Analisis Produktivitas dengan Menggunakan Metode ObjectiveMatrix pada PT Karya Murni Perkasa
II-1
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh Ulwan Yusuf NIM. 080403072
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
(2)
(3)
(4)
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana yang berjudul “Analisis Produktivitas dengan Menggunakan Metode ObjectiveMatrix pada PT Karya Murni Perkasa”.
Penelitian ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilakukan di PT Karya Murni Perkasa
Penulis menyadari bahwa laporan tugas sarjana ini maih banyak kekurangan, baik dalam susunan kalimat maupun isi dari materinya.Hal ini disebabkan kurangnya kemampuan penulis untuk menuangkan hasil penelitian dalam sebuah karya tulis berupa laporan yang lengkap.Oeh karena itu penulis sangat mengharapkan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini.Semoga laporan tugas sarjana ini dapat bermanfaat.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan 2014
(5)
ABSTRAK
PT Karya Murni Perkasa merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi hotmix. Selama ini perusahaan belum pernah melakukan pengukuran produktivitas, perusahaan hanya berpatokan pada target output produksi dan keuntungan yang dicapai. Perusahaan tidak memperhitungkan jumlah input yang digunakan. Tujuan dari peneltian ini adalah untuk mengukur tingkat produktivitas perusahaan dan menemukan indikator yang paling berpengaruh dalam pencapaian produktivitas perusahaan.Metode pengukuran dan analisis produktivitas menggunakan metode objectivematrix. Indikator yang digunakan dalam pengukuran produktivitas adalah pemakaian bahan baku (agregat kasar), pemakaian aspal cair, pemakaian energi (BBM), pemakaian jam kerja dan absensi pekerja. Indikator yang mempengaruhi naik turunnya produktivitas adalah indikator pemakaian agregat kasar dengan bobot 32,35%, indikator pemakaian aspal cair dengan bobot 27,32%, efisiensi pemakaian bahan bakar minyak 26,1%, indikator pemakaian jam kerja 7,96% dan indikator absensi 6,27% Pencapaian Indeks produktivitas perusahaan tertinggi pada bulan Juni 2014 sebesar 138,8% sedangkan capaian terendah pada bulan Februari sebesar 41,1%. Faktor -faktor yang dapat diidentifikasi penyebab menurunnya produktivitas adalah pada motivasi perkerja dan kualitas bahan baku (agregat kasar dan aspal cair)
(6)
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
COVER ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-3 1.4. Manfaat Penelitian ... I-4 1.5. Batasan Masalah ... I-5 1.6. Asumsi ... I-5 1.7. Sistematika Penulisan Laporan ... 1-7
(7)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan... II-1 2.2. Organisasi dan Manajemen ... II-2 2.2.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-2 2.2.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-2 2.3. Jumlah Tenaga Kerja dan jam Kerja ... II-4 2.3.1. Jumlah Tenaga Kerja ... II-4 2.3.2. Jam Kerja ... II-4 2.4. Sistem Pengupahan ... II-5 2.5. Proses Produksi ... II-6 2.5.1. Standard Mutu Bahan/Produk ... II-7 2.5.2. Bahan yang Digunakan ... II-7 2.5.3. Uraian Proses ... II-8 2.6. Mesin dan Peralatan ... II-9
III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Produktivitas ... III-1 3.1.2. Jenis – jenis Produktivitas ... III-2 3.1.3. Unsur – unsur Produktivitas ... III-3
(8)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
3.1.4. Siklus Produktivitas ... III-4 3.1.5. Pengukuran Produktivitas ... III-4 3.1.6. Manfaat Pengukuran Produktivitas ... III-6 3.2. Metode Pengukuran ObjectiveMatrix (OMAX) ... III-8 3.2.1. Latar Belakang OMAX ... III-8 3.2.2. Kelebihan Metode OMAX ... III-8 3.2.3. Perhitungan Produktivitas dengan OMAX ... III-10 3.3. AnalyticalHierarchyProcess (AHP) ... III-14 3.3.1. Tahapan Analytical Hieararchy Process ... III-14 3.3.2. Menyusun Hierarki ... III-16 3.3.3. Menetapkan Prioritas ... III-17 3.3.4. Kelebihan dan Kelemahan AnalyticalHierarchy
Process(AHP) ... III-19 3.4. Cause and Effect Diagram (Diagram Sebab Akibat) ... III-21
IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Objek Penelitian ... IV-1 4.3. Variabel Penelitian ... IV-1
(9)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
4.3.1. Definisi Operasional... IV-3 4.4. Kerangka Konseptual ... IV-3 4.5. Instrumen Penelitian ... IV-4 4.6. Metode Pengumpulan Data ... III-4 4.6.1. Data Primer ... III-4 4.6.2. Data Sekunder ... III-5 4.7. Metode Pengolahan Data ... III-5 4.8. Analisis dan Pembahasan ... III-5 4.9. Diagram Alir Penelitian ... III-5
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Pembentukan dan Penentuan Indikator Produktivitas ... V-1 5.1.2. Data Perbandingan Berpasangan ... V-1 5.1.3. Data Produksi Perusahaan ... V-1 5.2. Pengolahan Data ... V-3 5.2.1. Penentuan Nilai Standar Awal dan Target Pencapaian . V-3 5.2.2. Perhitungan Nilai pada Badan Matriks ... V-10 5.2.3. Perhitungan Bobot Indikator ... V-16 5.2.3.1. Perhitungan Bobot Geometrik ... V-6
(10)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
5.2.3.2. Perhitungan Bobo Pasial dan Konsistensi
Matriks ... V-18 5.2.4. Perhitungan Performance Masing-masing Indikator .... V-21 5.2.5. Perhitungan Indeks Produktivitas ... V-24
VI. ANALISIS PEMBAHASAN MASALAH ... VI-1 6.1. Analisis ... VI-1 6.1.1 Analisis Nilai Indeks Produktivitas ... VI-1 6.1.2 Analisis Bobot Indikator ... VI-3 6.1.3. Analisis Skor Indikator Produktivitas ... VI-4 6.1.3.1. Analisis Indikator A (Efisiensi Agregat Kasar) VI-5 6.1.3.2. Analisis Indikator B (Efisiensi Bahan Bakar) VI-8 6.1.3.3. Analisis Skor Indikator C
(Pemakaian Jam Kerja) ... VI-10 6.1.3.4. Analisis Skor Indikator D
(Penggunaan Aspal Cair) ... VI-13 6.1.3.5. Analisis Skor Indikator E (Absensi Pekerja) .. VI-16 6.2. Pembahasan ... VI-18 6.2.1. Usulan Perbaikan Indikator A ... VI-18
(11)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
6.2.2. Usulan Perbaikan Indikator D ... VI-19 6.2.3. Usulan Perbaikan Indikator B ... VI-20 6.2.4. Usulan Perbaikan Indikator C ... VI-21 6.2.5. Usulan Perbaikan Indikator E ... VI-21
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(12)
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Data Tenaga Kerja... II-4 2.2. Jam Kerja Karyawan pada PT.Karya Murni Perkasa
Bagian Produksi ... II-5 2.3. Komposisi Bahan Baku Agregat ... II-8 3.1. Contoh Matriks untuk Perbandingan Berpasangan ... III-18 3.2. Skala Pebandingan Berpasangan... III-19 5.1. Data Produksi Perusahaan ... V-2 5.2. Perhitungan Standar Awal Rasio A... V-4 5.3. Perhitungan Standar Awal Rasio B ... V-5 5.4. Perhitungan Standar Awal Rasio C ... V-6 5.5. Perhitungan Standar Awal Rasio D... V-7 5.6. Perhitungan Standar Awal Rasio E ... V-9 5.7. Rekapitulasi Nilai Target, Standar Awal dan
Pencapaian Terendah ... V-10 5.8. Tabel Objective Matrix ... V-16 5.9. Bobot Geometrik Rata-rata ... V-17 5.10. Rata-rata Geometrik Indikator ... V-19 5.11. Bobot Parsial Indikator ... V-19 5.12. Bentuk Tabel ObjectiveMatrix ... V-21
(13)
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.13. Performance Rasio A ... V-22 5.14. Performance Rasio B ... V-22 5.15. Performance Rasio C ... V-23 5.16. Performance Rasio D ... V-23 5.17. Performance Rasio E ... V-23 5.18. Perhitungan Indeks Produktivitas Bulan Januari 2014 ... V-27 5.19. Perhitungan Indeks Produktivitas Bulan Februari 2014 ... V-28 5.20. Perhitungan Indeks Produktivitas Bulan Februari 2014 ... V-29 5.21. Perhitungan Indeks Produktivitas Bulan April 2014 ... V-30 5.22. Perhitungan Indeks Produktivitas Bulan Mei 2014 ... V-31 5.23. Perhitungan Indeks Produktivitas Bulan Juni 2014 ... V-32 6.1. Indeks Produktivitas ... VI-1 6.2. Bobot Masing – masing Indikator ... VI-3 6.3. Skor Indikator A ... VI-5 6.4. Skor Indikator B ... VI-8 6.5. Skor Indikator C ... VI-10 6.6. Skor Indikator D ... VI-13 6.7. Skor Indikator E ... VI-15
(14)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Skema Susunan Organisasi PT. Karya Murni Perkasa ... II-3 3.1. Bentuk Matriks Metode OMAX ... III-13 3.2. Cause and Effect Diagram ... III-23 4.1. Kerangka Konseptual ... IV-3 4.2. Diagram Alir Penelitian ... IV-6 6.1. Grafik Indeks Produktivitas ... VI-2 6.2. Grafik Skor Masing-masing Indikator ... VI-4 6.3. Skor Indikator A ... VI-6 6.4. Diagram Sebab Akibat Indikator A ... VI-7 6.5. Skor Indikator B ... VI-8 6.6. Diagram Sebab Akibat Indikator B ... VI-9 6.7. Grafik Skor Indikator C ... VI-11 6.8. Diagram Sebab Akibat Indikator C ... VI-12 6.9. Skor Indikator D ... VI-14 6.10 Diagram Sebab Akibat Indikator D ... VI-15 6.11. Skor Indikator E ... VI-16 6.12. Dagram Sebab Akibat Indikator E ... VI-17
(15)
ABSTRAK
PT Karya Murni Perkasa merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi hotmix. Selama ini perusahaan belum pernah melakukan pengukuran produktivitas, perusahaan hanya berpatokan pada target output produksi dan keuntungan yang dicapai. Perusahaan tidak memperhitungkan jumlah input yang digunakan. Tujuan dari peneltian ini adalah untuk mengukur tingkat produktivitas perusahaan dan menemukan indikator yang paling berpengaruh dalam pencapaian produktivitas perusahaan.Metode pengukuran dan analisis produktivitas menggunakan metode objectivematrix. Indikator yang digunakan dalam pengukuran produktivitas adalah pemakaian bahan baku (agregat kasar), pemakaian aspal cair, pemakaian energi (BBM), pemakaian jam kerja dan absensi pekerja. Indikator yang mempengaruhi naik turunnya produktivitas adalah indikator pemakaian agregat kasar dengan bobot 32,35%, indikator pemakaian aspal cair dengan bobot 27,32%, efisiensi pemakaian bahan bakar minyak 26,1%, indikator pemakaian jam kerja 7,96% dan indikator absensi 6,27% Pencapaian Indeks produktivitas perusahaan tertinggi pada bulan Juni 2014 sebesar 138,8% sedangkan capaian terendah pada bulan Februari sebesar 41,1%. Faktor -faktor yang dapat diidentifikasi penyebab menurunnya produktivitas adalah pada motivasi perkerja dan kualitas bahan baku (agregat kasar dan aspal cair)
(16)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persaingan pada industri manufaktur dewasa ini semakin ketat.Setiap perusahaan dituntut untuk berusaha menjaga kestabilan kinerjanya agar dapat bertahan dari persaingan yang kompetitif.Bahkan, untuk dapat mengungguli para pesaingnya perusahaan menginginkan adanya peningkatan kinerja (performance) pada setiap periode.Perusahaan dikatakan berhasil apabila perusahaan tersebut dapat menghasilkan produk lebih baik dan tepat waktu dibandingkan perusahaan lain yang bergerak pada bidang yang sama. Oleh sebab itu banyak sekali hal-hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan agar dapat bersaing dengan pesaing lainnya.
Perusahaan yang kompetitif perlu mengetahui sudah sejauh mana kinerja perusahaan saat ini. Salah satu cara untuk menilai kinerja adalah dengan menghitung produktivitas perusahaan (Sink,1985). Produktivitas diartikan sebagai perbandingan antara nilai yang dihasilkan suatu kegiatan terhadap nilai semua masukan yang digunakan dalam melakukan kegiatan tersebut. Pada tingkat perusahaan, produktivitas digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisis dan mendorong efisiensi produksi serta mengetahui seberapa optimal perusahaan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki (input) dalam menghasilkan output yang ditargetkan (Sinungan, 2005).Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa begitu petingnya melakukan pengukuran
(17)
produktivitassebagai tolok ukur kinerja perusahaan dan agar perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lainnya.
PT. Karya Murni Perkasa adalah salah satu perusahan pengolah hotmix di Sumatera Utara.PT. Karya Murni Perkasa belum pernah mengukur kinerja (performance) perusahaan secara keseluruhan khususnya dibagian produksi.Perusahaan hanya berpatokan dengan target produksi dan keuntungan finansial yang dicapai setiap tahunnya, Perusahaan tidak memperhitungkan jumlah input yang dipakai sementara produktivitas mempertimbangkan seluruh faktor input dalam menghasilkan output. Sehingga perusahaan belum mengetahui sudah sejauh mana kinerja perusahaan saat ini.
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengukuran produktivitas adalah Objective Matrix (OMAX).Metode ObjectiveMatrix (OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas dari tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (Irsyadi, 2005).
Penelitian tentang pengukuran produktivitas dengan menggunakan metode objectivematrix telah banyak dilakukan. Antara lain penelitian yang dilakukan oleh Lusi Susanti dkk pada tahun 2008 dengan judul “ Pengukuran Produktivitas PTP. Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro Dengan Metode Objective Matrix (OMAX)”;dalam penelitian tersebut faktor yang mempengaruhi produktivitas perusahaan adalah konsumsi bahan baku,kerusakan mesin, konsumsi energi listrik dan rasio produk cacat. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor yang sangat mempengaruhi produktivitas perusahaan adalah konsumsi bahan bakudengan skor
(18)
setiap periodenya masih dibawah 3. Penelitian lain dilakukan oleh Geta Destriani Rahmi dkk pada tahun 2013 dengan judul “ Analisis Peningkatan Produktivitas di Lantai Produksi dengan Menggunakan Metode ObjectiveMatrix (OMAX); dalam penelitian tersebut faktor yang mempengaruhi produktivitas perusahaan adalah produk cacat, konsumsi energi, jam kerusakan mesin dan konsumsi bahan baku. hasil dari penelitiannya ditemukan banyaknya produk cacat yang disebabkan oleh kualitas bahan baku yang buruk.
Untuk mengukur produktivitas pada PT. Karya Murni Perkasa, penulis mencoba menerapkan model pengukuran produktivitas Objective Matrix (OMAX). Model ini digunakan karena penelitian yang dilakukan berfokus pada produktivitas perusahaan di bagian produksi.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengukur dan menganalisis seberapa besar tingkat produktivitas perusahaan PT. Karya Murni Perkasa dan apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan..
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengukur tingkat produktivitas perusahaan PT Karya Murni perkasa.
2. Menentukan indikator yang paling mempengaruhi tingkat produktivitas PT Karya Murni Perkasa.
(19)
3. Mengidentifikasi faktor – faktor penyebab menurunnya tingkat produktivitas Pada PT Karya Murni Perkasa.
4. Memberikan usulan langkah-langkah untuk peningkatan produktivitas pada Perusahaan PT. Karya Murni Perkasa
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk perusahaan, mahasiswa dan Fakultas Teknik, Departemen Teknik Industri.
Manfaat penelitian untuk perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Membantu perusahaan dalam melakukan pengukuran produktivitas
2. Membantu perusahaan mengidentifikasi faktor penyebab menurunnya produktivitas
Manfaat penelitian untuk mahasiswa adalah sebagai berikut :
1. Dapat membandingkan teori-teori yang diperoleh pada saat mengikuti perkuliahan dengan kondisi nyata di perusahaan.
2. Mendapatkan kesempatan untuk dapat memecahkan dan mencari solusi permasalahan - permasalahan di perusahan dari sudut pandang akademis.
Manfaat penelitian untuk Fakultas Teknik Departemen Teknik Industri adalah sebagai berikut :
1. Mempererat kerja sama antara perusahaan dengan Fakultas Teknik, Departemen Teknik Industri, Universitas Sumatera Utara.
2. Departemen Teknik Industri dapat lebih dikenal secara luas sebagai forum disiplin ilmu terapan yang sangat bermanfaat bagi suatu perusahaan.
(20)
1.5. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan di PT. Karya Murni Perkasa
2. Metode yang digunakan adalah Objective Matrix
3. Periode dasar yang digunakan adalah rata-rata performance bulan Januari 2013 hingga Desember 2013
4. Periode pengukuran dilakukan pada bulan Januari 2014 hingga Juni 2014
1.6. Asumsi
Adapun asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk kelancaran proses produksi diasumsikan tidak mengalami permasalahan.
1.7. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika Penulisan laporan adalah sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan mengenai Latar Belakang Masalah,Perumusan Masalah,TujuanPemecahan Masalah, Pembatasan Masalah, Lokasi dan Sistematika Penulisan.
(21)
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Menjelaskan secara umum perusahaan yang di teliti
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Berisi teori-teori yang mendukung dalam penelitian tentang produktivitas dan metode-metode yang digunakan.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Mengemukakan tentang model pemecahan masalah dan langkah-langkah pemecahan masalah.
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Berisi penjelasan tentang hasil penelitian yang dimulai dari data yang dikumpulkan dan pengolahan data yang ditujukan untuk memecahkan masalah yang diteliti.
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan analisis dan pembahasan dari hasil pemecahan masalah (Output).
(22)
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Mengemukakan kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan, dan saran – saran yang berisikan tindak lanjut atau rekomendasi atas kesimpulan yang diambil.
(23)
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan
PT Karya Murni Perkasa didirikan pada tanggal 4 Februari
1978 dengan nama CV. Karya Murni Perkasa yang berlokasi di jalan
Sei Musi NO. 21 A dengan pendirian dihadapan Notaris Walter
Siregar NO.12 yang telah disahkan oleh Pengadilan Negeri Medan
NO.41/CV/79. CV ini merupakan badan usaha kontruksi jembatan,
irigasi dan jalan raya. Kemudian, perusahaan berubah nama PT. Karya
Murni Perkasa pada tanggal 19 Agustus 1983 dengan akte Notaris
Raskami Sembiring, SH. NO. 16, yang disahkan tanggal 12 Desember
1986 oleh Menteri Kehakiman di Jakarta sesuai dengan surat keluar
No. 02.8750.HT-01/02/86. PT. Karya Murni Perkasa berkantor pusat
di Jln Sei Musi No.21 A, dan pabrik mereka berada di Jalan Simpang
Bandrek, Dusun II Desa Patumbak II, Kec. Patumbak Medan.
Ruang lingkup usaha PT. Karya Murni Perkasa adalah
memproduksi aspal
hotmix
dan menjalankan usaha kontruksi
bangunan, jembatan, jalan dan irigasi. Selain itu, PT. Karya Murni
Perkasa juga melakukan usaha penyewaan alat-alat berat seperti
(24)
traktor dan truk. Wilayah pemasaran PT. Karya Murni Perkasa adalah
seluruh wilayah Sumatera Utara, Pekanbaru, Palembang, Aceh dan
Malaysia.
2.2 Organisasi dan Manajemen 2.2.1 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi adalah susunan dan hubungan-hubungan antar bagian-bagian dan posisi-posisi dalam suatu perusahaan.PT Mutiara Mukti Farma menggunakan struktur organisasi lini dan fungsional.Hal ini ditunjukkan dengan adanya hubungan lini antara direktur dengan, manajer dengan masinis kepala, masinis kepala terhadap para asisten (asisten pengelola, asisten laboratorium dan asisten tata usaha dan personalia) dan para.asisten terhadap bawahannya.
Struktur fungsional dijumpai pada kelompok asisten bidang dan karyawan.Sebagai contoh karyawan bagian pengelola berhubungan dengan asisten bagian pengelola untuk urusan pekerjaannya dan dengan tata usaha untuk pembayaran gaji.Bagan struktur organisasi PT Karya Murni Perkasa dapat dilihat pada gambar 2.1.
2.2.2 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab
Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam PT. Karya Murni Perkasa merupakan wewenang dari pemilik usaha. Pembagian
(25)
Direktur
Manajer
Maskep
Asisten Tata Usaha dan Personalia Asisten
Pengelola
Asisten Laboratorium
Kepala Satpam
Satpam Mandor
Laboratorium Mandor
Pengelola
Koordinator Tata Usaha
Operator Lini
Fungsional
Petugas Laboratorium
Koordinator Personalia
Pelayan Kantor Karyawan
(26)
2.3 Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.3.1 Jumlah Tenaga Kerja
Untuk mendukung kelancaran pengoperasian PT. Karya Murni Perkasa mempunyai Tenaga Kerja/Karyawan sebanyak 80 orang dengan perincian pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Data Tenaga Kerja
No. Tenaga Kerja Jumlah (Orang)
1 Direktur 1
2 Manajer 1
3 Karyawan Produksi 64
4 Karyawan Laboratorium 4
5 Karyawan Administrasi 4
6 Karyawan bag. Umum/satpam 3
7 Asisten Pabrik 3
Total 80
2.3.2 Jam Kerja
PT. Karya Murnimenerapkan sistem 2 shift jam kerja untuk karyawan pada bagian produksi dengan lama jam kerja untuk satu shift adalah 8 jam. Untuk bagian kantor perusahaan menerapkan 8 jam kerja sehari.Rincian shift kerja untuk karyawan pada bagian produksi dapat dilihat pada Tabel 2.2.
(27)
I-26
Tabel 2.2 Jam Kerja Karyawan pada PT.Karya Murni Perkasa Bagian Produksi
Shift Jam Kerja Keterangan
Shift I
08:00 – 12:00 Kerja 12:00 – 13:00 Istirahat
13:00 –17:00 Kerja 17:00-23:00 Lembur
Shift II
20:00 – 00:00 Kerja 00:00 – 01:00 Istirahat 01:00 – 05:00 Kerja 05:00 – 10:00 Lembur Sumber: PT. Karya Murni Perkasa
2.4 Sistem Pengupahan
Kompensasi dan jaminan sosial diberikan oleh perusahaan kepada semua pekerja berdasarkan statusnya dalam perusahaan yaitu :
1. Karyawan Tetap (Tenaga Kerja Tidak Langsung), tenaga kerja di kantor dan juga supervisor digaji secara bulanan.
2. Karyawan Kontrak (Tenaga Kerja Langsung), sebagian besar tenaga kerja langsung yang dibayar untuk masa tertentu yang besarnya sesuai dengan kesepakatan antara perusahaan dengan karyawan, sebagian besar pada bagian
(28)
produksi dan sebagian lagi pada bagian pergudangan, yang mana penggajiannya sesuai dengan kontrak yang berlaku.
Penetapan upah pada dasarnya ditetapkan berdasarkan jabatan, keahlian dan prestasi kerja dari karyawan itu sendiri. Pajak atas upah menjadi tanggung jawab karyawan tersebut.Jenis upah yang diberikan oleh perusahaan terdiri dari : 1. Upah Pokok.
a. Tenaga kerja borongan diberikan setiap 2 minggu sekali.
b. Tenaga kerja bulanan, pembayaran dilakukan pada setiap akhir bulan. 2. Upah Lembur.
Karyawan yang melakukan kerja lembur akan mendapatkan tambahan yang dihitung berdasarkan tarif lembur, yaitu
a. Untuk hari biasa
Upah lembur dihitung untuk satu jam pertama adalah 1½ x upah per jam. Upah lembur dihitung untuk dua jam berikutnya adalah 2 x upah per jam. Upah per jam adalah 1/173 x upah per bulan.
b. Untuk hari besar atau hari libur
Upah lembur untuk karyawan yang bekerja pada hari besar atau libur (Minggu) dihitung 2 x upah per hari kerja biasa.
2.5 Proses Produksi
PT. Karya Murni Perkasa adalah salah satu pabrik pengolahan aspal (hotmix).Kemudian aspal yang dihasilkan langsung dibawa ke tempat yang akan dituju.
(29)
I-28 2.5.1 Standard Mutu Bahan/Produk
Adapun standard mutu produk aspal yang dihasilkan oleh PT. Karya Murni Perkasa adalah sebagai berikut :
1. Kadar tanah atau kadar lumpurnya maksimal 1%. 2. Aspal hotmix tidak berwarna coklat gelap.
3. Aspal hotmix memiliki daya serap air sebesar 30%.
2.5.2 Bahan yang Digunakan
Bahan baku yang digunakan dalam produksi aspalhotmix pada PT. Karya Murni Perkasa adalah:
1. Pasir
Pasir ini diperoleh dari sungai. Pasir untuk aspal adalah merupakan pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami batu-batuan. Pasir berfungsi sebagai media perekatan batu.
2. Batu (agregat kasar)
Batu berfungsi sebagai penguat lapisan aspal. Batu yang digunakan terdiri atas dua ukuran, yaitu:
a. Batu ½ inci (medium agregat) b. Batu ¾ inci (crush agregat)
(30)
3. Abu batu
Abu batu berfungsi sebagai media perekatan batu.diperoleh dari batu yang telah dihaluskan. Komposisi bahan baku untuk campuran pasir, batu dan abu batu atau disebut agregat dapat dilihat pada table 2.3.
Tabel 2.3 Komposisi Bahan Baku Agregat Komposisi Bahan Jumlah (%) Batu ¾ (crush aggregate) 20 Batu ½ (medium aggregate) 33
Abu batu 35
Pasir 12
Sumber : PT. Karya Murni Perkasa 4. Ter (aspal cair)
Pada pembuatan aspal, ter digunakan untuk merekatkan campuran abu batu dan pasir.
2.5.3 Uraian Proses
Secara garis besarnya proses pengolahan aspal terdiri dari rangkaian proses sebagai berikut :
1. Proses Pencampuran Bahan Baku
Proses pencampuran merupakan tahap pertama yang dilakukan dalam proses produksi aspal. Pada proses ini, bahan baku yang terdiri dari batu ½ , batu
(31)
I-30
¾ , abu batu dan pasir dibawa dengan menggunakan kereta sorong ke cold bin. Cold bin berfungsi sebagai tempat penakaran jumlah masing-masing agregat yang akan digunakan pada proses produksi. Masing-masing operator memeriksa komposisi dari bahan baku tersebut. Kemudian bahan baku dialirkan dengan menggunakan conveyor ke rotary dryer.
2. Proses Pembakaran Bahan Baku
Pada proses ini, bahan baku yang telah dicampur di rotary dryer akan dialirkan dengan menggunakan conveyor ke mesin hopper. Pada mesin hopper agregat akan dibakar pada suhu 1400C selama 10 menit. Selanjutnyaagregat yang telah dibakar diperiksa dan ditampung didalam mesin measuring tray dengan kapasitas 375 kg.
3. Proses Pencampuran Aspal Cair
Pada proses ini, bahan baku yang telah dibakar di hopper dialirkan ke dalam tempat pencampuran atau mixer. Di dalam mixer ini, agregat akan dicampurkan dengan sejumlah aspal cair atau ter. Selama menunggu proses pencampuran, aspal cair disimpan di dalam tangki khusus yang dipanaskan pada suhu 150oC untuk menjaga agar aspal cair tetap dalam keadaan cair. Campuran dari agregat dan aspal cair inilah yang disebut dengan hotmix. Hotmix ini akan langsung dikeluarkan ke truk untuk dibawa ke lokasi kerja atau ketempat proyek.
2.6 Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan yang digunakan untuk mendukung proses produksi pada PT. Karya Murni Perkasa sebagai berikut:
(32)
a. Mesin yang digunakan
1. Nama mesin: Mesin SprayScrubber
Fungsi : tempat penampungan limbah dari proses pembakaran. Kapasitas : 2000–4500 mold per unit
Daya : 0.4KW
Merk : Hitachi Zosen Putaran : 1.500 rpm Jumlah : 1 unit
2. Nama mesin: Mesin Rotary Dryer
Fungsi : tempat penampungan bahan baku yang telah dicampur Kapasitas : 1 ton per pengolahan
Merek : Bosch 06 F
Ukuran : 1000 x 800 x 1050 mm Buatan : Jerman
Jumlah : 1 unit
3. Nama mesin : Mesin Mixer
Fungsi : Untuk mencampur agregat dan aspal cair. Merek : Bosch 06 F
(33)
I-32 Power : 2 HP, 220 V, 50 Hz Buatan : Jerman
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 1 ton per pengolahan Putaran : 40 putaran per menit
4. Nama mesin : Hopper
Fungsi : memasak campuran agregat yang berasal dari rotary dryer.
Model : LF 21 c/w
Daya : 10 HP
Jumlah : 1 unit
5. Nama mesin : Mesin Heater
Fungsi : Memanaskan tanki aspal cair agar tetap pada suhu 150oC. Model : TF 155R
Merek : Yanmar
Jumlah : 1 unit
b. Peralatan yang digunakan yaitu:
1. Timbangan elektro (digital)–Jembatan Timbang Kapasitas : 40 ton
(34)
Fungsi : Sebagai alat untuk menimbang bahan baku pada saat penerimaan bahan baku
2. Asphalt tank
Kapasitas : 35 ton
Fungsi : Sebagai alat penyimpanan aspal cair (ter).
3. Rap bin convenyor Kapasitas : 5 ton
Fungsi : Sebagai alat untuk menghubungkan bahan baku ke tempat produksi atau pencampuran menjadi satu secara otomatis. 4. Cold Bin
Kapasitas: 1 ton
(35)
I-34
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Produktivitas
Produktivitas sangatlah berbeda dengan produksi.Orang sering menghubungkan pengertian antara produktivitas dengan produksi, hal ini disebabkan karena produksi nyata dan langsung terukur.Produksi merupakan aktivitas untuk menghasilkan barang dan jasa, sedangkan produktivitas berkaitan erat dengan penggunaan sumber daya untuk menghasilkan barang dan jasa. Jika produksi hanya memandang dari sisi output, maka produktivitas memandang dari dua sisi sekaligus, yaitu sisi input dan sisi output. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam memproduksi output secara efektif. Produktivitas sebenarnya juga menyangkut aspek yang luas, seperti modal, biaya, tenaga kerja, alat dan teknologi.
Beberapa pengertian produktivitas dapat diuraikan sebagai berikut (Yamit, 2007, pp11-14) :
1. Menurut Organization For Economic and Development (OECD), menyatakan bahwa pada dasarnya produktivitas adalah output dibagi dengan elemen produksi yang dimanfaatkan.
2. Menurut International Labour Organization (ILO), pada dasarnya produktivitas adalah perbandingan antara elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan. Elemen-elemen tersebut berupa tanah, tenaga kerja, modal dan organisasi.
(36)
3. Menurut European Productivity Agency (EPA), produktivitas adalah tingkat efektivitas pemanfaatan setiap elemen produktivitas.
4. Menurut formulasi dari National Productivity Board, Singapura, pada dasarnya produktivitas adalah sikap mental yang mempunyai semangat untuk bekerja keras dan ingin memiliki kebiasaan untuk melakukan peningkatan perbaikan.
5. Sesuai dengan laporan Dewan Produktivitas Nasional (DPN), produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kualitas kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
3.1.2. Jenis – jenis Produktivitas
Dengan membandingkan jumlah serta jenis masukan dan keluaran yang dilibatkan, jenis produktivitas menurut David J. Summanth (1985:7) dibedakan sebagai berikut:
1. Produktivitas Parsial
Merupakan perbandingan antara keluaran dengan salah satu faktor masukan.Misal produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara keluaran dengan masukan tenaga kerja.
(37)
I-36 2. Produktivitas Faktor Total
Merupakan perbandingan antara keluaran bersih dengan masukan tenaga kerja dan masukan kapital, di mana keluaran bersih adalah keluaran total dikurangi jumlah nilai barang dan jasa yang dibeli.
3. Produktivitas Total
Merupakan perbandingan antara keluaran total terhadap masukan total. Berdasarkan definisi ini tampak bahwa pengukuran produktivitas total merefleksikan dampak penggunaan semua input secara bersama dalam menghasilkan suatu output.
3.1.3. Unsur – unsur Produktivitas
Unsur-unsur produktivitas terdiri dari tiga unsur penting, antara lain efisiensi, efektivitas dan kualitas, yang dapat dijelaskan lebih lanjut.(Everett E. Adam Jr. james C.Heusauer, & William A. Rush, 1981).
1. Efisiensi
Efisiensi merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh sumber daya yang digunakan dalam menghasilkan output. Unsur ini berfokus kepada input
2. Efektivitas
Efektivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, waktu) telah tercapai.Makin besar prosentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.Unsure ini orientasinya lebih tertuju kepada keluaran.
(38)
3. Kualitas
Kualitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah terpenuhinya berbagai persyaratan (requirement), spesifikasi dan harapan (expectation).Unsur ini orientasinya hanya tertuju pada segi pengadaan masukan atau hanya pada segi keluaran dan segi distribusi (termasuk kepuasan konsumen) atau kedua-duannya.
3.1.4. Siklus Produktivitas
Untuk menyelesaikan permasalahan produktivitas dengan baik, diperlukan usaha-usaha formal.Program produktivitas dengan formal pada sebuah organisasi harus berdasarkan pada konsep yang disebutkan dengan siklus produktivitas (Sumanth, 1985). Pada dasarnya konsep siklus produktivitas terdiri dari empat tahap utama, yaitu :
1. Pengukuran Produktivitas (Productivity Measurement) 2. Evaluasi Produktivitas (Productivity Planning)
3. Perencanaan Produktivitas (Productivity Planning) 4. Perbaikan Produktivitas (Productivuty Improvement)
3.1.5. Pengukuran Produktivitas 1
Pengukuran adalah sebuah langkah awal yang bersifat normatif dalam melakukan suatu perencanaan baik untuk tujuan perbaikan atau peningkatan maupun tujuan pengembangan. Jika seorang manajer mengingatkan seluruh
1
(39)
I-38
karyawannya untuk terus memperbaiki dan meningkatkan produktifitas, maka perintah ini tidak mempunyai makna apabila tidak dijelaskan berapa tingkat produktifitas yang saat ini telah dicapai oleh masing-masing unit kerja dan bagaimana penilaian manajemen terhadap capaian produktifitas tersebut. Bila capaian dinilai masih sangat rendah maka perintah perbaikan produktifitas mungkin harus ditindak lanjuti secara serius oleh masing-masing kepala unit yang bertanggung jawab. Tetapi apabila informasi tentang capaian saat ini tidak diberikan maka masing-masing unit memandang instruksi tersebut lebih bersifat saran. Informasi tentang capaian produktifitas saat ini hanya dapat diperoleh melalui kegiatan pengukuran secara langsung.
Pengukuran produktivitas jika dilakukan secara rutin akan memberikan manfaat besar kepada manajemen perusahaan karena:
1. Perusahaan dapat menilai seberapa baik pemanfaatan setiap unit sumberdaya produksi pada tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu.
2. Setiap unit kerja pada perusahaan akan mendapat informasi tentang capaian produktifitas pada unitnya dibandingkan dengan capaian pada unit-unit kerja lainnya dalam perusahaan. Situasi ini sangat bermanfaat dalam membangun kompetisi yang sehat antar unit dalam perusahaaan karena sangat efektif digunakan sebagai dasar pemberian insentif berdasarkan unit kerja.
3. Hasil pengukuran produktivitas merupakan informasi berharga bagi manajemen dalam menilai sumberdaya apa saja yang dimiliki atau dikelola perusahaan yang termasuk sumberdaya kritis, semi kritis dan non-kritis sehingga penentuan target
output dan perencanaan pengembangan sumberdaya dan prioritasnya untuk periode berikutnya dapat disusun dengan lebih akurat.
(40)
4. Hasil pengukuran produktivitas dapat digunakan sebagai salah satu faktor utama dalam menilai daya saing atau posisi perusahaan dalam persaingan dengan para kompetitor utamanya.
5. Hasil pengukuran produktivitas sangat membantu dalam penentuan target-target perbaikan baik pada tingkat unit kerja maupun pada tingkat perusahaan secara keseluruhan.
6. Data capaian produktivitas perusahaan dari periode ke periode merupakan salah satu faktor pendukung kuat bagi manajemen dalam melakukan aktifitas tawar-menawar bisnis secara kolektif(collective bargaining).
Dalam mengukur produktivitas, kita mengenal bermacam-macam model pengukuran, antara lain model rasio output/ input, model angka indeks, model APC, model Mundel, model OMAX dan Balance Scorecard. Secara garis besar, semua model tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengukuran produktivitas total dan pengukuran produktivitas parsial.
3.1.6. Manfaat Pengukuran Produktivitas
Suatu organisasi perusahaan perlu mengetahui pada tingkat produktivitas mana perusahaan itu beroperasi, agar dapat membandingkannya dengan produktivitas standar yang telah ditetapkan manajemen dan dapat melakukan perbaikan produktivitas dari waktu ke waktu. Perbaikan akan meningkatkan daya saing perusahaan di pasar global yang sangat kompetitif.
Menurut Gaspersz (2000, pp24-25), manfaat pengukuran produktivitas bagi perusahaan anara lain :
(41)
I-40
1. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya agar dapat meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber dayanya. 2. Perencanaan sumber-sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien
melalui pengukuran produktivitas.
3.`Perencanaan target tingkat produktivitas di masa mendatang dapat dimodifikasi kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktivitas sekarang. 4. Strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan
berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas yang ada di antara tingkat produktivitas yang direncanakan dan tingkat produktivitas yang diukur.
5. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan perusahaan. 6. Menciptakan tindakan kompetitif berupa upaya peningkatan produktivitas
terus-menerus.
7. Memberikan informasi yang bermanfaat dalam mengevaluasi perkembangan dan efektivitas dari perbaikan yang dilakukan dalam perusahaan.
8. Memberi motivasi kepada orang-orang untuk melakukan perbaikan terusmenerus dan juga akan meningkatkan kepuasan kerja.
9. Aktivitas perundingan bisnis (kegiatan tawar-menawar) secara kolektif dapat diselesaikan secara rasional.
3.2. Metode Pengukuran Objective Matrix (OMAX) 3.2.1. Latar Belakang OMAX
(42)
Menurut Christopher (2003, p2-9.8), Objective Matrix adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di suatu perusahaan atau di tiap bagian saja dengan criteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut.
Model ini diciptakan oleh Prof. James L. Riggs, seorang ahli produktivitas dari Amerika Serikat.Matriks ini berasal dari usaha-usaha beliau untuk mengkualifikasikan perawatan yang dilandasi kasih sayang (Tender Loving Care) dalam studi produktivitas rumah sakit pada tahun 1975, yaitu suatu skema multi dimensional untuk menyertakan TLC dalam pengukuran kinerja.
Pengukuran produktivitas yang dilakukan dengan menggunakan pengukuran model OMAX, pada dasarnya merupakan perpaduan dari beberapa ukuran keberhasilan atau kriteria produktivitas yang sudah dibobot sesuai derajat kepentingan masing-masing ukuran atau kriteria itu di dalam perusahaan. Dengan demikian model ini dapat digunakan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang amat berpengaruh dan yang kurang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas.
3.2.2. Kelebihan Metode OMAX
Pengukuran produktivitas dapat menjadi suatu hal yang menyulitkan karena adanya beberapa hal yang harus dilibatkan seperti rasio-rasio, indeks, persentase dan lain-lain.Oleh karena itu tidaklah mengherankan bahwa pengukuran dan peningkatan produktivitas sulit untuk dilakukan karena banyaknya kriteria yang harus dipertimbangkan dan dilibatkan di dalamnya. Hasil
(43)
I-42
perpaduan beberapa ukuran keberhasilan atau kriteria produktivitas ini kemudian dinilai ke dalam satu indikator atau indeks yang berguna untuk :
1. Memperlihatkan sasaran atau target peningkatan produktivitas.
2. Alat peringatan dalam pengambilan keputusan bagi peningkatan produktivitas. 3. Mengetahui posisi dalam pencapaian target.
Kelebihan model OMAX dibandingkan dengan model pengukuran produktivitas yang lainnya (Christopher, 2003, p2-9.8) yaitu :
1. Model ini memungkinkan menjalankan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengukuran, penilaian dan peningkatan produktivitas sekaligus.
2. Adanya sasaran produktivitas yang jelas dan mudah dimengerti yang akan memberi motivasi bagi pekerja untuk mencapainya.
3. Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas dapat diidentifikasikan dengan baik dan dapat dikuantifikasikan.
4. Adanya pengertian bobot yang mencerminkan pengaruh masing-masing faktor terhadap peningkatan produktivitas yang penentuannya memerlukan persetujuan manajemen.
5. Model ini menggabungkan seluruh faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas dan dinilai ke dalam satu indikator atau indeks. 6. Bentuk model ini fleksibel, tergantung lingkungan mana diterapkan. Dalam
hal ini juga berarti bahwa data-data yang diperlukan dalam model ini mudah diperoleh di lingkungan perusahaan dimana model ini digunakan.
(44)
Bentuk dan susunan dari pengukuran produktivitas model OMAX berupa matrix, yang terdiri dari :
1. Kriteria Produktivitas.
Menyatakan kegiatan dan faktor-faktor yang akan diukur produktivitasnya, dinyatakan dengan ratio dari rpoduktivitas yang diukur.
2. Performance / nilai pencapaian.
Setelah dilakukan pengukuran maka kita dapat mengetahui tingkat produktivitas perusahaan tersebut. Hasilnya ini yang akan dicantumkan pada baris performance untuk kriteria yang diukur.
3. Butir-butir matrix
Terdapat dalam badan matrix yang disusun oleh besaran-besaran pencapaian mulai dari tingkat 0 (hasil yang terjelek) smpai dengan tingkat 10 (hasil yang terbaik).Pengukuran dimulai dari tingkat normal yaitu tingkat 3.
4. Skor (score)
Hasil dari pengukuran (performance) yang diubah ke dalam skor yang sesuai. 5. Bobot (weight)
Setiap kriteria yang diukur mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tingkat produktivitas perusahaan. Kriteria yang akan diberi bobot berdasarkan derajat kepentingannya. Total dari bobot bisa bernilai 100 atau 100% atau 1.
(45)
I-44
Nilai merupakan hasil prkalian dari skor pada kriteria tertentu dengan bobot kriteria tersebut.
7. Performance indicator
Merupakan jumlah nilai (Poin 6) dari semua kriteria pengukuran yang dilakukan.
Adapun langkah – langkah perhitungan dengan metode omax adalah sebagai berikut :
1. Pendefinisian (Defining)
Pada bagian atas matrix terdapat kriteria produktivitas berupa perbandingan yang merupakan unjuk kerja produktif dari suatu unit kerja serta berpengaruh pada tingkat produktivitas.Satuan untuk tiap-tiap kriteria ditentukan terlebih dahulu. Pemilihan kriteria tersebut selain karena pengaruhnya juga sebagai faktor yang akan diteliti dan dikembangkan.
2. Pengukuran (Quantifying)
Pada badan matrix ditunjukkan tingkat pencapaian unjuk kerja untuk criteria produktivitas.Tingkatan tersebut dibagi dalam sepuluh tingkat.Nilai-nilai menunjukkan tingkat dimana matrix pengukuran dimulai. Jika kurang dari hasil minimum yang dapat diterima dianggap nol. Jika kurang dari hasil minimum yang dapat diterima, dinggap nol. Hasil dari pengukuran untuk setiap unit kerja yang akan dikembangkan harus disertakan dalam masukan yang dicatat pada baris nilai 0,3 dan 10. Selanjutnya semua masukan yang lain merupakan hasil interpolasi dari ketiga baris tersebut untuk masing-masing kriteria.
(46)
����� 3− ����� 1 3−0
Kenaikan level 4 sampai dengan level 9 dilakukan dengan cara interpoalsi
����� 10− ����� 3 10−3
3. Pencatatan (Monitoring)
Dasar dari matrix adalah perhitungan dari performance indikator (indikasi unjuk kerja).Hasil perbandingan dari ooperasi yang berlangsung ditempatkan di bagian atas matrix, kemudian disesuaikan dengan tingkatan pada badan matrix, lalu dicatat dalam baris nilai setelah diubah menurut nilai yang ada. Bila ada hasil perbandingan yang terletak di antara 2 (dua) level, maka dipilih kemungkinan terjelek. Angka pada baris bobot menunjukkan derajat kepentingan dari masing-masing criteria tersebut dikalikan dengan nilai atasnya lalu dicatat dalam baris nilai x bobot (value), penjumlahan dari value ini adalah performance indikator (penunjuk unjuk kerja) dari suatu periode tertentu.
Pembagian skala terdiri dari tiga tingkat yaitu : 1. Tingkat 0
Merupakan tingkat rasio terendah yang dicatat pada akhir periode. Dengan kata lain merupakan hasil terjelek atau kemungkinan hasil terjelek yang dicapai tiap kriteria pada periode tersebut.
2. Tingkat 3
Adalah hasil-hasil yang ingin dicapai dalam kondisi normal selama proses pengukuran berlangsung
(47)
I-46
Berisi perkiraan realistis hasil terbaik yang mungkin dapat dicapai oleh perusahaan dalam suatu kurun waaktu tertentu atau dalam suatu periode tertentu
Model ini berupa matrix,sebuah tabel yang butir-butirnya disusun menurut kolom dan baris sehingga dapat dibaca dari atas ke bawah dan dari kiri kekanan. Sebagaimanayang terlihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 3.1. Bentuk Matriks Metode OMAX
Untuk menghitung indeks produktivitas dihitung dengan menggunakan rumus
�������������������= ������������������
(48)
3.3. Analytical Hierarchy Process (AHP)
Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleksdengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dandengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atauprioritas.Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logikayang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagaipertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kitasecara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telahdibuat (Kastowo, Banu. 2008).
3.3.1. Tahapan Analytical Hierarchy Process (AHP)
Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut(Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998) :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu.Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan
(49)
I-48
menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda.Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi.Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah pengukuran seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masingmasingelemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkanperbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemendalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka
(50)
hasilperbandingan diberi nilai 1.Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisamembedakan intensitas antar elemen.Hasil perbandingan tersebut diisikanpada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. 5. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
6. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata. Memeriksa konsistensi hirarki.Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %.
3.3.2. Menyusun Hierarki
Manusia mempunyai kemampuan untuk mempersepsi benda dan gagasanmengidentifikasikannya, dan mengkomunikasikan apa yang mereka amati. Untukmemperoleh pengetahuan terinci, pikiran kita menyusun realitas yang komplekskedalam bagian yang menjadi nelemen pokoknya, dan kemudian
(51)
I-50
bagian inikedalam bagian-bagiannya lagi, dan seterusnya secara hierarkis. Jumlah bagian-bagianini berkisar antara lima sampai sembilan.
3.3.3. Menetapkan Prioritas
Langkah pertama dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatupersoalan keputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasangan yaituelemen-elemen dibandingkan berpasangan terhadap suatu kriteria yangditentukan.Untuk perbandingan berpasangan ini, matrik merupakan bentuk yanglebih disukai.Matriks merupakan alat sederhana dan bisa dipakai, dan memberkerangka untuk menguji konsistensi, memperoleh informasi tambahan denganjalan membuat segala perbandingan yang mungkin, dan menganalisis kepekaanprioritas menyeluruh terhadap perubahan dalam pertimbangan. Ancangan matrikini secara unik mencerminkan dwi segi prioritas : mendominasi dan didominasi.
Untuk memulai proses perbandingan berpasangan ini, mulailah padapuncak hierarki untuk memilih criteria C, atau sifat, yang akan digunakan untukmelakukan perbandingan yang pertama. Lalu, dari tingkat tepat dibawahnya,ambil elemen-elemen yang akan dibandingkan: A1, A2, A3, dan sebagainya.Katakan lah ada enam elemen.Susun elemen-elemen ini pada sebuah matriks seperti tabel 3.1 berikut.
(52)
Tabel 3.1. Contoh Matriks untuk Perbandingan Berpasangan
Elemen A1 A2 ... A6
A1 1 . . .
A2 . 1 . .
... . . . .
A6 . . . 1
Dalam matriks diatas, bandingkan elemen A1 dalam kolom yang sebelahkiri dengan elemen A1, A2, A3, dan seterusnya yang terdapat di baris atauberkenaan dengan sifat C disudut kiri atas.Lalu ulangi dengan elemen kolom A2dan seterusnya.Untuk mengisi matriks perbandingan berpasangan itu, digunakanbilangan untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen diatas elemenyang lainnya berkenaan dengan sifat tersebut.
Tabel 3.2 membuat skala bandingperpasangan.Skala itu mendefenisikan dan menjelaskan nilai 1 sampai dengan 9 yangditetapkan bagi pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yangsejenisnya di setiap tingkat hierarki terhadap suatu kriteria yang berada setingkatdiatasnya.Pengalaman telah membuktikan bahwa skala dengan sembilan satuandapat diterima dan mencerminkan derajat sampai mana kita mampu membedakanintensitas tata hubungan antar elemen.Bila memakai skala itu dalam kontekssosial, psikologis atau politis, utarakan lebih dahulu pertimbangan verbalnya, laluditerjemahkan secara numerik ini merupakan ancangan belaka, validitasnya dievaluasi dengan
(53)
I-52
suatu uji konsistensi dan oleh penerapan dalam kehidupannyata untuk mana jawaban-jawabannya sudah diketahui.
Tabel 3.2. Skala Perbandingan Berpasangan
Intensitas Pentingnya Defenisi
1
3
5
7
9
2, 4, 6, 8
Kedua elemen sama pentingnya
Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya
Elemen yang satu sangat penting ketimbang yang lainnya
Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya
Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya
Nilai-nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan
3.3.4. Kelebihan dan Kelemahan Analytical Hierarchy Process (AHP)
Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dankelemahan dalam sistem analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah : 1. Kesatuan (Unity)
AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadisuatu model yang fleksibel dan mudah dipahami.
2. Kompleksitas (Complexity)
AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatansistem dan pengintegrasian secara deduktif.
3. Saling ketergantungan (Inter Dependence)
AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dantidak memerlukan hubungan linier.
(54)
AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkanelemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing levelberisi elemen yang serupa.
5. Pengukuran (Measurement)
AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkanprioritas.
6. Konsistensi (Consistency)
AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yangdigunakan untuk menentukan prioritas.
7. Sintesis (Synthesis)
AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapadiinginkannya masing-masing alternatif.
8. Trade Off
AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistemsehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuanmereka.
9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus)
AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkanhasil penilaian yang berbeda.
10. Pengulangan Proses (Process Repetition)
AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahandan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui prosespengulangan.
(55)
I-54
Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut:
a. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama iniberupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkansubyektivitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jikaahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.
b. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secarastatistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran modelyang terbentuk.
3.4. Cause and Effect Diagram (Diagram Sebab Akibat)2
a. Manusia (Man)
Diagram ini dikenal dengan istilah diagram tulang ikan (fish bone diagram) yang diperkenalkan pertama sekali oleh Prof. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943.Diagram ini berguna untuk menganalisis dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan di dalam menentukan karakteristik kualitas output kerja.Di samping itu, diagram ini berguna untuk mencari penyebab-penyebab yang sesungguhnya dari suatu masalah. Dalam hal ini, metode sumbang saran (brainstorming method) akan cukup efektif digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kerja secara detail.
Untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas hasil kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa ada 5 faktor penyebab utama yang signifikan yang perlu diperhatikan, yaitu:
2
(56)
b. Metode kerja (Work Method)
c. Mesin atau peralatan kerja lainnya (Machine/Equipment) d. Bahan baku (raw material)
e. Lingkungan kerja (work environment)
Diagram sebab akibatbiasanya disebut Fishbone diagram karena disebabkan oleh kerangkanya adalah cara penggambaran seluruh sebab-sebab major dan minor.
Langkah-langkah pembuatan cause and effect diagram adalah sebagai berikut:
a. Gambarkanlah panah dengan kotak di ujung kanannya dan tentukan masalah yang hendak diperbaiki/diamati dan usahakan adanya tolak ukur yang jelas dari permasalahan tersebut sehingga perbandingan sebelum dan sesudah perbaikan dapat dilakukan.
b. Tentukan faktor-faktor penyebab utama (main causes) yang diperkirakan merupakan sumber terjadinya penyimpangan atau yang mempunyai akibat pada permasalahan yang ada tersebut. Gambarkan anak panah (cabang-cabang) yang menunjukkan faktor penyebab iniyang mengarah pada panah utama.
c. Cari lebih lanjut faktor-faktor yang lebih terperinci yang secara nyata berpengaruh atau mempunyai akibat pada faktor-faktor penyebab utama tersebut. Tuliskan detail faktor tersebut di kiri kanan gambar panah cabang faktor-faktor utama dan buatlah anak panah (ranting) menuju ke arah panah cabang tersebut. Untuk mencari detail faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas output maka metode
(57)
I-56
‘mengapa’ secara berantai akan membantu mencari penyelesaian masalah secara tuntas.
d. Periksalah apakah semua item yang berkaitan dengan karakteristik output benar-benar sudah dicantumkan dalam diagram.
e. Carilah faktor-faktor penyebab yang paling dominan.
Contoh penggunaan cause and effect diagram dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Tenaga kerja Mesin
Material Metode
Modal
Manajerial
Sebab Akibat
Masalah
(58)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Karya Murni Perkasa.
4.2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah melakukan pengukuran dan analisis produktivitas pada PT. Karya Murni Perkasa.
4.3. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian dibagi menjadi dua yaitu : 1. Variabel Terikat Dependent
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Produktivitas 2. Variabel Bebas (Independent)
Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah a. Efektivitas
Efektivitas menunjukkan seberapa jauh target yang ditentukan dapat dicapai, baik dari segi waktu maupun kualitas. Indikator yang dapat dibentuk dari variabel efektivitas adalah sebagai berikut :
(59)
I-58
1. Optimalisasi penggunaan agregat kasar dengan rasio
Rasio (A) = Hasil Produksi (ton) jumlah agregat kasar (ton)
2. Optimalisasi Penggunaan Aspal cair
Rasio (D) = Hasil Produksi (ton) Pemakain Aspal Cair (ton)
b. Efisiensi
Menunjukkan bagaimana penggunaan sumber daya perusahaan sepertitenaga kerja, energi, material serta modal yang sehemat mungkin. Indikator yang dibentuk dari variabel ini adalah sebagai berkut :
3. Efisiensi penggunaan energi (bahan bakar minyak) dengan rasio
Rasio (B) = Hasil Produksi (ton) Konsumsi BBM (liter)
4. Efisiensi Pemakaian Jam kerja dengan rasio
Rasio (C) = Hasil Produksi (ton) pemakaian jam kerja (jam)
c. Inferensial
variabel yang tidak mempengaruhi produktivitas secara langsung namun bila diikutsertakan dalam matrix dapat membantu perhitungan indikator utama. Indikator yang dapat dibentuk adalah
1. Pengurangan Absensi karyawan
Rasio (E) = Absensi Tenaga kerja (org) Jumlah Tenaga Kerja (orang)
(60)
4.3.1. Definisi Operasional
1. Hasil Produksi : Jumlah output dalam 1 bulan
2. Absensi Pegawai : Jumlah absensi pegawai tanpa alasan dalam 1 bulan
3. Jumlah Agregat Kasar : Jumlah bahan baaku kasar (abu batu, pasir, batu ¾ dan batu ½ dalam 1bulan
4. Konsumsi BBM : Jumlah pemakaian solar dalam 1 bulan
5. Pemakaian Jam Kerja : Jam kerja yang terpakai selama produksi dalam 1 bulan
6. Pemakaian Aspal Cair : Jumlah Pemakaian aspal cair dalam produksi 1 bulan
4.4. Kerangka Konseptual
(61)
I-60
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah dengan menggunakan kuisioner tertutup.Kuisioner tertutup yang digunakan adalah kuisioner perbandingan berpasangan.
4.6. Metode Pengumpulan Data 4.6.1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengukuran langsung. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuisioner perbandingan berpasangan untuk mendapatkan derajat kepentingan atau bobot dari masing – masing indikator yang akan dimasukkan kedalam objective matrix.
Hasil Produksi Absensi pekerja Jumlah Agregat Kasar Konsumsi BBM Pemakaian Jam Kerja Jumlah Tenaga Kerja Pemakaian Aspal Cair Metode ObjectiveMatrix Penetapan Indikator Penetapan standar awal Penetapan Target Perhitungan Bobot Matriks Sasaran Capaian Produktivitas Indeks Produktivitas
(62)
4.6.2. Data Sekunder
Data Sekunder yang diperoleh dari perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Data gambaran umum perusahaan
2. Data produksi perusahaan yang berkaitan dengan indikator produktivitas yang akan diukur
4.7. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data kuisioner perbandingan berpasangan menggunakan metode Analythical Hierarchy Process(AHP). Hasil perhitungan dengan AHP berupa bobot tiap- tiap indikator produkstivitas. selanjutnya dilakukan pengukuran produktivitas perusahaan dengan menggunakan metode objectivematrix.
4.8. Analisis dan Pembahasan
Penganalisaan perkembangan produktivitas ini adalah dengan menghitung persentase perubahan indeks – indeks produktivitas, indeks masukan dan keluaran pada periode pengukuran dari periode dasar ini menggunakan rumus sebagaiberikut :
% 100 x IP IP tas produktivi Indeks
O I
=
Dimana : IPI = Nilai indikator pencapaian suatu periode IPO = Nilai indikator pencapaian awal
(63)
I-62
Dengan mengevaluasi nilai indeks produktivitas terhadap pencapaian awal akan terlihat naik turunnya tingkat produktivitas untuk periode pengamatan.
Dari hasil analisis tingkat produktivitas akan diperoleh indikator-indikator yang sangat mempengaruhi produktivitas dan indikator yang mengalami penurunan.
Indikator - indikator yang menurun akan diidentifikasi penyebabnya dengan menggunakan fishbond. Dan diberikan langkah – langkah usulan untuk mengatasi masalah menurunnya produktivittas
4.9. Diagram Alir Penelitian
(64)
Mulai
Observasi dan Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah
Menetapkan Tujuan
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Data Primer
- Kuisioner Tertutup
Data Sekunder
- Data Produksi - Data Absensi
Analisis dan Evaluasi Pengolahan Data
AHP
OBJECTIVE MATRIX
Kesimpulan dan Saran
Selesai
(65)
I-64
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
5.1.1. Pembentukan dan Penentuan Indikator Produktivitas
Indikator yang akan digunakan dalam melakukan pengukuran produktivitas adalah sebagai berikut
1. Rasio (A) = Hasil Produksi (ton )
jumlah agregat kasar (ton )
2.Rasio (B) = Hasil Produksi (ton )
Konsumsi BBM (liter )
3.Rasio (C) = Hasil Produksi (ton )
pemakaian jam kerja (jam )
4.Rasio (D) = Ha sil Produksi (ton )
Pemakaian Aspal Cair (ton )
5. Rasio (E) = Absensi Tenaga kerja (org )
Jumlah Tenaga Kerja (orang )
Selanjutnya Indikator yang telah dibentuk akan dibobotkan sesuai dengan derajat kepentingannya.
5.1.2. Data Perbandingan berpasangan
Rekapitulasi data perbandingan berpasangan dapat dilihat pada lampiran III.
5.1.3. Data Produksi Perusahaan
(66)
Tabel 5.1. Data Produksi Perusahaan
TAHUN BULAN OUTPUT
AGREGAT KASAR JAM KERJA TERPAKAI ASPAL CAIR BBM TOTAL PEKERJA ABSENSI 2013
JANUARI 6472.46 7209.43 192 324.67 960 984 20 FEBRUARI 3640.91 4259.41 184 200.25 689 1196 9
MARET 6281.44 7040.87 168 351.76 930 945 16 APRIL 4905.16 5616.19 208 304.12 890 1144 17 MEI 4091.15 4753.98 192 233.2 786 1032 18 JUNI 3395.25 4075.65 192 196.92 650 1248 9 JULI 5179.01 5801.77 208 341.81 834 1248 13 AGUSTUS 5728.02 6450.45 160 309.31 850 960 13 SEPTEMBER 9341.03 9991.23 192 551.12 1776 1032 18 OKTOBER 9655.62 10392.44 176 550.37 1823 924 19 NOVEMBER 6365.03 7101.98 184 356.44 945 1196 9
DESEMBER 7624.86 8228.54 176 472.74 1243 1078 12
2014
JANUARI 5873.34 6793.34 192 356.89 960 1152 13 FEBRUARI 4563.87 5519.87 160 269.27 820 1040 9
MARET 3985.21 4298.88 168 259.04 734 1050 11 APRIL 6826.32 7775.32 208 471.02 1123 1274 12 MEI 6260.31 7064.31 192 400.66 1056 1104 15 JUNI 6312.84 7202.84 192 441.9 956 1296 7
(67)
I-66 5.2. Pengolahan Data
5.2.1. Penentuan Nilai Standar Awal dan Target Pencapaian
Nilai standar awal yang bertujuan untuk menentukan patokan awal dalam perhitungan ObjectiveMatrix, diperoleh dari rata-rata tiap rasio dari kriteria yang telah ditetapkan dalam suatu selang waktu tertentu. Dalam hal ini, nilai standar didapatkan dari bulan Januari 2013 sampai dengan Desember 2013. Nilai yang didapatkan ini mempunyai skor 3 dari 11 tingkatan yang ada. Sedangkan target pencapaian adalah nilai target pencapaian yang diinginkan perusahaan. Target ini hendaknya bersifat optimistis dan realistis. Nilai target yang ditentukan ini akan diletakkan pada skor 10.
Perhitungan nilai standar awal dan target pencapaian indikator 1 sampai indikator 5 adalah sebagai berikut,
1.
Rasio (A) =
Hasil Produksi (ton ) jumlah agregat kasar (ton )Rasio ini membandingkan jumlah produksi aktual dengan penggunaan agregat kasar.Tujuan dari pembandingan faktor adalah untuk melihat penggunaan agregat kasar dalam menghasilkan hotmix (output).Perhitungan dapat dilihat pada tabel 5.2.
(68)
Tabel 5.2. Perhitungan Standar Awal Rasio A
Bulan Output Agregat Rasio
Januari 6472.46 7209.43 0.898
Februari 3640.91 4259.41 0.855
Maret 6281.44 7040.87 0.892
April 4905.16 5616.19 0.873
Mei 4091.15 4753.98 0.861
Juni 3395.25 4075.65 0.833
Juli 5179.01 5801.77 0.893
Agustus 5728.02 6450.45 0.888
September 9341.03 9991.23 0.935
Oktober 9655.62 10392.44 0.929
Nopember 6365.03 7101.98 0.896
Desember 7624.86 8228.54 0.927
Nilai Standar Awal 0.890
Nilai Terendah 0.833
Nilai standar awal yang didapatkan dari rata-rata rasio adalah 0,89.Nilai yang didapatkan ini akan dimasukkan pada tabel OMAX di level atauskor 3. Sedangkan nilai terendah merupakan nilai dengan pencapaianterburuk yang pernah dicapai dalam periode dasar yaitu 0,833.
Targetpencapaian yang diinginkan perusahaan adalah menaikkan nilai rasio standar awal rasio A. Perusahaan menginginkan kenaikan rasio standar awal
(69)
I-68
sebanyak 6% sehingga nilai target yang ingin dicapai adalah 0,89 x ( 1 + 0,06 ) = 0,943
2. Rasio (B) = Hasil Produksi (ton )
Konsumsi Bahan Bakar Minyak (liter )
Rasio ini membandingkan jumlah produksi aktual dengan Bahan Bakar Minyak.Tujuan dari pembandingan faktor adalah untuk melihat penggunaan Bahan Bakar Minyak dalam menghasilkan hotmix (output). Perhitungan dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.3.Perhitungan Standar Awal Rasio B
Bulan Output BBM Rasio
Januari 6472.46 960 6.742
Februari 3640.91 689 5.284
Maret 6281.44 930 6.754
April 4905.16 890 5.511
Mei 4091.15 786 5.205
Juni 3395.25 650 5.223
Juli 5179.01 834 6.210
Agustus 5728.02 850 6.739
September 9341.03 1776 5.260
Oktober 9655.62 1823 5.297
Nopember 6365.03 945 6.735
Desember 7624.86 1243 6.134
Nilai Standar Awal 5.925
Nilai Terendah 5.205
(70)
Nilai standar awal yang didapatkan dari rata-rata rasio adalah 5,925.Nilai yang didapatkan ini akan dimasukkan pada tabel OMAX di level atauskor 3. Sedangkan nilai terendah merupakan nilai dengan pencapaianterburuk yang pernah dicapai dalam periode dasar yaitu 5,205.
Targetpencapaian yang diinginkan perusahaan adalah pengefisiensikan penggunaan BBM pada bulan-bulan ke depan. Perusahaan menginginkan target pengurangan penggunaan BBM adalah dengan pencapaian maksimal pada periode dasar yaitu 6,754.
3. Rasio (C) = Hasil Produksi (ton )
pemakaian jam kerja (jam )
Rasio ini membandingkan jumlah produksi aktual dengan pemakaian jam kerja. Tujuan dari pembandingan faktor adalah untuk melihat pemakaian jam kerja dalam menghasilkan hotmix (output). Perhitungan dapat dilihat pada tabel 5.4.
(71)
I-70
Tabel 5.4. Perhitungan Standar Awal Rasio C
Bulan Output Pemakaian jam
kerja Rasio
Januari 6472.46 192 33.711
Februari 3640.91 184 19.788
Maret 6281.44 168 37.390
April 4905.16 208 23.583
Mei 4091.15 192 21.308
Juni 3395.25 192 17.684
Juli 5179.01 208 24.899
Agustus 5728.02 160 35.800
September 9341.03 192 48.651
Oktober 9655.62 176 54.861
Nopember 6365.03 184 34.593
Desember 7624.86 176 43.323
Nilai Standar Awal 32.966
Nilai Terendah 17.684
Nilai standar awal yang didapatkan dari rata-rata rasio adalah 32,965.Nilai yang didapatkan ini akan dimasukkan pada tabel OMAX di level atauskor 3. Sedangkan nilai terendah merupakan nilai dengan pencapaianterburuk yang pernah dicapai dalam periode dasar yaitu 17,684
Targetpencapaian yang diinginkan perusahaan adalah menaikkan nilai rasio standar awal sebanyak 40%.sehingga target pencapaian adalah 32,965 x (1+0,4) = 46,151
(72)
4. Rasio (D) = Hasil Produksi (ton )
Pemakaian Aspal Cair (ton )
Rasio ini membandingkan jumlah produksi aktual dengan pemakaian aspal cair.Tujuan dari pembandingan faktor adalah untuk melihat pemakaian aspal cair dalam menghasilkan hotmix (output). Perhitungan dapat dilihat pada tabel 5.5
Tabel 5.5. Perhitungan Standar Awal Rasio D
Bulan Output Aspal Cair Rasio
Januari 6472.46 324.67 19.936
Februari 3640.91 200.25 18.182
Maret 6281.44 351.76 17.857
April 4905.16 304.12 16.129
Mei 4091.15 233.2 17.544
Juni 3395.25 196.92 17.242
Juli 5179.01 341.81 15.152
Agustus 5728.02 309.31 18.519
September 9341.03 551.12 16.949
Oktober 9655.62 550.37 17.544
Nopember 6365.03 356.44 17.857
Desember 7624.86 472.74 16.129
Nilai Standar Awal 17.420
Nilai Terendah 15.152
(73)
I-72
nilai terendah merupakan nilai dengan pencapaianterburuk yang pernah dicapai dalam periode dasar yaitu 15,152
Targetpencapaian yang diinginkan perusahaan adalah pengefisiensikan pemakaian asapal cair pada bulan-bulan ke depan. Perusahaan menginginkan target pengurangan pemakaian aspal cair adalah dengan pencapaian maksimal pada periode dasar yaitu 19,936.
5. Rasio (E) = Absensi Tenaga kerja (org )
Jumlah Tenaga Kerja (orang )
Rasio ini membandingkan absensi pekerja dengan jumlah keseluruhan tenaga kerja.Tujuan dari pembandingan faktor adalah untuk banyaknya absensi pekerja. Perhitungan dapat dilihat pada tabel 5.6
(74)
Tabel 5.6. Perhitungan Standar Awal Rasio E
Bulan Absensi Jumlah Tenaga
Kerja Rasio
Januari 20 984 0.0203
Februari 9 1196 0.0075
Maret 16 945 0.0169
April 17 1144 0.0149
Mei 18 1032 0.0174
Juni 9 1248 0.0072
Juli 13 1248 0.0104
Agustus 13 960 0.0135
September 18 1032 0.0174
Oktober 19 924 0.0206
Nopember 9 1196 0.0075
Desember 12 1078 0.0111
Nilai Standar Awal 0.0137
Nilai Terendah 0.0206
Nilai standar awal yang didapatkan dari rata-rata rasio adalah 0,0137.Nilai yang didapatkan ini akan dimasukkan pada tabel OMAX di level atau skor 3. Sedangkan nilai tertinggi merupakan nilai dengan pencapaianterburuk yang pernah dicapai dalam periode dasar yaitu 0,0206
Targetpencapaian yang diinginkan perusahaan adalah mengurangi nilai rasio standar awal sebanyak 50% sehingga target pencapaian menjadi 0,0137 x (1 – 0,5) = 0,0069
(75)
I-74
5.2.2. Perhitungan Nilai pada Badan Matriks
Nilai pada baris skor matirksdiperoleh dengan melakukan perhitungan antara target yang ingin dicapai, nilai standar awal dan pencapaian terburuk dari
indikator. Rekapitulasi nilai target, nilai standar awal dan pencapaian terburuk tiap indikator dapat dilihat pada tabel 5.7.
Tabel 5.7. Rekapitulasi Nilai Target, Standar Awal dan Pencapaian Terendah
Indikator
Standar awal
Target
Nilai terburuk
Rasio A 0.890 0.943 0.833
Rasio B 5.925 6.754 5.205
Rasio C 32.965 46.151 17.684 Rasio D 17.420 19.936 15.152 Rasio E 0.0137 0.0069 0.0206
5.2.5. Perhitungan Indeks Produktivitas
Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah pembobotan dilakukan adalahperhitungan indikator pencapaian dan indeks produktivitas, dimana perhitunganindikator pencapaian dan indeks produktivitas ini dihitung secara periodik yaitusetiap bulan, mulai dari bulan Januari 2014 – Juni 2014
Berdasarkan kinerja (performance) yang dicapai pada bulan Juli 2008 sampaibulan Desember 2008, maka langkah selanjutnya adalah menentukan skor.Langkah-langkah penentuan skornya adalah sebagai berikut :
(76)
1. Bila nilai performance sama dengan nilai pencapaian pada baris skor tertentu,maka skor yang dicapai adalah skor tersebut
2. Bila nilai performance berada di antara 2 skor, maka perhitungannyamemakai cara interpolasi.
Skor yang sudah ditentukan dikalikan dengan bobot untuk setiap kriteria,sehingga diperoleh nilai pada tiap kolom kriteria.Nilai-nilai dari semua criteria yang ada ini dijumlahkan untuk memperoleh indikator pencapaian setiap bulannya.Indikator pencapaian pada periode dasar adalah 300 karena skor yang diberikanuntuk periode dasar adalah 3 dan bobot berjumlah 100.
Contoh Perhitungan skor dan nilai tiap kriteria, serta indikator pencapaian dan indeks produktivitas dari bulan Januari 2014 adalah sebagai berikut :
1. Januari 2014 Rasio A
Performance 0,865 Terletak antara 0,852 (skor 1) dan 0,871. (Skor 2) Maka perhitungan skor dilakukan dengan interpolasi
����= 1 + 0,865−0,852 0,871−0,852
= 1,6842
Nilai = Skor x Bobot
= 1,6842 x 32,412
(77)
I-76 Rasio B
Performance 6,118 Terletak antara 6,0434 (skor 4) dan 6,1618 (skor 5) Maka perhitungan skor dilakukan dengan interpolasi
����= 4 + 6,16186,118−−6,04346,0434
= 4,126
Nilai = Skor x Bobot = 4,126 x 26,12 =107,77112 Rasio C
Performance 30,59 Terletak antara 27,871 (skor 2) dan 32,965 (skor 3)
����= 2 + 30,59−27,871 32,965−27,871
= 2,5337 Nilai = Skor x Bobot
= 2,5337 x 7,9110 = 20,0441
Rasio D
Performance 16,457 Terletak antara 15,908 (skor 1) dan 16,664 (skor 2)
����= 1 + 16,457−15,908 16,664−15,908
(78)
Nilai = Skor x Bobot = 1,7262 x 27,3430 = 47,19949
Rasio E
Performance 0,0165 Terletak antara 0,0183 (skor 1) dan 0,016 (skor 2)
����= 1 + 0,0165−0,0183 0,016−0,0183
= 1,7826
Nilai = Skor x Bobot = 1,7826 x 6,214 = 11,07708
Maka indikator pencapaian untuk bulan Januari 2014 adalah Periode saat ini = Total 5 Nilai Indiakator
=54,58829+107,77112+20,0441+47,19949+ 11,07708
= 240,68008 Periode Dasar = 300 Indeks Produktivitas
=
240,68008300
�
100%
= 80,227%Perhitungan indeks Produktivitas untuk bulan Januari– Juni 2014 dapat dilihat pada tabel 5.18 – 5.23.
(79)
I-78
Tabel 5.18. Perhitungan Indeks Produktivitas Bulan Januari 2014
RASIO A RASIO B RASIO C RASIO D RASIO E
0.865 6.118 30.59 16.457 0.0165 Performance
0.943 6.754 46.151 19.936 0.0069 10
0.9356 6.6354 44.267 19.5764 0.00788 9
0.928 6.517 42.384 19.217 0.00885 8
0.9204 6.3986 40.500 18.8576 0.00982 7
0.9128 6.2802 38.616 18.4982 0.01079 6
0.9052 6.1618 36.732 18.1388 0.01176 5
0.8976 6.0434 34.849 17.7794 0.01273 4
0.89 5.925 32.965 17.42 0.0137 3
0.871 5.685 27.871 16.664 0.016 2
0.852 5.445 22.778 15.908 0.0183 1
0.833 5.205 17.684 15.152 0.0206 0
1.6842 4.126 2.5337 1.7262 1.7826 Skor
32.412 26.120 7.911 27.343 6.214 Bobot
54.58829 107.77112 20.0441 47.19949 11.07708 Nilai
Current Base IP
(80)
Tabel 5.19. Perhitungan Indeks Produktivitas Bulan Februari 2014
RASIO A RASIO B RASIO C RASIO D RASIO E
0.827 5.566 28.5242 16.949 0.0192 Performance
0.943 6.754 46.151 19.936 0.0069 10
0.9356 6.6354 44.2672 19.5764 0.00788 9
0.928 6.517 42.3835 19.217 0.00885 8
0.9204 6.3986 40.4998 18.8576 0.00982 7
0.9128 6.2802 38.6161 18.4982 0.01079 6
0.9052 6.1618 36.7324 18.1388 0.01176 5
0.8976 6.0434 34.8487 17.7794 0.01273 4
0.89 5.925 32.965 17.42 0.0137 3
0.871 5.685 27.8713 16.664 0.016 2
0.852 5.445 22.7776 15.908 0.0183 1
0.833 5.205 17.6839 15.152 0.0206 0
0 1.5042 2.1282 2.377 0.6087 Skor
32.412 26.120 7.911 27.343 6.214 Bobot
0 39.2897 16.8362 64.9943 3.7809 Nilai
current base IP
(81)
I-80
Tabel 5.20. Perhitungan Indeks Produktivitas Bulan Maret 2014
RASIO A RASIO B RASIO C RASIO D RASIO E
0.927 5.429 23.7215 15.385 0.019 Performance
0.943 6.754 46.151 19.936 0.0069 10
0.9356 6.6354 44.2672 19.5764 0.00788 9
0.928 6.517 42.3835 19.217 0.00885 8
0.9204 6.3986 40.4998 18.8576 0.00982 7
0.9128 6.2802 38.6161 18.4982 0.01079 6
0.9052 6.1618 36.7324 18.1388 0.01176 5
0.8976 6.0434 34.8487 17.7794 0.01273 4
0.89 5.925 32.965 17.42 0.0137 3
0.871 5.685 27.8713 16.664 0.016 2
0.852 5.445 22.7776 15.908 0.0183 1
0.833 5.205 17.6839 15.152 0.0206 0
7.8684 0.9333 1.1853 0.3082 0 Skor
32.412 26.120 7.911 27.343 6.214 Bobot
255.0306 24.3778 9.3769 8.4271 0 Nilai
current base IP
(1)
3. perusahaan juga harus mengevaluasi kinerja supplier apakah masih bisa dipertahankan atau tidak. Karna kualitas aspal cair yang dipesan sangat mempengaruhi proses pencampuran dengan agregat kasar. Semakin baik kualitas aspal cair semakin sedikit campuran yang digunakan
6.2.3. Usulan Perbaikan Indikator B
Indikator B bertujuan untuk mengurangi konsumsi BBM dalam menghasilkan output. Indikator ini membandingkan faktor output dan konsumsi BBM. Indikator ini menepati prioritas ke 3 oleh perusahaan dengan bobot sebesar 26,12. Indikator ini meningkat jika konsumsi bbm, dapat dikurangi. Adapun usulan perbaikannya adalah sebagai berikut :
1. Pekerja harus disiplin dengan mematikan fasilitas yang tidak digunakan dalam produksi. Ketika waktu istirahat diharapkan perusahaan mengawasi mana mesin – mesin yang masih hidup. Karna hal tersebut merupakan pemborosan 2. kondisi mesin genset yang tidak prima juga bisa mengakibatkan konsumsi
bbm menjadi semkain banyak. Untuk itu perusahaan diharapkan mengatur jadwal maintenance genset agar kondisi genset lebih prima.
6.2.4. Usulan Perbaikan Indikator C
(2)
Adapun usulan perbaikan indikator ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan hendaknya memberikan sangsi yang tegas kepada pegawai yang absen tanpa alasan, adanya pekerja yang absen mengakibatkan beban kerja dilimpahkan kepada pekerja yang lain sehingga proses produksi kurang maksimal dan bertambahnya jam kerja produksi
2. Pemilihan bahan baku sepertinya menjadi fokus perusahaan saat ini. Semakin tinggi kualitas bahan baku akan memberikan kelancaran proses produksi dan mengurangi jam kerja
3. Perawatan mesin yang teratur akan membuat kinerja mesin menjadi optimal. Sehingga tidak ada lagi waktu yang terbuang untuk perbaikan mesin
6.2.5. Usulan Perbaikan Indikator E
Indikator E bertujuan untuk mengurangi absensi pekerja.Indikator ini membandingkan faktor jumlah absensi dengan jumlah pekerja.Indikator ini menjadi prioritas terakhir perusahaan dengan bobot 6,214. Indikator ini meningkat jika absensi pekerja dapat dikurangi
Adapun perbaikan yang dapat diusulkan adalah sebagai berikut :
1. Pemberian insentif bagi pekerja dapat meningkatkan semangat dalam bekerja 2. Pembagian beban kerja yang sesuai dengan gaji diharapkan dapat memberikan
(3)
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai indeks produktivitas perusahaan PT Karya Murni Perkasa pada periode pengukuran bulan Januari 80,1%, bulan Februari 41,1%, bulan Maret 98,9%, bulan April 104,5%, bulan Mei 72,1% dan bulan Juni 138,8%.
2. Indikator yang paling mempengaruhi produktivitas perusahaan adalah sebagai berikut :
a. Indikator A yaitu efisiensi penggunaan agregat kasar dengan bobot 32,35% b. Indikator D yaitu efisiensi penggunaan aspal cair dengan bobot 27,32% c. Indikator B yaitu efisiensi pemakaian bahan bakar minyak bobot 26,1 % d. Indikator C yaitu efisiensi pemakaian jam kerja dengan bobot 7,96% e. Indikator E yaitu pengurangan jumlah absensi pekerja bobot 6,92%
3. Secara umum faktor – faktor yang menyebabkan menurunnya produktivitas adalah sebagai berikut :
a. Manusia; Banyak pekerja yang bermalas malasan, ceroboh dan kurang konsisten yang menunjukkan kurangnya kesadaran pekerja bahwa
(4)
b. Mesin; belum ada jadwal perawatan mesin yang teratut mengakibatkan sering terjadi kemacetan dalam proses produksi
c. Kualitas; bahan baku (agregat kasar dan aspal cair) yang masih rendah
7.2. Saran
Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan sebaiknya mengevaluasi pemilihan pemasok bahan baku agar proses produksi berjalan lancer serta akan menigkatkan produktivitas perusahaan kedepannya
2. Secara berkala mengadakan pelatihan, seminar agar kesadaran, motivasi dan keterampilan perkerja dapat meningkat
3. Perusahaan sebaiknya membuat jadwal perawatan mesin dan peralatan sehingga proses produksi berjalan dengan baik dan produktivitas dapat ditingkatkan pada masa yang akan datang
4. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambahkan indikator – indikator lain yang memiliki pengaruh terhadap produktivitas agar pengukuran produktivitas perusahaan menjadi lebih baik dan akurat.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Avianda, Dea dkk. 2014. “ Strategi Peningkatan Produktivitas
di Lantai Produksi Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX)”. Institut Teknologi Nasional. Bandung
Irsyadi, Fitra, 2005, “Pengukuran Produktivitas Mesin Kertas dengan Pendekatan Metode Objective Matrix Serta Perbaikan Produktivitasnya dengan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process di PT. Kertas Padalarang
(Persero”), Tugas Akhir Program Sarjana, Fakultas Teknik danIlmu Komputer,
UNIKOM, Bandung.
Sinulingga, Sukaria. 2010. “Manajemen dan Rekayasa Produktivitas”. Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.
Sinungan, M. 2009. “Produktivitas Apa dan Bagaimana”. Bumi Aksara. Jakarta. Sumanth, D.J. 1984. “Productivity Engineering and Management, Productivity
Measurement, Evaluation, planning and Improvement in Manufacturing and Service Organization”. Mc Graw-Hill Book Company.
Rahmi, Destriana dkk.2013“ Analisis Peningkatan Produktivitas di Lantai Produksi dengan Menggunakan Metode ObjectiveMatrix (OMAX). Institut Teknologi Nasional. Bandung
(6)