2.1.4 Diagnosa
Diabetes didiagnosa jika memenuhi kriteria berikut yaitu gejala diabetes dengan gula darah sewaktu 200mgdl, dan gula darah puasa 126mgdl, serta gula
darah pos prandial setelah pemberian oral glukosa 75mg 200mgdl perhitungan kadar gula diatas harus disertai dengan gejala-gejala hiperglikemi yaitu poliuria,
polidipsi, dan penurunan berat badan. Beberapa pemeriksaan yang mungkin dilakukan adalah pemeriksaan kadar
HbA1c , meskipun hubungan antara HbA1C dengan kenaikan kadar gula darah belum dipahami secara tuntas. American Diabetic Assosiation, 2007
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa.
Tabel 2.1 Kadar Glukosa darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM mgdl
Bukan DM Belum pasti
DM DM
Kadar glukosa darah Plasma vena 110
110-199 ≥ 200
Sewaktu mgdl Darah kapiler
90 90-199
≥ 200 Kadar glukosa darah Plasma vena
110 110-125
≥ 126 Puasa mgdl
Darah kapiler 90
90-109 ≥ 110
Reno gustaviani , 2006
2.1.5 Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya kualitas hidup
penyandang diabetes, sedangkan tujuan penatalaksanaannya secara khusus adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Tujuan jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM,
mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.
2. Tujuan jangka panjang : tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya angka morbiditas dan mortalitas DM.
3. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian kadar
glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan dan
perubahan perilaku. 4.
Evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama meliputi : a.
Riwayat penyakit : 1.
Gejala yang timbul, hasil pemeriksaan laboratorium terdahulu termasuk A
1
C, hasil pemeriksaan khusus yang telah ada terkait DM.
2. Pola makan, status nutrisi, riwayat perubahan berat badan.
3. Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak atau dewasa muda.
4. Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara lengkap,
termasuk terapi gizi medis dan penyuluhan yang telah diperoleh tentang perawatan DM secara mandiri, serta kepercayaan yang
diikuti dalam bidang terapi kesehatan. 5.
Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang digunakan, perencanaan makan dan program latihan jasmani.
6. Riwayat komplikasi akut KAD, hiperosmolar hiperglikemia,
hipoglikemia. 7.
Riwayat infeksi sebelumnya, terutama infeksi kulit, gigi dan traktus urogenitalis.
8. Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik komplikasi
pada ginjal, mata, saluran pencernaan, dll.
Universitas Sumatera Utara
9. Pengobatan lainnya yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa
darah. 10.
Faktor resiko : merokok, hipertensi, riwayat penyakit jantung koroner, obesitas, dan riwayat penyakit keluarga termasuk
penyakit DM dan endokrin lain. 11.
Pola hidup, budaya, psikososial, pendidikan dan status ekonomi. b.
Pemeriksaan fisik 1.
Pengukuran tinggi dan berat badan. 2.
Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan darah dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan adanya hipotensi
orostatik. 3.
Pemeriksaan fundoskopi. 4.
Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid. 5.
Pemeriksaan jantung. 6.
Evaluasi nadi baik secara palpasi maupun dengan steteskop. 7.
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah. 8.
Pemeriksaan kulit dan pemeriksaan neurologis. 9.
Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe lain. c.
Evaluasi laboratorispenunjang lain 1.
Glukosa darah puasa dan 2 jam postprandial. 2.
A
1
C 3.
Profil lipid pada keadaan puasa kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida.
4. Kreatinin serum
5. Albuminurea
6. Elektrokardiografi
7. Foto sinar-x dada
8. Keton, sedimen dan protein dalam urine.
Universitas Sumatera Utara
d. Tindakan rujukan
1. Ke bagian mata bila diperlukan pemeriksaan mata lebih lanjut
2. Konsultasi keluarga berencana untuk wanita usia produktif
3. Konsultasi terapi gizi medis sesuai indikasi
4. Konsultasi dengan edukator diabetes
Kerangka utama penatalaksanaan DM, yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, obat hipoglikemia dan penyuluhan.
1. Perencanaan makanan
Prinsip pengaturan makanan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makanan masyarakat umum yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing- masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makanan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurunan glukosa darah atau insulin. Komposisi makanan dan kebutuhan kalori yang dianjurkan terdiri dari:
Komposisi makan : a.
Karbohidrat : 1.
Dianjurkan sebesar 45-65 total asupan energi 2.
Pembatasan karbohidrat total 130 ghari tidak dianjurkan 3.
Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi
4. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5 total asupan energi
5. Pemanis alternatif digunakan sebagai pengganti gula
6. Makan 3 kali sehari untuk mendistribusikan asupan
karbohidrat dalam sehari.
Universitas Sumatera Utara
b. Lemak :
1. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25 kebutuhan kalori,
tidak diperkenankan 30 total asupan energi 2.
Lemak jenuh 7 kebutuhan kalori 3.
Anjuran konsumsi kolesterol 300 mghari.
c. Protein :
1. Distribusikan 10-20 total asupan energi
2. Sumber protein yang baik adalah makan laut ikan, udang,
cumi, dll, daging tanpak lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
d. Natrium :
1. Asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan
anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 300 mg atau sama dengan 6-7g garam dapur.
2. Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg
gram garam dapur. e.
Serat : Anjuran konsumsi serat adalah ±25 g1000 kkalperhari
Kebutahan kalori : Ada beberapa cara untuk menuntukan jumlah kalori yang dibutuhkan
penyandang diabetes. Diantaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalorikgBB ideal,
ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu : a.
Jenis kelamin : kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kalkgBB dan untuk pria 30 kalkgBB.
Universitas Sumatera Utara
b. Umur : umur pasien usia diatas 40 tahun kalori dikurangi 5
untuk dekade antara 40-59 tahun, usia 60-69 tahun dikurangi 10, dan untuk usia diatas 70 tahun dikurangi 20.
c. Aktivitas : kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan
intensitas aktivitas fisik. d.
Berat badan : bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30 bergantung pada tingkat BB. Bila kurus ditambah sekitar 20-30
sesuai kebutuhan untuk meningkatkan BB. Perhitungan berat badan ideal dengan rumus Brocca yang dimodifikasi
adalah : a.
Berat badan ideal = 90 x TB dalam cm-100x 1 kg. b.
Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita dibawah 150, rumus dimodifikasi menjadi :
1. Berat badan ideal BBI=TB dalam cm-100x 1 kg.
2. BB :
Normal: BB ideal±10 Kurus : BBI – 10
Gemuk : BBI + 10 PERKENI, 2006.
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama ±30 menit yang sifatnya sesuai CRIPE Continous, Rhytmical,
Interval, Progressive, Endurance training. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda
dan mendayung. Hal yang perlu diperhatikan dalam latihan jasmani adalah
memulai olahraga sebelum makan, memakai sepatu yang pas, harus
Universitas Sumatera Utara
didampingi oleh orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemi, harus selalu membawa permanen dan memeriksa kaki secara cermat
setelah olahraga. 3.
Obat berkhasiat hipoglikemi Jika pasien telah melakukan kegiatan pengaturan makan dan latihan
jasmani yang teratur tetapi kadar glukosa darahnya sebelum naik, dipertimbangkan memakai obat berkhasiat hipoglikemik
oralsuntikan. Obat Hipoglikemik Oral OHO :
a. Sulfonilurea
Bekerja dengan cara : 1.
Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan. 2.
Menurunkan ambang sekresi insulin. 3.
Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan berat badan normal.
b. Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin.
Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk IMT 30 sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan IMT 27-30 dapat dikombinasi dengan
obat golongan sulfonilurea.
Universitas Sumatera Utara
c. Inhibitor α Glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α
glukosidase di dalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia pascaprandial.
d. Insulin Sensitizing Agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensivitas insulin, sehingga bisa
mengatasi masalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia. Obat ini belum
beredar di Indonesia.
Golongan obat baru untuk mengobati Diabetes Melitus
Nama obat Dosis
komentar Pramlintine
1.DM type 1 Dimulai dengan dosis 15mg
dengan dosis maksimal 30-60mg. 2.DM type 2
Dimulai dengan dosis 60mg sampai 120 mg
Diindikasikan pada pasien yang memakai
insulin prandial yang belum mencapai kadar
glukosa yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
Exenatide Byetta40
Diindikasikan sebagai pengobatan tambahan untuk
meningkatkan glukosa control pada pasien DM tipe 2 yang
menggunakan metformin,sulfonylurea atau
keduanya yang belum mencapai glukosa control
Dimulai pada 5mg perdosis diberikan dua kali sehari pada
pagi hari dan makan malam Dosis dapat ditingkatkan sampai
10 mg duakalisehari setelah satu bulan terapi.
Tidak boleh digunakan pada pasien DM tipe
1,atau untuk mengobati diabetes ketoasidosis
Tidak dianjurkan pada pasien stadium akhir
penyakit ginjalcreatinin clerence 30 mlmin
Sitagliptin januvia
Dosis awal 100mg sekali sehari pada pagi hari
Jika kadar creatinin 30-50 mlmin kurangi dosis sampai 50 mghari.
Jika kadar cretinin 30mlmin kurangi dosis sampai 25mg
Sitagliptin plus metforminjanumet
Dosis awal 50mg500mg dua kali sehari
Dosis maksimum 50mg100mg dua kali sehari
Digunakan dengan makanan
Tidak dianjurkan untuk pasien dengan penyakit
ginjal berat AACE Diabetes Melitus Clinical Practice Guidelines,2007
Universitas Sumatera Utara
4.Insulin Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans
kelenjar pankreas. Insulin menstimulasi pemasukan asam amino kedalam sel dan kemudian meningkatkan sintesa protein. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak
dan mencegah penggunaan lemak sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan
membantu penyimpanan glikogen di dalam sel otot dan hati. Insulin endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas, sedang insulin eksogen adalah insulin yang
disuntikan dan merupakan suatu produk farmasi. Indikasi terapi dengan insulin :
a. Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi
insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada. b.
Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
c. Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark
miokard akut atau stroke. d.
DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan insulin bila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
e. Ketoasidosis diabetik.
f. Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
g. Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan
suplemen tinggi kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap akan memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan
kadar glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
Universitas Sumatera Utara
h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
i. Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemi oral.
Berdasarkan lama kerjanya, insulin dibagi menjadi 4 macam, yaitu: 1. Insulin kerja singkat
Yang termasuk di sini adalah insulin regular Crystal Zinc Insulin CZI . Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral.
Preparat yang ada antara lain : Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum makan, mencapai puncak setelah 1– 3 macam
dan efeknya dapat bertahan sampai 8 jam. 2. Insulin kerja menengah
Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn NPH .Jenis ini awal kerjanya 1.5-2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 – 15 jam dan efeknya
dapat bertahan sampai dengan 24 jam. 3. Insulin kerja panjang
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu
sekitar 24 – 36 jam. Preparat: Protamine Zinc Insulin PZI , Ultratard 4. Insulin campuran
Merupakan kombinasi insulin kerja cepat dengaan kerja sedang. Insulin jenis ini yang beredar di Indoneia adalah Mixtard 3070 dan Humulin 3070.
Teknik penyuntikan insulin Sebelum menyuntikan insulin,kedua tangan dan daerah yang akan disuntik harus
bersih.Penyuntikan dapat dilakukan di daerah perut, lengan dan bokong.Tutup vial insulin dibersihkan dengan isopropil alkhol 70.Untuk semua macam jenis insulin
kecuali kerja cepat,harus digulung-gulung secara perlahan dengan kedua telapak tangan untuk melarutkan suspense.Ambilah udara sejumlah insulin yang akan
diberikan dan suntik ke dalam vial untuk mencegah terjadi ruang vakum dalam
Universitas Sumatera Utara
vial.Setelah insulin masuk ke alat suntik,periksalah apakah mengandung gelembung udara.Satu atau dua ketukan pada alat suntikdalam posisi tegak akan dapat
mengurangi gelembung tersebut. Penyuntikan dilakukan pada jaringan subkutan.Pada umumnya disuntikkan
dengan sudut 90 derajat.Aspirasi tidak perlu dilakukansecra rutin.Bila suntikan tersa sakit atau mengalami perdarahan setelah proses penyuntikan maka daerah tersebut
sebaiknaya ditekan selama 5-8 detik.Soegondo,2006
2.1.6 Penilaian Hasil Terapi