BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era informasi sekarang ini keberadaan suatu informasi mempunyai arti dan peranan yang sangat penting dalam semua aspek kehidupan. Masyarakat
juga cenderung berubah menjadi masyarakat informasi yang pada akhirnya memicu perkembangan teknologi informasi menjadi kian pesat sehingga
terciptalah perangkat-perangkat informatika yang semakin canggih dan jaringan- jaringan sistem informasi yang semakin rumit dan handal. Berkaitan dengan
pembangunan di bidang teknologi, dewasa ini peradaban manusia dihadirkan dengan adanya fenomena baru yang mampu mengubah hampir setiap aspek
kehidupan manusia, yaitu perkembangan teknologi informasi melalui internet. Kemajuan teknologi informasi khususnya media internet, dirasakan banyak
memberikan manfaat seperti misalnya dari segi keamanan, kecepatan serta kenyamanan. Contoh sederhana, dengan dipergunakannya media internet sebagai
sarana pendukung dalam pemesanan tiket pesawat terbang atau kereta api, reservasi hotel, pembayaran tagihan telepon, listrik, telah membuat masyarakat
semakin nyaman dan aman dalam menjalankan aktivitasnya. Masyarakat bahkan tidak perlu keluar rumah dan antri untuk memperoleh layanan yang diinginkan
karena proses pemesanan dapat dilakukan di rumah, kantor, bahkan di dalam kendaraan, begitu pula tingkat keamanan dalam bertransaksi relatif terjamin
karena transaksi dilakukan secara online.
Universitas Sumatera Utara
Teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah perilaku dan pola hidup masyarakat secara global. Perkembangan teknologi informasi telah pula
menyebabkan dunia menjadi tanpa batas dan menyebabkan perubahan sosial, budaya dan ekonomi juga pola penegakan hukum yang secara signifikan
berlangsung demikian pesat. Dengan teknologi informasi yang berkembang saat ini, maka akan memudahkan orang untuk dapat mengetahui ataupun
berkomunikasi dalam jarak jauh pada berbagai belahan bumi secara seketika dalam hitungan detik sekalipun. Sarana yang dapat digunakan mulai dari radio,
televisi, telepon, telepon genggam, telegram, faximile, dan yang terakhir internet melalui jaringan komputer. Teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata
dua, karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana efektif dalam
melakukan perbuatan melawan hukum. Kenyataan yang ada sekarang ini, hal yang terkait dengan pemanfaatan
teknologi informasi tidak lagi dapat dilakukan dengan pendekatan melalui sistem hukum konvensional, mengingat kegiatannya tidak lagi dapat dibatasi oleh
teritorial suatu negara, aksesnya dengan mudah dapat dilakukan dari belahan dunia manapun. Kerugian dapat terjadi baik pada pelaku internet maupun orang
lain yang tidak pernah berhubungan sekalipun, misalnya dalam pencurian dana kartu kredit melalui pembelanjaan di internet. Di samping itu masalah pembuktian
merupakan faktor yang sangat penting karena dalam kenyataannya data dimaksud juga ternyata sangat rentan untuk diubah, disadap, dipalsukan dan dikirim ke
berbagai penjuru dunia dalam waktu yang sangat singkat. Sehingga dampak yang
Universitas Sumatera Utara
diakibatkannya pun dapat terjadi demikian cepat dan dahsyat. Kesiapan masyarakat yang diperlukan dalam menghadapi kemajuan teknologi dapat
berwujud kesiapan infrastruktur pendukung, mental masyarakat yang akan menghadapi kemajuan bahkan perangkat perundang-undangan yang mengaturnya,
yang pada gilirannya akan memaksa dirumuskannya suatu norma-norma baru. Teknologi informasi telah menjadi instrumen efektif dalam perdagangan
global. Contoh kongkret misalnya untuk memesan obat-obatan yang bersifat sangat pribadi orang cukup melakukannya melalui internet, bahkan untuk
membeli majalah orang juga dapat membayar tidak dengan uang tapi cukup dengan mendebit pulsa telepon seluler melalui fasilitas SMS. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa konvergensi di bidang telematika berkembang terus tanpa dapat dibendung, seiring dengan ditemukannya hak cipta dan paten baru di bidang
teknologi informasi. Persoalan yang lebih luas juga terjadi untuk masalah-masalah
keperdataan, karena saat ini transaksi e-commerce electronic commerce yang telah menjadi bagian dari perniagaan nasional dan internasional. E-commerce
pada dasarnya adalah merupakan suatu kontrak transaksi perdagangan antara penjual dan pembeli dengan menggunakan media internet. Jadi, proses pemesanan
barang, pembayaran transaksi hingga pengiriman barang dikomunikasikan melalui internet. Sekarang ini semakin banyak orang, pelaku usaha khususnya yang
melakukan transaksi melalui internet guna pemenuhan keefektifan dan keefisienan ruang gerak mereka. Secara tradisional, suatu transaksi terjadi jika terdapat
kesepakatan antara dua orang atau lebih terhadap suatu hal. Kesepakatan tersebut
Universitas Sumatera Utara
dapat dibuat secara lisan ataupun tertulis, kesepakatan tertulis lazimnya dituangkan dalam suatu perjanjian yang ditanda-tangani oleh para pihak yang
berkepentingan. Di dunia internet, kesepakatan terjadi secara elektronik tidak ada penandatanganan para pihak selayaknya dalam perjanjian tertulis. Perubahan ini
membawa implikasi hukum yang serius bila tidak ditangani dengan benar. Beberapa isu yang muncul dari kemampuan internet dalam memfasilitasi transaksi
antarpihak ini antara lain masalah keberadaan para pihak reality , kebenaran eksistensi dan atribut accuracy , penolakan atau pengingkaran atas suatu
transaksi non-repudiation , keutuhan informasi integrity of information , pengakuan saat pengiriman dan penerimaan, privasi dan jurisdiksi.
1
Dalam perjanjian konvensional tidak mudah bagi seseorang untuk menolak atau
mengakui bahwa ia telah berbuat sesuatu, karena adanya bukti fisik yang dapat digunakan sebagai petunjuk bahwa seseorang telah melakukan sesuatu. Tidak
demikian halnya dengan perjanjian yang dibuat melalui media internet, seseorang dengan mudah menolak bahwa ia telah berbuat sesuatu di internet karena tidak
ada bukti fisik yang memaksanya untuk mengakui bahwa ia telah berbuat sesuatu dalam hal ini membuat suatu perjanjian. Agar penolakan semacam ini tidak
terjadi, maka secara teknis harus disediakan teknologi yang mampu membuktikan adanya suatu transaksi, dan hal ini juga harus diperkuat dengan ketentuan hukum
dalam undang-undang, sehingga bila nanti timbul suatu sengketa dari kesepakatan ini maka seperti layaknya sengketa-sengketa perjanjian konvensional,sengketa
perjanjian melalui internet juga dapat diajukan ke pengadilan.
1 Merry Magdalena dan Maswigrantoro Roes Setiyadi, Cyberlaw, Tidak Perlu Takut, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2007, hlm. 114.
Universitas Sumatera Utara
Dengan meningkatnya aktivitas elektronik, seperti misalnya perjanjian- perjanjian yang dilakukan melalui media internet seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, yang dapat terjadi tanpa masing-masing pihak bertemu secara fisik atau menandatangani dokumen tertulis melainkan dalam suatu catatan-catatan
elektronik seperti e-mail atau catatan yang dibuat melalui sistem komputer secara otomatis, maka alat pembuktian yang dapat digunakan secara hukum harus juga
meliputi informasi dan dokumen elektronik untuk dapat memudahkan dalam pelaksanaan hukumnya. Selain itu hasil cetak dari dokumen atau informasi
tersebut juga harus dapat dijadikan bukti yang sah secara hukum. Untuk memudahkan pelaksanaan penggunaan bukti elektronik baik dalam bentuk
elektronik atau hasil cetak , maka bukti elektronik dapat disebut sebagai perluasan alat bukti yang sah. Sesuai dengan hukum acara yang berlaku di
Indonesia seperti yang diatur menurut Pasal 1866 KUHPerdata dan Pasal 284 RBg164 HIR, alat-alat bukti yang sah terdiri dari bukti tulisan, bukti dengan
saksi-saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan dan sumpah. Sedangkan menurut Pasal 184 KUHAP, alat-alat bukti yang sah terdiri dari keterangan saksi,
keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Dengan dibentuknya UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik maka alat-
alat bukti elektronik telah diterima sebagai alat bukti yang sah dalam hukum acara di Indonesia. UU Nomor 11 Tahun 2008 UU ITE mengakui informasi dan
dokumen elektronik sebagai bukti hukum yang sah. Hal ini memiliki arti penting karena segala transaksi, komunikasi dan kesepakatan-kesepakatan dilakukan
secara elektronik. Meskipun demikian, terdapat pembatasan bahwa informasi dan
Universitas Sumatera Utara
dokumen elektronik sebagai bukti elektronik tidak dapat dijadikan sebagai bukti hukum yang sah terhadap :
1. surat yang menurut undang-undang harus dibuat dalam bentuk tertulis, dan 2. surat beserta dokumennya yang menurut undang-undang harus dibuat dalam
bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta. Dengan demikian, sertifikat tanah, surat-surat terjadinya perkawinan dan putusnya
perkawinan, perjanjian yang berkaitan dengan transaksi barang tidak bergerak, dokumen yang berkaitan dengan hak kepemilikan, tidak dapat dijadikan bukti
yang sah jika dibuat dalam bentuk elektronik. Selain informasi dan dokumen elektronik, tanda tangan elektronik juga
termasuk dalam alat bukti elektronik. Dengan adanya transaksi melalui internet timbul permasalahan bagaimana para pihak yang bertransaksi dapat
membubuhkan tanda tangan mereka masing-masing sebagai otentifikasi dokumen elektronik yang dipakai sebagai dasar transaksi melalui internet. Sebagai solusi
dari permasalahan tersebut saat ini orang telah menggunakan tanda tangan elektronik sebagai alat untuk memberikan otentifikasi terhadap suatu dokumen
elektronik. Tanda tangan elektronik atau biasa disebut dengan tanda tangan digital digital signature adalah alat untuk mengidentifikasi data dan informasi yang
dikeluarkan oleh seseorang. Tanda tangan elektronik sebenarnya tidak berbeda dengan tanda tangan biasa dari aspek kegunaannya, namun karena bersifat
elektronik, maka cara pembuatan, penyampaian dan penerimaan tanda tangan elektronik bersifat sangat teknis. Tanda tangan elektronik bukan tanda tangan
yang dibubuhkan di atas kertas sebagaimana lazimnya suatu tanda tangan. Tanda
Universitas Sumatera Utara
tangan elektronik diperoleh dengan terlebih dahulu menciptakan suatu message digest atau hash yang akan dikirimkan melalui ruang siber cyberspace .
2
Berpijak pada uraian adanya transaksi-transaksi elektronik yang semakin berkembang pada masa sekarang ini dan dikaitkan dengan sengketa-sengketa yang
dapat timbul daripadanya dan alat bukti yang lahir dari suatu transaksi elektronik tersebut maka penulis ingin mengangkat mengenai kedudukan dan pelaksanaan
alat bukti elektronik sebagai alat bukti yang sah pada hukum acara perdata, dalam
bentuk skripsi dengan judul “ Informasi, Dokumen dan Tanda Tangan Elektronik sebagai Alat Bukti yang Sah dalam Hukum Acara Perdata
Kaitannya dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 “
B. Perumusan Masalah