Kinerja Industri Klaster Industri

Karakteristik pasar persaingan sempurna menurut Permono, 1990; Baye, 2000:269; Blair dan Kaserman,1985:4-5 yaitu: Produknya homogen, jumlah penjulan dan pembeli banyak, informasi sempurna, tidak adanya halangan yang signifikan untuk memasuki atau keluar pasar.

2.7 Kinerja Industri

Kinerja merupakan hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri dimana hasil biasa diidentikkan dengan besarnya penguasaan pasar atau besarnya keuntungan suatu perusahaan di dalam suatu industri. Hal – hal yang termasuk dalam kinerja yaitu efisiensi, pertumbuhan termasuk perluasan pasar, kesempatan kerja, prestise profesional, kesejahteraan personalia, serta kebanggaan kelompok. Dalam hal ini kinerja suatu industri dapat diamati melalui nilai tambah value added, produktivitas dan efisiensi. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai input dengan nilai output. Nilai input terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan bakar, jasa industri, biaya sewa gedung, mesin dan alat-alat serta jasa industri. Semetara itu nilai output adalah nilai yang dihasilkan. Produktivitas merupakan hasil yang dicapai pertenaga kerja atau unit faktor produksi dalam jangka waktu tertentu. Tingkat produkstivitas dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, alat produksi, dan keahlian yang dimiliki tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja merupakan perbandingan antara nilai output dengan tenaga kerja. Efisiensi adalah perbandingan seberapa besar kita dapat mengambil manfaat dari suatu variable untuk mendapatkan output sebanyak- banyaknya. Untuk mengukur suatu efisiensi dapat menggunakan perbandingan nilai tambah dan nilai input.

2.8 Klaster Industri

Industri merupakan suatu aktivitas ekonomi yang tidak terlepas dari kondisi konsentrasi geografis. Klaster merupakan cerminan konsentrasi geografis suatu kelompok industri yang sama Kuncoro,2002. Klaster industri pada dasarnya merupakan kelompok aktivitas produksi yang amat terkonsentrasi secara spasial dan umumnya berspesialisasi hanya pada satu atau dua industri. Sedangakan Porter 1990 mendefenisikan klaster sebagai sekumpulan perusahaan dan lembaga-lembaga terkait di bidang tertentu yang berdekatan secara geografis dan saling terkait karena kebersamaan Menurut teori Marshall 1920, klaster industri muncul karena perusahaan yang ada dalam suatu industri menemukan segala keuntungan yang bisa mereka dapatkan bila mereka mengelompok di dalam suatu area geografis. Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses klaster industri yaitu: a. Adanya proses klaster membuat perusahaan yang ada dapat berspesialisasi lebih baik dari pada bila perusahaan-perusahaan tersebut terklaster. Peningkatan spesialisasi nantinya akan membawa ke peningkatan efisiensi produksi b. Dapat memfasilitasi perusahaan untuk meningkatkan penelitian dan inovasi dalam sebuah industri c. Proses klaster perusahaan-perusahaan sejenis akan mengurangi resiko bagi pihak perkerja maupun pihak pemberi pekerjaan. Proses klaster identik dengan industri manufaktur baik IBM Industri besar dan menengah atau IKRT Industri kecil dan rumah tangga. Klaster secara umum didefenisikan sebagai konsentrasi geografis subsektor-subsektor manufaktur yang sama. Dalam hal ini terbentuknya jaringan yang disebut sebagai industrial district. Usaha kecil dan rumah tangga sebagian besar mengelompok secara spasial. Kawasan menjadi fokus untuk bagaimana dan di mana industri- industri berlokasi dan mengelompok. Alfred Marshall merupakan ekonom pertama yang meneliti kecenderungan jenis industri tertetu untuk berlokasi di daerah-daerah tertentu di Inggris, Jerman, dan negara-negara lain Becattini, 1990; Belandi, 1989. Marshall 1999 mendefenisikan industrial district sebagai satu kluster produksi yang terspesialisasi secara geografis. Kluster tersebut mewakili daerah industri ‘tradisional’ dan Marshallian Industrial District yang umumnya ditemukan di daerah pedesaan dan company towns. Klaster mampu mempengaruhi kompetisi global yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : 1 peningkatan produktivitas perusahaan-perusahaan dalam wilayah tertentu; 2 klaster mendorong arah dan langkah inovasi; 3 klaster menciptakan stimulus untuk penciptaan formasi bentuk bisnis baru yang pada gilirannya akan memperkuat kluster Porter, 1998. Porter menekankan pentingnya peranan teknologi, strategi dan organisasi, dan geografi ekonomi dalam proses inovasi dan upaya menjaga keunggulan kompetitif perusahaan secara berkelanjutan Porter dan Sovell ,1998. Porter menganalisis klaster industri dengan pendekatan diamond model. Adapun model dari diamond model tersebut terdiri dari : 1 Faktor input factorinput condition, 2 kondisi permintaan demand condition, 3 industri pendukung dan terkait related and supporting industries, serta 4 strategi perusahaan dan pesaing context for firm and strategy. Berikut penjelasan untuk masing-masing elemen : a. Faktor input Faktor input dalam analisis porter adalah variable-variable yang sudah ada dan dimiliki oleh suatu klaster industri seperti sumber daya manusia human resource, modal capital resource, infrastruktur fisik physical infrastructure , infrastruktur informasi information Structure, infrastruktur ilmu pengetahuan dan teknologi scientific and technological infrastructure , infrastruktur administrasi administrative infrastructure serta sumber daya alam. Semakin tinggi kualitas input, maka semakin besar peluang industri untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas. b. Kondisi Permintaan Kondisi permintaan menurut diamond model dikaitkan dengan sophisticated and demanding local customer. Semakin maju suatu masyarakat dan semakin demanding pelanggan dalam negeri, maka industri akan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas produk atau melakukan inovasi guna memenuhi keinginan pelanggan lokal yang tinggi. Namun dengan adanya globalisasi, kondisi permintaan tidak hanya berasal dari lokal tetapi juga bersumber dari luar negeri. c. Industri Pendukung dan Terkait Adanya industri pendukung dan terkait akan meningkatkan efisiensi dan sinergi dalam Clusters. Sinergi dan efisiensi dapat tercipta terutama dalam transaction cost , sharing teknologi, informasi maupun skill tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh industri atau perusahaan lainnya. Manfaat lain industri pendukung dan terkait adalah akan terciptanya daya saing dan produtivitas yang meningkat. d. Strategi Perusahaan dan Pesaing Strategi perusahaan dan pesaing dalam diamond model juga penting karena kondisi ini akan memotivasi perusahaan atau industri untuk selalu meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan dan selalu mencari inovasi baru. Dengan adanya persaingan yang sehat, perusahaan akan selalu mencari strategi baru yang cocok dan berupaya untuk selalu meningkatkan efisiensi. Terkait dengan permintaan, Dong Sung Cho 2000 menyempurnakan Model Diamond Cluster dari Porter menjadi Double Diamond Concept, yang merupakan degeneralisasi dari Model Diamond Cluster terkait dengan permintaan, dimana permintaan dibagi menjadi permintaan domestic, permintaan internasional, dan permintaan global. Sementara itu, Dong-Sung Cho 2000 menambahkan faktor-faktor yang dapat menentukan daya saing khususnya untuk negara yang sedang berkembang. Selain Pemerintah birokrat, juga diperlukan kemampuan dan kesinergian dari para pelakunya, yaitu usahawanpengusaha, profesional, dan pekerjaburuh. Gambar 2.1 Pemilihan Posisi dalam Konsep Generik Klaster Industri Gambar 2.1 menunjukkan bahwa para pelaku yang terlibat dalam suatu klaster industri dapat dikelompokkan menjadi industri inti core industry, industri pemasok supplier industry, industri pendukung supporting industry, dan penggunapembali userbuyer. Pengelompokkan posisi atau fungsi berdasarkan peran di atas, maka sebuah klaster industri dapat menjadi suatu kerangka yang powerful dalam pembangunan ekonomi dan peningkatan daya saing wilayah. Hal ini dikarenakan klaster industri mencakup hubungan ekonomi dan hubungan non ekonomi antarindustri yang spesifik dan menyediakan seperangkat alat untuk membantu merumuskan strategi dan kebijakan pengembangan ekonomi suatu wilayah, termasuk kebijakan pengembangan sektoral. Klaster industri dapat meningkatkan usaha-usaha kegiatan industri jangka pendek melalui identifikasi Industri Terkait Industri Pendukung Pengguna Industri Inti Industri Pemasok Institusi Pendukung kesenjangan industri dan pendefenisian daya saing yang spesifik. Klaster industri sangat bermanfaat dalam menentukan strategi-strategi jangka menengah untuk memelihara, menetapkan, dan menumbuhkan industri, kawasan serta dalam mengorganisasikan strategi-strategi jangka panjang untuk mempertahankan pertumbuhan industri dalam suatu wilayah. Adapun manfaat dari klaster industri bagi suatu wilayah menurut Alkadri, 2004 diantaranya adalah : • Memperkuat keterkaitan yang saling menguntungkan diantara para pelaku industri di dalam klaster industri di suatu wilayah maupun dengan para pelaku lain di wilayah lainnya, baik tingkat nasional maupun tingkat internasional • Meningkatkan efisiensi skala ekonomi, produkstivitas, dan nilai tambah yang akan diraih para pelaku dalam industri tersebut. • Menghimpun berbagai sumberdaya secara kolektif, baik sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya kapital, maupun sumber daya buatan. • Dapat melakukan pemasaran bersama, berbagai informasi dan memperbaiki perangkat lunak maupu perangkat keras yang dimiliki oleh para pelaku dalam di dalam klaster industri tersbut. • Meningkatkan kapasitas inovasi, kompetensi, daya saing dan kesejahteraan sebuah wilayah yang memiliki klaster industri. • Memfasilitasi penyesuain-penyesuian sistem administrasi di antara para pelaku di dalam klaster industri. • Menyediakan seperangkat peralatan yang powerful untuk analisis, formulasi kebijakan, dan organisasi wilayah untuk meningkatkan efektivitas strategi-strastegi pengembangan industri. • Membantu mengurangi kekhawatiran dalam bersaing karena adanya kerja sama dan rasa saling percaya diantara para pelaku di dalam klaster industri. • Mendatangkan pengakuan dan aliansi strategis di tingkat nasional maupun internasional.

2.9 Penelitian Terdahulu