BAB II HAK-HAK POLITIK
D. Pengertian Hak-hak Politik
Kata hak politik terdiri dari dua kata yaitu hak dan politik. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia kata hak berarti benar, milik, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan dan
sebagainya, kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu dan hak juga berarti derajat atau mertabat.
9
Kata hak berasal dari bahasa Arab yang secara etimologi mengandung beberapa arti. Dalam al-Quran terdapat beberapa makna untuk kata hak. Makna
hak sebagai ketetapan dan kepastian terdapat dalam al-Quran surat Yasin36: 7. Makna hak sebagai menetapkan dan menjelaskan terdapat dalam surat al-Anfal8:
8. Makna hak sebagai bagian yang terbatas terdapat dalam al-Ma’arij70: 24-25. Kata hak dengan arti benar, lawan dari batil, terdapat dalam surat Yunus10: 35.
10
Dalam kamus Lisan al-Arab, kata hak diartikan dengan ketetapan, kewajiban, yakin, yang patut
dan benar.
11
9
Tim Penyusun Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indoesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1998, Cet. I, h. 292
10
Ikhwan, Hak Asasi Manusia dalam Islam, Jakarta: Logos, 2004, Cet. I, h. 9
11
Jalaluddin Muhammad Ibnu Manzhur, Lisan al-Arab, Mesir: Dâr al-Mishriyah li al- Talif wa al-Tarjamah, t.th, Juz 11, h. 332-343
Sedangkan kata politik berasal dari kata politic Inggris yang menunjukkan sifat peribadi atau perbuatan. Secara lekslikal, asal kata tersebut
berarti acting or judging wisely, well judged, prudent. Kata ini terambil dari kata Latin politicus dan bahasa Yunani Greek politicos yang berarti relating to a
citizen. Kedua kata tersebut juga berasal dari kata polis yang bermakna city
“kota”, politic kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan tiga arti, yaitu: Segala urusan dan tindakan kebijaksanaan, siasat dan sebagainya
mengenai pemerintahan sesuatu negara atau terhadap negara lain, tipu muslihat atau kelicikan dan juga dipergunakan sebagai nama bagi sebuah disiplin
pengetahuan, yaitu ilmu politik.
12
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia politik diartikan sebagai ilmu pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan, segala urusan dan
tindakan kebijakan, siasat dan sebagainya mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain, kebijakan cara bertindak dalam menghadapi atau
menangani suatu masalah.
13
Politik merupakan kata kolektif yang mempunyai pemikiran-pemikiran yang bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan.
14
Menurut Miriam Budiardjo, politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses menentukan
12
Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Quran, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995, Cet. II, h. 34
13
Ibid., h. 292
14
Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Bary, Kamus Ilmiah Kontemporer, Surabaya: Arkola, 1994, h. 608
tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
15
Selanjutnya sebagai suatu sistem Munawir Sadzali menerangkan, bahwa poltik adalah suatu
konsepsi yang berisikan ketentuan-ketentuan siapa sumber kekuasaan negara; siapa pelaksana kekuasaan tersebut; apa dasar dan bagaimana cara untuk
menentukan serta kepada siapa kewenagan melaksanakan kekuasaan itu diberikan; kepada siapa pelaksana kekuasaan itu bertanggungjawab dan
bagaimana bentuk tanggungjawabnya.
16
Politik dalam bahasa Arab disebut dengan siyâsah yang berasal dari kata
سﺎ -
سﻮ -
ﺔ ﺎ
, yang berarti mengurus kepentingan seseorang. Dalam kamus al-Muhîth dikatakan:
ﺔ ﺮ ا ﺔ ﺎ
: ﺎﻬ ﺮ أ
ﺎﻬ ﻬ و
yang berarti saya memerintahnya dan melarangnya.
17
Politik atau siyâsah mempunyai makna mengatur urursan umat, baik secara dalam maupun luar negeri. Politik
dilaksanakan baik oleh negara pemerintah maupun umat rakyat, negara adalah institusi yang mengatur urusan tersebut secara praktis, sedangkan umat atau
rakyat mengoreksi muhasabah pemerintah dalam melakukan tugasnya.
18
Difinisi ini diambil dari hadis-hadis yang menunjukkan aktivitas penguasa, kewajiban
15
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakatra: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005, Cet. XXVII, h. 8
16
Munawir Syazili, Islam dan Tata Negara, Jakarta:UI Press. 1990, h. 41
17
Muhammad bin Ya’qub al-Fairuz Abadi, Al-Qâmûs al-Muhîth, Bairut: Dâr al-Fikir, 1995, h. 496
18
Abdul Qadim Zallum, Afkaru Siyasiyah, edisi Indonesia: Pemikiran Politik Islam, diterjemahkan oleh Abu Faiz, Bangil: Al-Izzah, 2004, Cet. II, h. 11
untuk mengoreksinya, serta pentingnya mengurus kepentingan umat atau rakyat. Rasulullah SAW bersabda:
ا ﻬ ﺄ ا ﻮ أ ﺎ ﺪ ﻮ أ ﺎ ﺪ
ﷲا ﺪ نأ رﺎ
دﺎ دﺎ ز ﺎ ﺪ ﻚ ﺪ إ
لﺎ تﺎ يﺬ ا ﺿﺮ ﷲا لﻮ ر
ﻰ ﷲا
و ﷲا ﻰ
ا لﻮ و
: ﺎﻬ
ﺔ ر ﷲا ﺎ ﺮ ا ﺪ ﺎ ﺔ ا ﺔ ﺋار ﺪ إ ﺔ
ىرﺎ ا اور
19
Artinya: Diceritakan kepada kami Abu Nu’aim diceritakan kepada kami Abu Al- Asyhab diriwayatkan dari Al-Hasan bahwasanya Abdullah bin Ziyad
menjenguk Ma’qil bin Yasar ketika dia sakit menjelang matinya berkata Ma’qil kepadanya Ziyad: saya akan memberitahukan
kepadamu apa yang telah saya dengar dari Rasulullah SAW., aku mendengar Nabi SAW bersabda:“Seseorang yang ditetapkan Allah
dalam kedudukan mengurus kepentingan ummat dan dia tidak memberikan nasihat kepada mereka rakyat dia tidak akan mencium
bau surga.”
HR. Bukhari
ﺎ ﺪ باﺪه
ﺪ ﺎ يدزﺄ ا
ﺎ ﺪ مﺎ ه
ﻰ ﺎ ﺪ
ةدﺎ ا
ﺔ ﺿ مأ
ﺔ نأ
لﻮ ر ا
ﻰ ا
و لﺎ
: ﺮ ءاﺮ أ نﻮﻜ
نﻮ فﺮ نوﺮﻜ و
ﺎ و ﺿر ﻜ و ﺮﻜ أ و ئﺮ .
ﻬ ﺎ أ اﻮ ﺎ :
ﺎ ، اﻮ
اور
20
Artinya: Diceritakan kepada kami Hadab bin Khalid Al-Azdi diceritakan kepada kami Hammam bin Yahya diceritakan kepada kami Katadah daripada
Dayyabah bin Mihshon daripada Ummi Salamah sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Akan ada para amir penguasa, maka
kalian ada yang mengakui perbuatannya dan ada yang mengingkarinya. Siapa saja yang mengakui perbuatannya karena
tidak bertentangan dengan hukum syara’, maka dia tidak diminta tanggung-jawabnya, dan siapa saja yang mengingkari perbuatannya
maka dia akan selamat. Tetapi siapa saja yang yang redha dengan perbuatannya yang bertentangan dengan hukum syara’ dan
mengikutinya maka dia berdosa. Para sahabat bertanya: apakah kita
19
Muhammad bin Ismâil bin Ibrâhim al-Bukhâri, Sahîh Bukhâri,Beirut: Dâr al-Fikr, t.th, Juz XXII, h. 62, hadits no. 6617
20
Muslim bin al-Haj Abu al-Husin al-Qusairi al-Nisaburi, Sahîh Muslim, Beirut: Dâr Ihya’ al-Tharashi al-Arabi, Juz IX, h. 400, hadits no. 3445
memerangi mereka? Rasul menjawab: tidak, selama mereka menegakkan shalat hukum-hukum Islam.”
HR. Muslim. Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara, membicarakan
politik pada dasarnya adalah membicarakan negara, karena teori politik menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat, jadi negara dalam keadaan bergerak. Selain itu politik juga menyelidiki ide-ide, azas-azas sejarah pembentukan negara, hakekat negara serta
bentuk dan tujuan negara.
21
Politik ialah cara dan upaya menangani masalah-masalah rakyat dengan seperangkat undang-undang untuk mewujudkan kemaslahatan dan mencegah hal-
hal yang merugikan bagi kepentingan manusia. Mengacu pada pengertian tersebut, politik yang berasal dari kata polis yang berarti Negara bisa juga
diartikan sebagai bentuk kumpulan yang sengaja dibentuk untuk mendapatkan suatu yang baik. Karenanya, setiap negara polis sudah barang tentu harus
memiliki suatu aturan main yang disebut undang-undang atau hukum, pemegang otoritas hukum yang kemudian disebut sebagai politicos atau raja, dan yang
melaksanakan aturan pemerintahan dalam hal ini semua lapisan masyarakat yang mengakui terhadap kekusaan seorang pemimpin. Oleh karenanya, persoalan
politik kelihatannya tidak bisa dilepaskan dari persoalan kesepakatan, legitimasi,
21
J. H. Rapar, Filsafat Politik Aristoteles; Seri Filsafat Politik, Jakarta: CV. RajaGrafindo Persada, 1996, Cet. I, h. 3-4.
bai’at terhadap seseorang pimpinanan produk hukum yang lahir sebagai aturan dalam melaksanakan roda pemerintahan.
22
Ilmu politik adalah salah satu disiplin ilmu kemasyarakatan yang membahas masalah-masalah pemerintahan, lembaga-lembaga, negara, proses
politik, hubungan internasional, tata negara dan pemerintahan. Semuanya itu merupakan kegiatan perseorangan maupun kelompok yang menyangkut hubungan
kemanusiaan dan kemasyarakatan yang sangat mendasar.
23
Teori tentang politik dalam Islam telah banyak dikemukakan oleh para ulama baik di masa lampau atau pun di masa kini. Hal ini mudah dipahami,
karena masalah politik termasuk ruang lingkup ijtihad yang memungkinkan kepada para ulama untuk mengkaji setiap masa.
24
Dalam hal ini al-Quran dan al- Sunnah tidak memberikan ketentuan yang pasti mengenai politik. Dalam al-Quran
tidak ditemukan konsep tentang politik umat Islam untuk diaplikasikan pada setiap tempat dan zaman. Karena jika hal ini ada, berarti al-Quran menghambat
dinamika perkembangan umat. Adalah suatu kebijaksanaan al-Quran untuk membiarkan hal ini dipecahkan oleh nalar manusia sebagai suatu kemampuan dan
22
Moh. Mufid, Politik dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2004, Cet. I, h. 9
23
H. M. Darwis Hude, ed, Cakrawala Ilmu dalam Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002, Cet. I, h. 471
24
H. Inu Kencana, Al-Quran dan Ilmu Politik, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996, Cet. I, h.75
perkembangan zaman. Kendati demikian al-Quran memberikan prinsip-prinsip dasar bagi kehidupan bermasyarakat.
25
Dari penjelasan di atas, secara garis besar hak politik dapat diartikan sebagai suatu kebebasan dalam menentukan pilihan yang tidak dapat diganggu
ataupun diambil oleh siapa pun dalam kehidupan bermasyarakat di suatu negara. Menurut para ahli hukum hak politik adalah hak yang dimiliki dan diperoleh
seseorang dalam kapasitasnya sebagai anggota organisasi politik negara, seperti hak memilih dan dipilih, mencalonkan diri dan memegang jabatan umum dalam
negara,
26
atau hak politik itu adalah hak-hak di mana individu memberi andil melalui hak tersebut dalam mengelola masalah-masalah negara atau
memerintahnya.
27
Hak politik merupakan hak asasi setiap warga negara untuk ikut serta dalam penyelenggaraan pemerintahan, misalnya hak untuk berkumpul dan
berserikat membentuk partai politik, dan hak untuk mengeluarkan pendapat termasuk mengawasi dan mengkritisi pemerintah apabila terjadi penyalahgunaan
kewenangan, kekuasaan atau membuat kebijakan yang bertentangan dengan aspirasi rakyat.
E. Sejarah Hak Politik dalam Islam