Ruang Lingkup Penelitian Jenis Penelitian Jenis Dan Sumber Data Metode dan Teknik Pengumpulan Data Pengolahan Data Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penulisan ini, penulis melakukan penelitian tentang klaster industri karet di 25 kabupaten atau kota Sumatera Utara dengan melihat apakah klaster industri karet tersebar atau mengelompok dan melihat konsentrasi industri di suatu klaster industri serta mengukur variasi aktivitas antarklaster. Data yang digunakan dari tahun 2003-2009.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dari penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif, yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan pembahasan yang diteliti dalam bentuk data atau angka yang kemudian di analisa dan di interpretasikan dalam bentuk uraian.

3.3 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data bersifat kuantitatif yang berbentuk angka-angka. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder, dimana data sekunder adalah data yang diperoleh langsung dari publikasi resmi yaitu dapat berasal dari BPS Badan Pusat Statistik cabang medan ataupun dalam bentuk buku, jurnal atau website yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Berdasarkan kurun waktunya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan kurun waktu dari tahun 2003 sampai 2009.

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode kepustakaan yaitu penelitian yang dilakuan dengan bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, dan laporan- laporan penelitian ilmiah yang ada hubunganya dengan topik yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan melakukan pencatatan langsung berupa data times series dalam kurun waktu selama 11 tahun.

3.5 Pengolahan Data

Dalam pengolahan data penulis menggunakan program Microsoft Office Excel 2007 dan program SPSS 16 untuk menghitung dan mengolah data dalam penelitian ini.

3.6 Metode Analisis

A. Untuk menjawab permasalahan apakah industri karet mengelompok mengklaster di suatu lokasi, maka metode analisis yang digunakan adalah GIS Geographic Information System dan Distribusi data Skewness dan Kurtosis. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

3.6.1 GIS Geographic Information System

Dalam menganalisis sebaran geografis dan klaster pengelompokkan industri karet di Sumatera Utara metode yang digunkaan adalah GIS. GIS bertujuan untuk mengidentifikasikan lokasi industri dan mengidentifikasi di daerah mana mereka cenderung mengelompok Kuncoro,2001b. GIS menstransformasikan data menjadi informasi dengan mengintegrasikan sejumlah data yang berbeda, menerapkan analisis fokus, dan menyajikan output untuk mendukung pengambilan keputusan. GIS adalah suatu tipe informasi yang fokus pada penyajian dan analisis realitas geografis. Karakteristik pokok GIS menurut Marthin 1996 sebagai berikut : a Geografis, berhubungan dengan pengukuran skala geografi dan direferensikan oleh beberapa koordinat sistem pada lokasi di atas permukaan bumi. b Informasi, mencakup pengambilan informasi yang spesifik dan bermakna dari sejumlah data yang beragam, dan ini hanya mungkin karena data telah diorganisasikan dalam suatu model dunia nyata. c Sistem, lingkungan yang memungkinkan data dikelola dan pertanyaan ditempatkan. GIS digunakan untuk mengidentifikasikan pola konsentrasi industri karet secara spasial. Dalam hal ini ada 25 kabupaten dan kota di Sumatera Utara yang sudah termasuk daerah pemekaran dengan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan nilai tambah yang dihasilkan oleh industri karet. Data dari jumlah tenaga kerja dan nilai tambah yang dihasilkan oleh industri karet berbentuk peta guna menunjukkan lokasi daerah industri dan non industri. Kemudian menetapkan kriteria tinggi, sedang dan rendah berdasarkan tenaga kerja dan nilai tambah pada industri karet guna membedakan kabupaten atau kota yang mempunyai industri karet atau tidak. Adapun kriteria tinggi sedang dan rendah sebagai berikut : • Kriteria tinggi untuk tenaga kerja sebesar lebih dari 6.000 pekerja, krietria sedang berkisar antara 1.000-6.000 pekerja dan untuk kriteria rendah lebih kecil dari 1.000 pekerja. • Kriteria tinggi untuk nilai tambah lebih dari Rp 100 Miliar, kriteria sedang berkisar antara Rp 15 Miliar sampai Rp 100 Miliar dan kriteria rendah jika lebih kecil dari Rp 15 Miliar.

3.6.2 Distribusi Data

Pada dasarnya ada dua pembahasan yang berkaitan dengan bentuk suatu distribusi data yaitu kemencengan skewness dan keruncingan kurtosis. Adapun penjelasannya yaitu : 1. Kemencengan Pada aspek ini distribusi akan diuji apakah menceng ke kiri atau, normal tidak menceng atau menceng ke kanan. Suatu distribusi yang tidak simetris normal mungkin berat ke sebelah kanan ujung sebelah kiri lebih panjang dari ujung sebelah kanan yang dinamakan skewness negatif, atau dapat pula berat ke sebelah kiri ujung sebelah kanan lebih panjang dari ujung sebelah kiri yang disebut skewness positif. Penentuan apakah simetris atau tidak simetris dari sebuah distribusi ialah letak dari nilai mean, media, mode. • Distribusi Normal Gambar 3.1 Bentuk distribusi normal • Distribusi menceng ke kanan right skewed Gambar 3.2 Bentuk distribusi yang right skewed • Distribusi menceng ke kiri Gambar 3.3 Bentuk Distribusi yang Left skewed Adapun rumus untuk koefisien kemencengan α 3 α yaitu : 3 Dimana : = � 3 � 2 α 3 M = Koefisien kemencengan momen 3 S = standar deviasi data = momen kemencengan Sedangkan momen kemencengan M 3 yaitu M 3 = � [ �−1][�−2] ∑ [�� − �] � �=1 P 3 Dimana : X = rata-rata hitung x i n = jumlah data = data yang ke i data ke 1, 2 dan seterusnya Ketentuan : • Jika data berdistribusi normal atau distribusi simetris sekitar rata ratanya, maka M 3 adalah 0 atau mendekati 0, sehingga α 3 • Jika α pun adalah 0. 3 ± 2 maka dikatakan data menceng secara mederat. • Jika α 3 2. Kurtosis 2 maka dikatakan data menceng secara berarti sangat menceng Jika kemencengan menunjukkan perubahan distribusi secara horizontal menceng ke kiri atau ke kanan, maka keruncingan kurtosis distribusi menunujukkan perubahan distribusi secara vertikal cenderung runcing ke atas atau gemuk ke bawah. Kurtosis dalam bentuk normal adalah distribusi berbentuk mesokurtik, jika bentuk distribusi terlalu runcing ke atas Leptokurtik, dan sangat landai Platikurtik maka data tersebut tidak bisa dikatakan berdistribusi normal. Adapun ketiga ukuran keruncingan yaitu : • Mesokurtik Mesokurtik adalah distribusi frekuensi dengan kurva normal artinya tidak runcing ke atas atau gemuk ke bawah. Gambar 3.4 Mesokurtik • Leptokurtik Leptokurtik adalah distribusi frekuensi dengan kurva yang agak sempit pada bagian puncaknya atau mendekati runcing yang menunjukkan frekuensi tertumpuk pada daerah sekitar nilai mean atau menunjukkan hanya sedikit frekuensi yang tersebar lebih jauh dari nilai tedensi pusat. • Platikurtik Platikurtik adalah distribusi frekuensi dengan kurva yang agak mendatar tumpul pada bagian puncaknya yang menunjukkan adanya frekuensi agak tersebar merata pada seluruh kelas, kecuali pada beberapa kelas dari bagian pertama dan terakhir. Gambar 3.6 Paltikurtik Adapun rumus untuk untuk koefisien momen dari kutosis yaitu : α 4 = � 4 � 4 - 3 Dimana : α 4 m = momen kemencengan data = koefisien momen dari kurtosis s = Standar deviasi data Ketentuan : α 4 α = Berdistribusi normal jika nilainya nol adalah mesokurtik 4 α = Bernilai negatif maka bentuk distribusi platikurtik 4 B. Untuk menjawab permasalahan konsentrasi klaster industri karet di Sumatera Utara, maka metode analisis yang digunakan adalah indeks spesialisasi daerah. Adapun penjelasannya sebagai berikut : = Bernilai positif maka bentuk distribusi leptokurtik.

3.6.3 Spesialisasi daerah

Spesialisasi digunakan untuk mengukur tingkat konsentrasi industri di suatu kluster industri. Metode yang dirintis oleh Glaeser, et al. 1992 menggunakan indeks spesialisasi yang menunjukkan seberapa jauh spesialisasi industri dalam suatu klaster dibandingkan apabila industri yang tersebar secara random di seluruh Indonesia. Studi menggunakan indeks spesialisasi yang dihitung dengan cara sebagai berikut Kuncoro,2002 ; Hayter 1997 : S irt Dimana : = � �� � ��� S ir E = rasio indeks spesialisasi suatu industri irt E = tenaga kerja di industri i dibagi total tenaga kerja di region area tersebut it = tenaga kerja di industri i untuk seluruh region area di Indonesia dibagi dengan total tenaga kerja di seluruh region area di Indonesia Adapaun ketentuannya yaitu : • Jika nilai S irt kurang dari 1, maka berarti region tidak spesialisasi dalam industri tersebut, dimana pangsa tenaga kerjanya lebih rendah dari rata- rata pangsa tenaga kerja dalam industri di Sumatera Utara Jika terjadi peningkatan nilai S irt • Jika nila S untuk industri di suatu region maka akan terjadi peningkatan spesialisasi di region tersebut yang pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan industri di region tersebut. irt

3.7 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

lebih dari 1, maka region berspesialisasi dalam industri tersebut, dimana pangsa tenaga kerjanya lebih tinggi dari rata-rata pangsa tenaga kerja dalam industri di Sumatera Utara. Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Suharsimi, 2002. Variabel dalam penelitian ini adalah Klaster Industri dengan indikator tenaga kerja, nilai tambah dan PDRB. Defenisi variable penelitian ini adalah : a Klaster industri merupakan kelompok aktivitas produksi yang amat terkonsentrasi secara spasial dan umumnya berspesialisasi hanya pada satu atau dua industri Kuncoro , 2002 : Bab 7. b Produk Domestik Regional Bruto PDRB adalah sebagai jumlah nilai tambah yang di hasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang di hasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah BPS. c Tenaga kerja adalah Tenaga kerja adalah penduduk yamg berumur di dalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda antara negara satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 15 tahun, tanpa batas umur maksimum. Tenaga kerja manpower dibagi pula ke dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja laborforce dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia yang bekerja, atau yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan. Selanjutnya, angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua subsektor yaitu kelompok pekerja dan penganggur. Yang dimaksud pekerja adalah orang- orang yang mempunyai pekerjaan, mencakup orang yang mempunyai pekerjaan, dan memang sedang bekerja, serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja. Adapun yang dimaksud penganggur adalah orang yang tidak mempinyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan masih mencari pekerjaan Dumairy, 1996. d Nilai tambah adalah selisih antara nilai input dan nilai output.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara

4.1.1 Kondisi Geografis

Provinsi Sumatera Utara berada pada bagian barat Indonesia terletak pada garis 1 - 4 lintang utara dan 98 – 100 Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah71.680,68 km bujur timur. Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Aceh, sebelah timur berbatasan dengan negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan disebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. 2 , sebagian besar berada dalam daratan pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu, serta beberapa Pulau kecil, baik dibagian barat maupun dibagian timur pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupatenkota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar Kabupaten Mandailing Natal dengan luas sebesar 6.620,70 km 2 atau sekitar 9,24 dari total luas Sumatera Utara diikuti Kabupaten Langkat dengan luas 6.263,29 km 2 atau 8,74 kemudian Kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,20 km 2 atau sekitar 6,09 . Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 10,77 km 2 atau sekitar 0,02 dari total luas wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi letak dan dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 kelompok wilayahkawasan yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi, dan Pantai Timur. Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang