Hasil Distribusi Data Berdasarkan Nilai Skewness Dan Kurtosis

Gambar 4.3 Peta Sumatera Utara Berbasis Industri Karet Dan Non Industri Karet Tahun 2009

4.2.2 Hasil Distribusi Data Berdasarkan Nilai Skewness Dan Kurtosis

Kepadatan Industri dengan penetapan kriteria tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan jumlah tenaga kerja dan nilai tambah bertujuan untuk melihat adanya kemungkinan terjadinya pengelompokan di suatu lokasi. Ciri utama daerah industri karet adalah daerah yang memiliki tingkat kepadatan industri yang tinggi baik dalam jumlah tenaga kerja dan nilai tambah. Tabel 4.1 Kriteria Tenaga Kerja Industri Karet Kabupaten Kriteria Tenaga Kerja 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Labuhan Batu - - - Sedang - - - Asahan Rendah Tinggi Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Simalungun Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Deli Serdang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Langkat Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Serdang Berdagai - - Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Batu Bara - - - - Rendah Sedang Rendah Tapanuli Selatan Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah - - Labuhan Batu Selatan - - - - - - Rendah Labuhan Batu Utara - - - - - - Sedang Tebing Tinggi Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Medan Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Binjai Rendah Rendah - - Rendah Rendah Rendah Padang Sidempuan - Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Pematang Siantar Rendah Rendah Rendah - - - - Labuhan Batu Sedang Sedang Sedang - Sedang Sedang Rendah Tapanuli Tengah - Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah - Mandailing Natal - - - - - Rendah - Sumber : Data Olahan Peneliti, Tahun 2012 Pada Tabel 4.1 menjelaskan bahwa Kriteria tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan tenaga kerja dan nilai tambah tahun 2003 di Provinsi Sumatera Utara tidak ada yang tergolong tinggi namun yang bernilai sedang berdasarkan tenaga kerja adalah Kabupaten Deli Serdang 3.981, Simalungun 2.243, Labuhan Batu 1.195, Tapanuli Selatan 1.242 dan nilai tambah untuk semua Kabupaten bernilai rendah. Tahun 2004 berdasarkan tenaga kerja yang tergolong tinggi yaitu Kabupaten Deli Serdang 9.365 dan Asahan 6.335, untuk nilai sedang terdapat di Kota Medan 5.690 Tebing Tinggi 1.199, Kabupaten Labuhan Batu 3.539, dan Kabupaten Langkat 1.448 sedangkan berdasarkan nilai tambah semua kabupaten termasuk golongan rendah. Kemudian pada Tahun 2005 dan Tahun 2006 hanya Kabupaten Deli Serdang yang termasuk golongan Tinggi berdasarkan tenaga kerja, Kota Medan dan Tebing Tinggi, Kabupaten Labuhan Batu, dan Kabupaten Langkat, Kabupaten Asahan termasuk kriteria sedang. Pada Tahun 2007 Kabupaten berkriteria tinggi berdasarkan tenaga kerja adalah Kabupaten Deli serdang 7.935 dan yang berkriteria sedang adalah Kabupaten Labuhan Batu 2.560 , Serdang Berdagai 1.126 , Simalungun 1.026 , Langkat 1.021, Kota Tebing Tinggi 1.151 , Kota Medan 5.838 . Pada tahun 2008 Kabupaten Deli Serdang 6.812 dan Kota Medan 7.133 tergolong berkriteria tinggi untuk tenaga kerja, sedangkan Kabupaen Labuhan Batu , 2.509 Simalungun 1.122 , Serdang berdagai 1.527 , Kota Tebing Tinggi 1.108 , Kabupaten Langkat 1.092 , dan Kabupaten Batu Bara 2.161 . Pada Tahun 2009 mengalami penurunan dalam hal tenaga kerja ditandai dengan semua Kabupaten di Sumatera utara hanya bergolongan rendah dan sedang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada kemungkinan untuk mengelompok di suatu lokasi karena sebagian daerah memiliki kepadatan industri tinggi berdasarkan tenaga kerja dan kebanyakan daerah lainnya memiliki kepadatan industri yang rendah. Kriteria untuk nilai tambah tergolong rendah setiap tahunnya karena kurang dari 15 Milyah Rupiah di KabupatenKota Sumatera Utara. Walaupun nilai tambah tidak memenuhi kriteria tinggi akan tetapi adanya perbedaan setiap daerah yang cukup besar. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan untuk mengelompok karena bebarapa daerah memliki nilai tambah yang besar sedangkan kebanyakan daerah lainnya memiliki nilai tambah yang kecil. Tabel 4.2 Nilai Skewness dan Kurtosis Indusrtri Karet di Sumatera Utara Tahun Tenaga Kerja Nilai Tambah Skewness Kurtosis Skewness Kurtosis 2003 1,738 1,877 2,691 7,785 2004 2,216 1,027 3,154 10,412 2005 2,056 2,666 2,164 2,531 2006 2,193 1,977 -0,124 -1,565 2007 2,029 3,471 0.921 -0,784 2008 2,124 2,103 3,354 11,685 2009 1,604 1,603 2,044 1,407 Sumber : Data Olahan Peneliti, 2012 Distribusi berdasarkan nilai tambah dan tenaga kerja dikatakan normal jika nilai skewness berada diantara -2 dan 2 dan kurtosis bernilai positif dan negatif kecuali mendekati nol. Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa distribusi tenaga kerja tahun 2003 adalah normal karena memiliki nilai skewness sebesar 1,738 yang berada diantara -2 dan 2 dan kurtosis sebesar 1,877 berdistribusi positif. Pada tahun 2004 tenaga kerja berdistribusi tidak normal dengan nilai skewness sebesar 2,216 dan kurtosis sebesar 2,305. Dan pada tahun 2005 tenaga kerja berdistribusi tidak normal karena nilai skewness dan kurtosisnya lebih besar dari dua begitu juga halnya dengan tahun 2006, 2007 dan 2008. Dan pada tahun 2009 nilai skewness sebesar 1,604 dan kurtosis sebesar 1,603 yang menunjukkan tenaga kerja berdistribusi normal. Gambar 4.4 Histogram Tenaga Kerja Gambar histogram pada gambar 4.4 memperlihatkan distribusi tenaga kerja yang tidak normal dan mempunyai kecondongan positif. Artinya ada beberapa daerah yang mempunyai tingkat kepadatan industri karet yang tinggi terlihat dari jumlah tenaga kerja yang dihasilkan. Di lain pihak kebanyakan kabupatenkota mempunyai tingkat kepadatan yang rendah. Hal ini mengindikasikan adanya klaster industri karet di Sumatera Utara. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2004, 2005, 2007 dan 2008 adanya kemungkinan untuk mengelompok di suatu lokasi dengan kepadatan industri di daerah Asahan dan Deli Serdang. Sedangkan pada Tahun 2003 dan 2009 tidak adanya kemungkinan untuk mengklaster karena kebanyakan daerah memiliki kepatadatan industri yang rendah. Distribusi data berdasarkan nilai tambah pada tahun 2003 dengan nilai skewness sebesar 2,691 yang lebih dari dua dan kurtosis sebesar 7,785 berdistribusi positif yang menunjukkan adanya kemungkinan untuk mengelompok. Sama halnya dengan tahun 2004 dengan nilai skewness sebesar 3,154 dan kurtosis sebesar 10,412 dan pada tahun 2004 nilai skewness sebesar 1,564 dan kurtosis sebesar 2,531. Pada Tahun 2005, 2008 dan 2009 nilai skewness lebih besar dari dua dan nilai kurtosis berdistribusi positif. Sedangkan pada tahun 2006 dan 2007 nilai skewness lebih kecil dari 2 dan nilai kurtosis berdistribusi negatif maka dari itu dapat disimpulkan bahwa tahun 2006 dan 2007 tidak terjadinya pengelompokan di suatu lokasi. Adapun histogram dari nilai tambah yaitu : Gambar 4.5 Histogram Nilai Tambah

4.2.3 Konsentrasi Klaster Industri Karet Provinsi Sumatera Utara

Dalam hal spesialisasi di industri karet yang terlihat dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2003 daerah Kabupaten Tapanuli selatan, Labuhan Batu, Simalungun, dan Deli serdang menujukkan keunggulan komparatif dibandingkan dengan daerah lainnya. Hal ini mengindikasikan oleh nilai indeks spesialisasi yang lebih tinggi dari sat artinya industri-industri karet di daerah tersebut menikmati pangsa tenaga kerja yang besar di Sumatera Utara. Sedangkan nilai indeks spesialisasi Kabupaten Asahan, Langkat, Pematang Siantar, Kota Medan, Tebing Tinggi, dan Binjai kurang dari satu artinya industri karet di daerah tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif. Pada tahun 2004 mengalami peningkatan ditandai dengan bertambahnya nilai indeks spesialisasi lebih dari satu berada di Kabupaten Labuhan Batu, Asahan, Deli Serdang, Kota Padang Sidempuan, Kota Tebing Tinggi dan Medan yang artinya memiliki keunggulan komparatif dibandingkan daerah lainnya yang memiliki indeks spesialisasi kurang dari satu yaitu Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Simalungun, Langkat, Kota Pematang Siantar, Kota Binjai. Pada tahun 2005 sampai tahun 2007daerah yang memiliki keunggulan komparatif adalah Kabupaten Labuhan Batu, Deli Serdang, Kota Padang Sidempuan, Kota Medan, Kota Tebing Tinggi sedangkan Kabupaten Asahan yang pada tahun 2004 memiliki keunggulan komparatif berubah menjadi nonkomparatif dengan indeks spesialisasi kurang dari satu sama seperti daerah lainnya. Pada Tahun 2008 adanya penambahan indeks spesialisasi daerah yang lebih dari satu terdapat di Kabupaten Labuhan Batu, Deli Serdang, Serdang Berdagai, Batu Bara, Kota Padang Sidempuan, Kota Medan, Kota Tebing Tinggi. Daerah tersebut memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan daerah lainnya yaitu Kabupaten Mandailing Natal, Asahan, Simalungun, Langkat, Kota Binjai. Pada Tahun 2009 mengalami penurunan ditandai dengan berkurangnya KabupatenKota yang berindeks spesilisasi lebih dari satu. Adapun Kabupaten yang memiliki indeks spesialisasi daerah lebih dari satu dan meiliki keunggulan komparatif yaitu Kabupaten Deli Serdang , Serdang