notaris yang dihadapannya akta itu telah dibuat, atau oleh pegawai- pegawai yang dalam jabatannya menyimpan akta-akta yang asli dan
berwenang memberikan salinan-salinan. Dalam praktek pemeriksaan perkara di pengadilan sekarang ini seringkali
alat bukti tulisan yang diajukan bukan tulisan aslinya, melainkan hanya fotokopinya yang telah dilegalisir oleh panitera pengadilan, dan dengan
menunjukkan tulisan aslinya di muka persidangan. Praktek yang demikian dalam dunia peradilan, sesuai dengan perkembangan dan kemajuan teknologi yang telah
mengenal mesin fotokopi, dan tidak ada keberatan asalkan fotokopi yang diajukan sebagai bukti tersebut benar-benar sesuai dengan tulisan aslinya. Selanjutnya,
perlu dikemukakan bahwa tulisan yang disampaikan kepada pengadilan harus diberi materai, kecuali telah berada di atas kertas segel, bila tidak bukti tulisan
tersebut akan dikesampingkan oleh hakim Putusan Mahkamah Agung tanggal 28 Agustus 1975 No. 983 KSip1972 .
75
b. Bukti dengan saksi-saksi
Tentang kekuatan pembuktian dengan saksi diatur dalam Pasal 306 RBg169 HIR dan Pasal 1905 KUHPerdata yang menyatakan bahwa keterangan
seorang saksi saja tanpa adanya suatu alat bukti lain, tidak boleh dipercaya di dalam hukum. Maksud pasal ini bukan mengharuskan agar setiap peristiwa atau
hak dibuktikan dengan lebih dari seorang saksi, melainkan bagi perkara seluruhnya, seorang saksi saja tanpa ada alat bukti lain adalah tidak cukup. Karena
ada dikenal asas unus testis nullus testis, seorang saksi bukan saksi. Artinya,
75 Ibid., hlm. 100.
Universitas Sumatera Utara
keterangan seorang saksi saja tanpa disertai bukti yang lain tidak cukup kuat untuk membuktikan suatu dalil yang harus dibuktikan. Akan tetapi apabila
menurut pertimbangan hakim keterangan dari seorang saksi saja telah dianggap memadai karena dapat dipercaya dan didukung dengan bukti-bukti lain yang sah,
keterangan dari seorang saksi tersebut dapat dianggap sebagai bukti sempurna. Jika keterangan 2 dua orang saksi atau lebih dihubungkan satu sama lain serta
mempunyai arti dan maksud yang sama, keterangan-keterangan saksi tersebut dapat menghasilkan bukti yang sah dan sempurna. Jadi, penilaian beberapa saksi
yang masing-masing berdiri sendiri dan terpisah satu sama lain tentang berbagai macam peristiwa yang digunakan untuk membuktikan sesuatu peristiwa atau hak
diserahkan pada pertimbangan hakim. Dengan kata lain, alat bukti saksi mempunyai kekuatan pembuktian yang bebas.
c. Persangkaan-persangkaan
Melalui persangkaan-persangkaan
suatu peristiwa tersebut dibuktikan secara tidak langsung yaitu dengan perantaraan pembuktian-pembuktian peristiwa
lain. Seperti telah diuraikan sebelumnya, bahwa alat bukti persangkaan dapat dibedakan ke dalam 2 dua jenis yaitu persangkaan undang-undang dan
persangkaan hakim. Kedua jenis persangkaan ini memiliki kekuatan bukti yang berbeda.
Sifat dari persangkaan undang-undang tidak dapat dibantah, oleh karena itu, kesimpulan yang ditarik dari suatu persangkaan undang-undang tersebut
berwujud pembuktian yang pasti dan menentukan dimana hakim terikat untuk menerima kebenarannya serta terikat untuk menjadikan persangkaan undang-
Universitas Sumatera Utara
undang ini sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan, dengan demikian, nilai kekuatan pembuktian dari persangkaan undang-undang yang tidak
dapat dibantah bersifat sempurna, mengikat dan menentukan, hal ini diatur dalam Pasal 1921 KUHPerdata.
Sedangkan persangkaan hakim sebagai alat bukti memiliki kekuatan pembuktian bebas. Dalam hal ini kekuatan pembuktian apa yang akan diberikan
kepada persangkaan hakim tertentu, apakah sebagai alat bukti yang sempurna atau alat bukti permulaan atau sama sekali tidak memiliki kekuatan sama sekali,
diserahkan sepenuhnya kepada penilaian hakim. Pasal 1922 KUHPerdata telah menegaskan hal tersebut, yang menyerahkan nilai persangkaan kepada
pertimbangan hakim. Karena nilai kekuatan pembuktiannya bebas, berarti satu persangkaan saja tidak mencukupi batas minimal pembuktian, paling tidak harus
ada dua persangkaan agar terpenuhi batas minimal pembuktian atau paling tidak, satu persangkaan ditambah dengan satu alat bukti lain.
d. Pengakuan