Macam-macam Hak Politik HAK-HAK POLITIK

merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidak logis ia dibelenggu bila sudah lahir. Selanjutnya pada tanggal 4 Agustus tahun 1789 lahir The French Declaration Deklarasi Perancis, yang memuat lima hak utama yang harus dihormati, yakni propiete hak pemilikan harta liberte hak kebebasan, egalite hak persamaan, securite hak keamanan, dan resistense a l’oppresion hak perlawanan terhadap penindasan. 39 Perkembangan aturan tentang perlindungan HAM mencapai puncaknya dengan dideklarasikannya The Universal Declaration of Human Right oleh Perserikatan Bangsa Bangsa PBB pada tanggal 10 Desember 1948. Sejak berdirinya padanya tanggal 24 Oktober 1945, PBB telah banyak menghasilkan deklarasi dan perjanjian internasional di bidang HAM. Di antara sekian banyak konvensi internasional yang bersifat penting dan universal yaitu Konvensi Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Konvensi Internasional Hak-hak Sosial dan Politik. 40

F. Macam-macam Hak Politik

Menurut Muhammad Anis Qasim Ja’far, hak-hak politik itu ada tiga macam, yaitu: 1. Hak untuk mengungkapkan pendapat dalam pemilihan dan referendum; 39 Ikhwan, Hak Asasi Manusia dalam Islam, h. 43 40 Ibid.., h. 53 2. Hak untuk mencalonkan diri menjadi anggota lembaga perwakilan dan lembaga setempat; dan 3. Hak untuk mencalonkan diri menjadi presiden dan hal-hal lain yang mengandung persekutuan dan penyampaian pendapat yang berkaitan dengan politik; 41 Ketiga hak politik ini, tegas Qasim, tidak berlaku kecuali bagi orang- orang yang memenuhi syarat-syarat tertentu di samping syarat kewarganegaraan. Seseorang boleh menggunakan atau tidak menggunakan hak-hak politik tersebut tanpa ikatan apa pun. 42 Menurut A. M. Saefuddin bahwa tiap individu memiliki hak-hak politik di antaranya hak memilih, hak musyawarah, hak pengawasan, hak pemecatan, hak pencalonan dalam pemilihan dan menduduki jabatan. 43 Secara umum hak-hak politik dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Hak Berkumpul dan Beserikat Hak berkumpul dan berserikat merupakan hak dasar bagi umat rakyat untuk bebas berserikat dan membentuk partai-partai atau organisasi-organisasi. Hak ini tunduk pada aturan-aturan hukum tertentu, dan harus dilaksanakan untuk menyebarkan kebaikan dan kebenaran, bukan untuk menyebarkan kejahatan dan kekacauan. Allah berfirman: 41 Mujar Ibnu Syarif, M. Ag, Hak-hak Politik Minoritas Nonmuslim Dalam Komunitas Islam: Tinjauan dari Persfektif Politik Islam, Bandung: Penerbit Agkasa, 2003, cet. I, h. 67 42 Ibid. 43 A. M. Saefuddin, Ijtihad Politik Cendekiawan Muslim, h. 17-19 ☺ ⌧ ☺ ناﺮ لا ةرﻮ 3 : 110 Artinya: “Kamu adalah umat pilihan yang telah dilahirkan untuk seluruh umat manusia. Kamu menyuruh berbuat kebajukan dan melarang kemungkaran serta kamu beriman kepada Allah”. Ini berarti bahwa merupakan kewajiban dan tugas seluruh umat muslim untuk melarang melakukan kejahatan. Apabila umat muslim seluruhnya tidak melaksanakan tugas ini maka sesuai dengan firman Allah: ☺ ☺ ةرﻮ ناﺮ لا 3 : 104 Artinya: “Hendaklah ada sekelompok orang dari kamu yang menyeru manusia kepada kebaikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran” . Ini jelas menunjukkan bahwa apabila masyarakat semuanya mulai melalaikan kewajiban-kewajibannya, maka mutlak penting di sana ada paling tidak sekelompok masyarakat yang bersedia melakukannya. Agama Islam telah menganugerahkan kepada rakyat hak untuk membentuk perkumpulan dan partai atau organisasi. 44 Sebagai mana telah dinyatakan dalam ayat di atas, hak ini bukan merupakan sebuah hak yang mutlak, namun harus dijalankan menurut pembatasan-pembatasan umum tertentu. Yakni hak ini harus dilaksanakan untuk tujuan propaganda dakwah amal-amal kebaikan dan 44 Abul A’la Maududi, Hak-hak Asasi Manusia dalam Islam terjemahan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, Cet. III, h. 32 kesolehan, serta harus dipergunakan untuk menumpas kejahatan dan kesesatan. Rakyat dapat bebas mengadakan dan mengorganisasikan pertemuan- pertemuan, serta sebuah negara Islam tidak boleh melarang hak ini kecuali kalau mengadakan pelanggaran yang nyata. 45 Oleh sebab itu setiap orang berhak untuk turut serta bersama-sama dalam kehidupan keagamaan, sosial budaya dan politik dari masyarakatnya dan mendirikan lembaga-lembaga di mana berdasarkan ini ia menikmati hak- haknya dan mengembangkan sepenuhnya diri kepribadiannya. Allah berfirman: ⌧ ⌧ ⌧ ةرﻮ ءاﺮ ا : 26 38 Artinya: “Dan bagi orang yang menerima mematuhi suruhan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedangkan urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka”. Ayat ini dapat menjadi pengangan untuk berkumpul atau berserikat serta berpendapat. Bahkan menjadi konsep dasar untuk bermasyarakat dan bernegara yang menghendaki pendapat. Jelasnya “syura atau bermusyawarah jadi pokok dalam pembangun masyarakat dan bernegara dalam Islam. Inilah 45 Syekh Syaukat Hussain, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, Cet.I , h. 84 dasar politik pemerintah dan pemimpin negara, masyarakat dalam perang dan damai, ketika aman dan ketika terancam bahaya”. 46 Pada dasarnya agama Islam adalah agama yang menghendaki pergaulan atau diistilahkan dengan jama’ah bahwa setiap muslim selalu menyediakan diri untuk menjunjung tinggi panggilan Tuhan dengan mengerjakan shalat berjema’ah. Akan mengerjakan shalat saja sudah ada jema’ah dan mulai bermusyawarah untuk memilih imam shalat yang akan memimpin jama’ah. Dari musyawarah itu sudah menghendaki pemikiran dan pendapat. Menurut ajaran Islam dengan melalui lembaga perserikatan dan perkumpulan dan mengadakan hubungan-hubungan musyawarah konslultasi dan sebagainya suatu kekuatan untuk memperjuangkan hak-hak manusia dalam suasana persaudaraan. Jelasnya bahwa Islam menjamin kebebasan berkumpul dan berserikat bagi setiap orang. Hal ini tidak hanya sekedar jaminan melainkan dituntut untuk mewujudnya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Hak Mengeluarkan Pendapat Hak mengeluarkan pendapat pada dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan hak berkumpul dan berserikat. Syariat memiliki pijakan yang kuat pada hak-hak ini, bukti dasarnya tercakup dalam prinsip- prinsip al-Quran dan al-Sunnah yang mengatur kebebasan berbicara dan berekspresi. Oleh karena itu prinsip-prinsip Islam tentang hisbah, yang 46 Dalizar Putra, Hak Asasi Manusia Menurut Al-Quran, Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995, Cet. II, h. 57 menyeru untuk berbuat baik dan melarang kejahatan amar ma’ruf nahi mungkar , saling menasihati nashîhah, dan musyawarah syura dapat sama- sama dikutip, kemudian doktrin ijtihad penalaran pribadi para ahli hukum yang memenuhi syarat, di samping hak-hak warga negara untuk melontarkan kritik membangun terhadap pemerintah hak al-mu’âradhah semuanya termaktub dalam pengakuan syariat atas kebebasan mendasar untuk berbicara, berekspresi dan berserikat. 47 Dalam Islam kebebasan berpendapat adalah hak individu yang mengantarkannya kepada kepentingan dan nuraninya yang tidak boleh dikurangi negara atau ditanggalkan oleh individu. Sungguh, hal ini penting bagi kondisi pemikiran dan kemanusiaan setiap individu dan diperlakukan agar seorang muslim melakukan kewajiban-kewajiban Islam. Amar ma’ruf nahi mungkar adalah kewajiban dalam Islam yang terpenting dan untuk merealisasikannya dituntut kecekatan mengutarakan pendapat dengan bebas. Umat dan individu memiliki hak mengawasi kepala negara dan seluruh pejabat dalam pekerjaan dan tingkah laku mereka yang menyangkut urusan negara. Hak pengawasan ini dimaksudkan untuk meluruskan Kepala Negara jika dia menyimpang dari jalan yang lurus jalan Islam dalam memerintah. Tahap pertama untuk meluruskannya ialah memberi nasihat dengan ikhlas. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab shahihnya: 47 M. Hashim Kamali, Freedom of Expression in Islam, diterjemahkan oleh Eva Y. Nukman dan Fatiah Basri, Kebebasan Berpendapat dalam Islam, Jakarta: Mizan, 1996, h. 104 يراﺪ ا نأ ا ﻰ ا و لﺎ : ا ﺪ ا ﺔ. ﺎ لﺎ : و ﻜ ﺎ و ﺮ ﻮ و ﻷ ﺋ ﺔ ا و ﺎ ﻬ اور 48 Artinya: Diriwayatkan dari Tamin al-Dari r.a., bahwa Nabi SAW pernah bersabda:“Agama itu nasihat, kami berkata untuk siapa? Nabi berkata, untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, bagi para pemimpin umat Islam dan orang awam”. HR. Muslim Jika nasihat sudah tidak berguna, maka hak umat menggunakan kekuatan yang diperlukan guna meluruskan dan menariknya dari kesesatan dan semua bentuk penyelewengan. Nabi SAW bersabda: ﺎ ﺪ ﺪ أ ﺎ ﺪ ﺪ ﺰ نورﺎه ﺎ ﺮ أ إ أ ﺪ ﺎ أ مزﺎ أ ﺮﻜ ﺪ ا لﻮ ر ا ﻰ ا و لﻮ : ا ن ا سﺎ اذ ر ا أو ﻈ ا ا ﺎ ﺄ ﺬ و ا ﻰ ﺪ أ و ﻚ أ ن ﻬ ﷲا بﺎ اور يﺬ ﺮ ا 49 Artinya: Diceritakan kepada kami Ahmad bin Mani’ diceritakan kepada kami Yazid bin Harun dikhabarkan kepada kami Ismail bin Abi Khalid daripada Koisi bin Abi Hazim daripada Abi BakarAs-Siddiq beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya jika manusia melihat seseorang zhalim dan mereka tidak menarik tangannya menarik dari perbuatan zalim, maka dikhwatirkan Allah akan meratakan siksaan kepada mereka” HR. At-Tarmizi ﺎ ﺮ أ ﺪ رﺎ ﺎ ﺪ ﺪ ﺮ ا ﺎ ﺪ نﺎ قرﺎ بﺎﻬ لﺎ ﻮ أ ﺪ لﻮ ر ا ﻰ ا و لﺎ : ر ا ى ﻜ ﻜ ﺮ ا ﻐ ﺮ ﺪ ﺎ ن ﺎ ﺎ ن و ذ ﻚ ا ﺿ ا نﺎ اور ﺋﺎ ا 50 48 Muslim bin al-Haj Abu al-Husin al-Qusairi al-Nisaburi, Sahîh Muslim, Juz 1, h. 181, hadits no. 82 49 Muhammad bin Isâ Abu Isâ al-Tirmizi al-Sâlimi al-Jâmi’, al-Sahîh Sunan al-Tirmidzi, Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Tharashi al-Arabi, t.th, Juz. VIII, h. 73, hadits no. 2094 50 Ahmad bin Syuib Abu Abd al-Rahmân al-Nasâ’i, Sunan al-Nasâ’i, Beirut: Dar al- Kutub al-Ilmiyyah, 2005, Cet. II, Juz XV, h. 204, hadits no. 4922 Artinya: Diceritakan kepada kami Muhammad bin Basyir diceritakan kepada kami Abdul Rahman diceritakan kepada kami Sufyan dari Qaisi bin Muslim dari Tharik bin Syihab telah berkata Abu Said beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran, hendaklah dia ubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, hendaklah di ubah dengan lidahnya. Jika tidak mampu, hendaklah di ubah dengan hatinya dan itu adalah iman yang paling rendah” HR. An-Nasâi. Hak individu untuk mengawasi para pejabat dan memberi nasihat kepada mereka serta menilai tingkah laku mereka, semuanya menuntut pentingnya setiap individu untuk menikmati kebebasan berpendapat. Diakuinya prinsip musywarah dan diskusi-diskusi yang menyertainya serta hak memilih, juga menuntut hak kebebasan berpendapat karena perlaksanaan musyawarah tidak mungkin tanpa kebebasan seperti itu. Adalah ketololan yang berlebihan manakala negara menetapkan untuk memegang prinsip musyawarah dan mendorong kebebasan berpendapat, kemudian negara mencabut kebebasan itu dari individu. 51 Islam memberikan hak kebebasan berfikir dan mengemukakan pendapat bagi seluruh warganegara Islam, sepanjang kebebasan tersebut digunakan untuk menyebarluaskan kebenaran dan kebajikan , bukannya untuk menyebarkan kejahatan dan kekejian. 52 Islam juga telah memberi hak kepada umat untuk memecat atau memberhentikan seseorang Khalifah Kepala Negara, jika dia keluar dari pensyaratan seorang Khalifah atau tidak 51 Abdul Karim Zaidan, Masalah Kenegaraan Dalam Pandangan Islam, h. 71 52 Abu Al-A’la Maududi, HAM dalam Islam, h. 31 melaksanakan tugas dengan baik, atau karena ketidak mampuan. Hal ini ditegaskan para ahli fiqih, di antaranya Imam Ibnu Hazm al-Dzahiri dan Ibnu Rajjab al-Hambali. 53 Orang yang memiliki hak menetapkan, memiliki juga hak memecat. Umatlah yang memilih Kepala Negara, maka Umat pun memiliki hak menggesernya. Pelaksanaan langsung hak ini memerlukan pengesahan dari syara’, yaitu melanggar peraturan tentang perwakilan atau tidak mampu melakukan kewajibannya. 54 3. Hak Memilih dan Dipilih Semua individu memiliki hak memilih Kepada Negara dan anggota- anggota majelis syuro’ wakil-wakil rakyat. Siapa yang terpilih untuk jabatan ini, maka ia adalah Kepala Negara, dalam syara’ disebut bai’ah, dan hak bai’ah ini adalah hak tiap Muslim baik laki-laki atau perempuan. Sabda Rasulullah SAW: ﺎ ﺪ دﻮ أ ﺮ ﺎ ﺎ ﺮ أ ﻮ أ ﺮﻜ ﺎ أ ﺎ ﺔ وﺎ لﺎ لﻮ ر ا ﻰ ا و لﺎ : ﺔ هﺎ ﺔ تﺎ مﺎ إ ﺮ ﻐ تﺎ ﻰ اﺮ او ﺪ ا اور ﺔ وﺎ 55 Artinya: Diceritakan kepada kami Aswad bin Amir dikhabarkan kepada kami Abu Bakar daripada ‘Asim daripada Abi Salleh daripada Muawiyyah berkata Rasulullah SAW telah bersabda: “Barang siapa yang mati 53 A. M. Saefuddin, Ijtihad Politik Cendekiawan Muslim, h. 19 54 Abdul Karim Zaidan, Masalah Kenegaraan dalam Pandangan Islam, h.43 55 Abu Abdillah Ahmad bin Hanbâl, Musnad Ahmad bin Hanbâl, Beirut: Maktab al- Islâmi 1398 H 1978 M, Juz XXXIV, h. 234, hadits no. 16271 tanpa adanya imam, maka matinya seperti mati jahiliyyah” HR. Imam Ahmad dan Tabrani dari Muawiyah. Para ahli fiqh berpendapat bahwa “siapa saja yang kepimpinan dan prasetianya disepakati kaum Muslimin, maka kepimpinan itu sah dan wajib membelanya”. Juga pendapat mereka: “Imamah -yaitu kepemimpinan negara- dikukuhkan melalui bai’at prasetia semua orang baginya, bukan dengan penunjukan pendahulunya”. Jadi Kepala Negara adalah seorang yang dipilih dan disetujui oleh masyarakat dan kekuasaannya berasal dari kerelaan dan pemilihan ini. 56 Di negara-negara moderen sekarang, hak memilih biasanya diwujudkan dalam pemilihan umum pemilu, yaitu bahwa setiap warga negara yang telah memiliki syarat-syarat tertentu mempunyai hak untuk memilih Kepala Negara atau kepala pemerintahan dan wakil-wakilnya yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat. Sedangkan hak untuk dipilih adalah hak seseorang untuk mencalonkan dirinya menduduki salah satu jabatan pemerintahan atau fungsi umum. Akan tetapi tidak semua individu memiliki hak untuk dipilih, karena hak ini dibatasi oleh suatu aturan. Misalnya hak untuk dipilih menjadi pemimpin rakyat Kepala Negara demikian juga hak untuk dipilih menjadi wakil rakyat, harus memiliki syarat-syarat tertentu yang telah ditetapkan baik oleh syara’ maupun undang- undang. Selain hak memilih dan dipilih, terdapat juga hak untuk memegang suatu jabatan. Menurut syariat Islam hak untuk memegang suatu jabatan bukan hanya hak individu, melainkan kewajiban atasnya dari negara. Dalam hal ini, 56 Abdul Karim Zaidan, Masalah Kenegaraan dalam Pandangan Islam, h.17-18 kewajiban Kepala Negara khalifah dan seluruh perangkatnya memilih orang yang paling cocok bagi tiap pekerjaan dalam pemerintahan.

BAB III GAMBARAN UMUM AKTA UNIVERSITI KOLEJ UNIVERSITI AUKU