mengelurkan ijazah palsu, dapat dikenakan denda sebanyak RM 5.000 atau penjara selama tiga tahun pasal 24;
c. Status Universitas Malaya yang dibentuk sebelum adanya AUKU pembentukannya dianggap berdasarkan dengan AUKU pasal 25;
d. Wewenang Yang Di-pertuan Agong dalam merubah status Perguruan Tinggi pasal 26; dan
e. Tentang penghapusan Ordinan No. 74 kuasa-kuasa perlu Darurat oleh AUKU pasal 27.
F. Hak Politik Mahasiswa Dalam AUKU
Mahasiswa sebagai warganegara mempunyai hak-hak yang sama dengan warga masyarakat yang lainnya, baik itu hak sipil dan politik maupun hak dalam
bidang sosial ekonomi dan budaya. Hak-hak ini harus dijamin dan dilindungi oleh pemerintah melalui konstitusi atau undang-undang. Mahasiswa sebagai kaum
intelektual sudah selayaknya dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan negara terutama melalui pikiran atau ide dan gagasan. Bahkan -sebagai
intelektual- mahasiswa harus memiliki sikap kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, sehingga apabila ada kebijakan-kebijakan
pemerintah yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat maka mahasiswa bersama dengan rakyat dapat mengkritik bahkan menentang kebijakan tersebut. Inilah hak
politik mahasiswa yaitu peran serta mahasiswa dalam pemerintahan. Di Malaysia AUKU merupakan akta atau undang-undang yang
berkaitan langsung dengan mahasiswa, karena selain aturan dalam AUKU itu
berkaitan dengan pembentukan dan penyelenggaraan universitas juga berkaitan dengan pengaturan aktivitas mahasiswa. Pengaturan tentang hak-hak politik
mahasiswa dalam AUKU, misalnya dapat dilihat pada bagian dua pasal 15 tentang pengaturan organisasi-organisasi atau himpunan-himpunan mahasiswa
dan keterlibatan dengan partai politik dan pasal 16 tentang pembubaran organisasi-organisasi atau kumpulan mahasiswa oleh Rektorat.
69
Dalam pasal 151 disebutkan bahwa setiap pelajar mahasiswa dilarang bekerjasama dengan badan perkumpulan atau organisasi seperti partai politik,
pasal 152 menyatakan bahwa setiap organisasi mahasiswa yang telah disahkan atau diakui oleh pihak kampus dilarang bekerjasama dengan badan perkumpulan
atau organisasi seperti partai politik, pasal 153 setiap mahasiswa dilarang memberikan dukungan kepada badan perkumpulan atau organisasi seperti partai
politik, pasal 154 menyatakan bahwa setiap organisasi mahasiswa dilarang memberikan dukungan kepada badan perkumpulan atau organisasi seperti partai
politik sedangkan pasal 155 mengatur tentang hukuman pelanggaran terhadap pasal 151, 2, 3 atau 4 dikenakan denda tidak lebih dari RM 1.000 atau
pidana kurungan selama tidak lebih dari 6 bulan. Kemudian dalam pasal 15A1 dinyatakan bahwa setiap mahasiswa atau
organisasi mahasiswa baik di dalam maupun di luar kampus dilarang memungut atau mengumpulkan dana uang. Pasal 15A2 menjelaskan apabila ketentuan
69
Riduan Mohamad Nor, Potret Perjuangan Mahasiswa dalam Cerminan Dekat, Kuala Lumpur: Jundi Resourcer, 2007, Cet. I, h. 30
pasal 15A1 dilanggar maka dikenakan denda tidak lebih dari RM 1.000 atau pidana kurungan selama tidak lebih dari enam bulan. Dalam pasal 15A3
menyebutkan tentang campur tangan Menteri dalam satu kasus tertentu melanggar pasal 15A1.
Selanjutnya dalam pasal 15B1 dan 2 menjelaskan tentang pimpinan organisasi harus bertanggungjawab dan menanggung sanksi pidana jika anggota
organisasi melakukan pelanggaran pidana walaupun dia mungkin tidak terlibat dalam kasus tersebut. Pasal 15D1 menyebutkan bahwa mahasiswa yang dituduh
melakukan pelanggaran pidana dapat di berikan sangsi oleh pihak rektorat sebelum kasusnya itu diselesaikan oleh pengadilan.
Dalam pasal 16, disebutkan bahwa pihak rektorat bisa membubarkan organisasi mahasiswa jika mereka dianggap dapat merusak atau membahayakan
kepentingan rektorat. Sedangkan dalam pasal 16C bahwa AUKU memberi kuasa atau wewenang kepada pihak lembaga perguruan tinggi untuk membuat tatatertib
atau kode etik mahasiswa. Selanjutnya dalam jadual pertama bagian V pasal 48 mengatur tentang
struktur persatuan mahasiswa; bahwa mahasiswa hanya dibenarkan membentuk majlis perwakilan mahasiswa dengan empat struktur organisasi yaitu ketua, wakil
ketua, seketaris dan bendahara.
BAB IV ANALISIS HAK POLITIK MAHASISWA MALAYSIA