak produk cacat.

4.5 Pengumpulan Data 4.5.1 Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu:


(64)

a. Jumlah Produk dan Harga jual produk b. Jam Kerja

c. Biaya tenaga kerja d. Biaya bahan baku e. Biaya energi

f. Biaya perawatan mesin dan peralatan

4.5.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu: a. Teknik kepustakaan, yakni membaca dan memahami buku-buku dan

jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penerapan metode Marvin E. Mundel.

b. Teknik dokumentasi, yakni memperoleh data perusahaan PT. Karya Murni Perkasa berupa dokumen-dokumen yang mendukung pengerjaan laporan dengan instrumen penelitian tabel pencatatan data.

4.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data 4.6.1 Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan mengikuti beberapa tahapan, yaitu: 1. Memberikan batasan terhadap output dan input yang menjadi variabel dalam

pengukuran produktivitas. Output yaitu jumlah unit produk yang diproduksi setiap bulan. Input terdiri dari biaya penyusutan (depresiasi mesin), biaya dari penggunaan energi, biaya perawatan mesin, biaya tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung.


(65)

2. Menentukan harga konstan dari setiap output biaya produksi yaitu harga tenaga kerja, energi, perawatan mesin, harga bahan baku, dan harga depresiasi mesin dengan cara mengalikan nilai deflator masing-masing biaya dengan harga pada saat periode pengukuran dengan rumus:

Nilai Periode yang bersangkutan x 100 100 + deflator

3. Melakukan Perhitungan Total Input Partial

Total input partial atau disebut juga resource input partial merupakan penjumlahan dari seluruh input dengan harga konstan yang terdiri dari masukan biaya depresiasi, bahan baku, tenaga kerja, energi dan perawatan mesin.

RIP = Biaya depresiasi mesin + biaya bahan baku + biaya tenaga kerja + biaya energi + biaya perawatan mesin

4. Menghitung Output Partial

Pada langkah ini dilakukan perhitungan output partial. Untuk mengetahui hasil output produksi maka digunakan rumus:

OutputPartial = (Jumlah produksi produk x harga jual produkper unit)

5. Menghitung produktivitas total setiap periode pengukuran, dengan membandingkan nilai Output Total (tangible) terhadap Input Total (tangible).

6. Perhitungan Indeks Produktivitas Parsial

Perhitungan indeks produktivitas parsial dengan membandingkan nilai indeks salah satu input (biaya material, tenaga kerja, depresiasi, energi, perawatan) terhadap keluaran (output) yang dihasilkan perusahan


(66)

4.6.2 Metode Analisis Data

Analisis dilakukan melalui grafik hasil perhitungan indeks produktivitas yang disertai dengan penjelasan penyebab turun-naiknya produktivitas. Setelah itu, dilanjutkan dengan penggunaan fishbone diagram untuk menjelaskan secara rinci faktor-faktor yang menyebabkan turunnya produktivitas perusahaan. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode Productivity Evaluation Tree

(PET). Untuk flow chart langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2.


(67)

Studi Literatur

Metode Marvin E. Mundel

Studi Lapangan -Biaya Produksi -Proses Produksi

Perumusan Masalah -Identifikasi penyebab masalah -Penetapan Tujuan

Pengumpulan Data Data Sekunder

-Jumlah Permintaan -Jumlah Produk -Harga Jual Produk -Jam Kerja -Biaya Tenaga Kerja -Biaya Bahan Baku -Biaya Energi

-Biaya Depresiasi Mesin -Biaya Perawatan Mesin dan Peralatan

Pengolahan Data Metode Marvin E. Mundel

Analisis dan Evaluasi Data

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.2 Flow Chart Langkah-langkah Penelitian

Adapun flow chart langkah-langkah dari pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 4.3.


(68)

Perhitungan Harga Konstan

Perhitungan Input Total (Tangible)

Perhitungan Output Total (Tangible)

Perhitungan Indeks Produktivitas Total dan Produktivitas

Parsial

Gambar 4.3 Flow Chart Pengolahan Data

4.7 Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data, ditarik kesimpulan dari hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan. Adapun saran yang diberikan akan diarahkan pada beberapa rancangan atau usulan perbaikan yang bermanfaat bagi perusahaan dan penelitian-penelitian berikutnya.


(69)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan diperoleh melalui dokumen perusahaan (data sekunder). Berikut ini adalah data yang diperlukan dalam pengolahan data yaitu: 1. Jam kerja

Jam kerja terbagi atas dua jenis yaitu jam kerja normal dan jam kerja lembur. Jam kerja normal terbagi atas 2 shift dan 5 hari kerja setiap minggunya dengan 5 jam kerja/hari/shift. Jam kerja lembur yang ditetapkan perusahaan adalah selama 4 jam kerja/hari/shift.

Tabel 5.1 Jam Kerja Tenaga Kerja

Bulan Jam Kerja (Jam) Jumlah Orang Total (Jam Orang)

Normal Lembur

Juli 2013 216 11 61 13.847

Agustus 2013 184 0 61 11.224

September 2013 200 115 61 19.215

Oktober 2013 208 90 61 18.178

November 2013 208 20 61 13.908

Desember 2013 200 15 61 13.115

Total Jam Kerja Orang Tahun 2013 89.487

Januari 2014 216 71 61 17.507

Februari 2014 192 8 61 12.200

Maret 2014 192 16 61 12.688

April 2014 200 0 61 12.200

Mei 2014 165 8 61 10.553

Juni 2014 192 8 61 12.200


(70)

2. Biaya Bahan

Data biaya bahan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku. Data biaya bahan baku dapat dilihat pada Tabel 5.3.

3. Biaya Energi

Data biaya energi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencukupi kebutuhan energi selama proses produksi. Data biaya energi dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Biaya Energi

Bulan Total Biaya (Rp)

Juli 2013 6.718.144

Agustus 2013 6.139.376

September 2013 11.940.712

Oktober 2013 11.440.368

November 2013 8.082.544

Desember 2013 6.913.952

Januari 2014 7.875.744

Februari 2014 7.004.872

Maret 2014 6.887.720

April 2014 9.918.744

Mei 2014 8.726.944

Juni 2014 9.818.224

Sumber : Base Camp PT. Karya Murni Perkasa

4. Biaya Perawatan Mesin dan Peralatan

Biaya perawatan mesin mencakup biaya perawatan harian seperti pelumasan dengan oli dan perawatan tahunan seperti pembongkaran mesin sedangkan perawatan peralatan sebatas perawatan biasa seperti pembersihan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.4.


(71)

Tabel 5.3 Biaya Bahan Baku

Bulan

Bahan Baku

Total Biaya Pasir (m3) Batu (m3) Abu Batu (m3 ) Ter (Liter)

Jumlah Harga Total Jumlah Harga Total Jumlah Harga Total Jumlah Harga Total

Juli 2013 696,21 190.000 132.279.900 3.074,94 140.000 430.491.600 2.030,62 140.000 284.286.800 1.160,350 12.000 13.924.200 860.982.500 Agustus 2013 774,05 190.000 147.069.500 3.418,74 140.000 478.623.600 2.257,66 140.000 316.072.400 1.290,083 12.000 15.481.000 957.246.500 September 2013 1.198,95 190.000 227.800.500 5.295,35 140.000 741.349.000 3.496,93 140.000 489.570.200 1.998,250 12.000 23.979.000 1.482.698.700 Oktober 2013 1.247,09 190.000 236.947.100 5.507,99 140.000 771.118.600 3.637,35 140.000 509.229.000 2.078,483 12.000 24.941.800 1.542.236.500 November 2013 852,24 190.000 161.925.600 3.764,05 140.000 526.967.000 2.485,69 140.000 347.996.600 1.420,400 12.000 17.044.800 1.053.934.000 Desember 2013 987,42 190.000 187.609.800 4.361,13 140.000 610.558.200 2.879,99 140.000 403.198.600 1.645,700 12.000 19.748.400 1.221.115.000 Januari 2014 815,20 225.000 183.420.000 3.600,47 175.000 630.082.250 2.377,67 150.000 356.650.500 1.358,667 12.500 16.983.333 1.187.136.083 Februari 2014 662,38 225.000 149.035.500 2.925,53 175.000 511.967.750 1.931,95 150.000 289.792.500 1.103,967 12.500 13.799.583 964.595.333 Maret 2014 515,87 225.000 116.070.750 2.278,41 175.000 398.721.750 1.504,61 150.000 225.691.500 859,783 12.500 10.747.292 751.231.292 April 2014 933,04 225.000 209.934.000 4.120,92 175.000 721.161.000 2.721,36 150.000 408.204.000 1.555,067 12.500 19.438.333 1.358.737.333 Mei 2014 847,72 225.000 190.737.000 3.744,08 175.000 655.214.000 2.472,51 150.000 370.876.500 1.412,867 12.500 17.660.833 1.234.488.333 Juni 2014 864,34 225.000 194.476.500 3.817,51 175.000 668.064.250 2.520,99 150.000 378.148.500 1.440,567 12.500 18.007.083 1.258.696.333


(1)

Periode (t-2) adalah tahun 2013 dengan M = 6 sehingga � adalah: �= 2

6+1= 0,286

Pada akhir periode 1: PT’11 = αPT10 + (1-α) PT 10’

= 0,286 (1,899)+(1-0,286) (1,899) = 0,543+1,356

= 1,899 Pada akhir periode 2: �= 2

�+1 = 2

6+1 = 0, 286

PT’12 = αPT11+ (1-α) PT 11’

= (0,286)(1,445)+(1-0,286)(1,899) = 0,413 + 1,356

= 1,769

Pada akhir periode 2 ∆PT’11 = 1,769 – 1,899 = -0,13

Pada akhir periode 3:

Pada akhir periode 3 yaitu tahun 2015 telah diketahui produktivitas total yaitu 1,445. Maka variasi dan presentase variasi produktivitas berdasarkan metode I ialah:

VPT(1)12 = PT12-PT12’ = 1,445 -1,769 = -0,324

PVPT(1)12 = ���′��12

12−

1� � 100 = �1,445


(2)

2. Metode II

a.Perhitungan ∆TP, telah dihitung pada sub bab sebelum yaitu -0,454

Karena ∆PTit < 0 kemungkinan jalur yang dipilih ada 5 yaitu jalur no 18, 19, 20, 21 dan 22. Alternatif keputusan masing-masing jalur dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Jalur 18 ∆Oit > 0 ∆Iit > 0 b. Jalur 19 ∆Oit = 0 ∆Iit > 0 c. Jalur 20 ∆Oit < 0 ∆Iit > 0 d. Jalur 21 ∆Oit < 0 ∆Iit = 0 e. Jalur 22 ∆Oit < 0 ∆Iit < 0

PT. Karya Murni Perkasa memproduksi aspal hotmix dengan output tetap yaitu 10.000 ton sehingga jumlah output tidak dapat dirubah. Oleh sebab itu jalur yang dipilih adalah jalur dengan ketentuan ∆Oit = 0 ∆Iit > 0 yaitu jalur 19. Dengan demikian dapat dilakukan perhitungan perkiraan output (O*it) dan input (I*it) berdasarkan data pada tahun 2014 dengan menggunakan perhitungan tenaga kerja aktual yaitu 17 orang pekerja dapat menghemat tenaga kerja 4 orang dengan upah masing-masing pekerja Rp 2.100.000,-.

Oit-1 > 0

Iit-1 > 0

TPit-1 > 0

Oit-1 > 0

Iit-1 > 0

TPit-1 > 0

0

=

OitIit>0 P Tit >0 ∆P Tit<0 Jalur 19

Gambar 6.10 Jalur yang Dipilih pada Productivity Evaluation Tree

O*it = Oit-1 + ∆O*it I*it = Iit-1 + ∆I*it


(3)

I*it = Rp 20.143.644.358 – (Rp 2.100.000 x 4 x 6)

= Rp 20.143.644.358 - Rp 50.400.000 = Rp 20.093.244.358

TP*

it

=

O∗it

�∗��

=

29.115.118.263

20.093.244.358

=

1,449

Produktivitas total untuk periode tahun 2015 (t) adalah 1,449. VPT(2)12 = PT12-PT12’ = 1,445-1,449 = -0,004

PVPT(2)12 = ���′��12

12−1� � 100 = �

1,445

1,449−1� � 100 =−0,276 %

Resume VPT dan PVPT dapat dilihat pada Tabel 6.9.

Tabel 6.9 Resume VPT dan PVPT

Uraian Metode 1 Metode 2 Selisih

Variasi Produktivitas total ��� 12

(1)

=−0,324 ���12(2)=−0,004 -0,32

Persentase Produktivitas

Total ����12

(1)

=−18,315% ����12(2)=−0,276% -18,039%

Deviasi variasi dan persentase variasi produktivitas total antara metode 1 dan metode 2 cukup besar, maka estimasi produktivitas belum memuaskan. Berdasarkan pengamatan, perusahaan masih dapat melakukan penghematan faktor input lain selain input tenaga kerja dalam memperoleh estimasi produktivitas yang memuaskan. Mengurangi jumlah bahan baku yang digunakan dan mengelola sistem maintenance mesin dan peralatan yang digunakan serta mengatur jadwal pemesanan energi dapat mengurangi biaya produksi. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan perhitungan produktivitas untuk mengetahui faktor-faktor yang perlu dibenahi dalam proses peningkatan produktivitas perusahaan.


(4)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data diperoleh beberapa kesimpulan antara lain:

1. Produktivitas PT. Karya Murni Perkasa mengalami penurunan pada tahun 2013 adalah 1,899 sedangkan pada tahun 2014 adalah 1,445.

2. Faktor input terbesar yang sangat mempengaruhi tinggi atau rendahnya produktivitas perusahaan adalah biaya material dan modal.

3. Penyebab rendahnya produktivitas perusahaan adalah kurang optimalnya bahan baku yang digunakan. Hal ini dibuktikan dengan penurunan produktivitas parsial bahan baku.

4. Tingginya jam kerja pekerja menyebabkan rendahnya produktivitas perusahaan. Hal ini dibuktikan terjadinya penurunan produktivitas parsial tenaga kerja perusahaan.

5. Perawatan mesin dan peralatan yang tidak teratur menyebabkan rendahnya produktivitas perusahaan. Hal ini menyebabkan kerusakan mesin yang tidak terduga sehingga mengganggu kelancaran proses produksi yang akan mempengaruhi besarnya biaya produksi.


(5)

7. Adapun usulan kebijakan untuk memperkecil biaya input adalah dengan melakukan perhitungan tenaga kerja aktual yang dibutuhkan yaitu 17 orang.

7.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran-saran yang dapat diberikan antara lain :

1. Usaha untuk peningkatan produktivitas sebaiknya melibatkan seluruh pekerja usaha ini harus mendapat dukungan penuh dari pihak manajemen.

2. PT. Karya Murni Perkasa sebaiknya lebih memperhatikan jarak antara tempat penyimpanan bahan baku dan lantai produksi untuk mengurangi jumlah bahan baku yang terbuang ketika mengalami proses pemindahan.

3. Perawatan mesin dan peralatan sebaiknya dilakukan secara teratur dan terjadwal agar mengurangi resiko kerusakan mesin pada saat proses produksi 4. Pihak manajemen sebaiknya selalu melakukan pemeriksaan terhadap stok

bahan baku yang disimpan agar dapat melakukan pemesanan bahan baku yang akan habis sehingga resiko keterlambatan penyediaan bahan baku dapat diminimalisir.

5. PT. Karya Murni Perkasa sebaiknya mengurangi jumlah tenaga kerja yang digunakan karena sebagian besar proses produksi dilakukan oleh mesin sehingga dapat menghemat biaya yang dikeluarkan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bain, D.L. 1982. The Productivity Prescription : The managers Guide To Improving Productivity And Profits. United States Of America: McGraw-Hill Book Company.

Gaspers, Vincent: Managemen Produktivitas Total : Strategi Peningkatan Produktivitas Bisnis Global, Gramedia, Jakarta, 1998.

Gupta, R. dan S. K. Dey. 2010. Development Of A Productivity Measurement Model For Tea Industry. India : National Institute of Technology.

Hermawan, Sigit. 2008. Akuntansi Perusahaan Manufaktur. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Mali, P. 1978. Improving Total Productivity : MBO Strategies For Business, Government and Nit-For-Profit Organizations. New York : John Wiley & Sons.

Sinulingga, Sukaria. 2010. Manajemen dan Rekayasa Produktivitas. Medan :, USU Press.

---.2011.Metode Penelitian, Medan : USU Press.

Sumanth, D.J. 1984. Productivity Engineering and Management. United States of America: McGraw-Hill Book Company.

Tang Herman, Robertus. 2011. Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Model Mundel Dan APC Untuk Menciptakan Keunggulan Biaya Produksi. Jakarta : Universitas Bina Nusantara.