Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara maju adalah negara yang mampu menjalankan tugasnya, bukan hanya untuk menjaga dan memelihara keamanan, tetapi juga mampu memberikan kesejahteraan dan kemakmuran kepada rakyatnya. Dan kemajuan suatu negara tidak hanya dapat dilihat dari segi kemajuan ekonominya saja, akan tetapi harus dilihat dari segi yang lain seperti politik dan sosial budaya. Artinya bahwa kemakmuran dan kesejahteraan rakyat itu tidak hanya diukur dengan kemajuan ekonomi saja, akan tetapi dilihat dari terpenuhinya semua hak-hak rakyat seperti hak hidup, hak milik, hak perlindungan keamanan dan kehormatan, hak politik dan lain-lain. Jaminan hak-hak rakyat biasanya di negara-negara moderan dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Hak-hak rakyat yang harus diberikan dan dijamin oleh negara itu pada hakikatnya adalah hak asasi manusia yang bersifat kodrati berasal dari Tuhan. Oleh karena itu sebenarnya hak-hak dasar manusia rakyat tidak memerlukan legatimasi yuridis untuk memberlakukannya dalam sistem hukum nasional maupun internasional. 1 Sekalipun tidak ada perlindungan dan jaminan konstitusional terhadap HAM, hak 1 Bambang Sutiyoso, Aktuarita Hukum dalam Era Reformasi, Jakarta: Rajawali Press, 2004, Cet. 1, h. 100 itu tetap eksis dalam setiap diri manusia. Namun terkadang adanya penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi terhadap perampasan, perkosaan, dan pemanipulasian HAM oleh manusia satu kepada manusia yang lain atau oleh manusia kepada rakyatnya, sehingga HAM memerlukan yuridis untuk diberlakukan dalam mengatur kehidupan manusia. Hak politik merupakan salah satu hak rakyat yang harus diberikan dan dijamin oleh negara. Misalnya hak rakyat untuk berkumpul atau berserikat, berpendapat di muka umum dan turut serta dalam pemerintahan. Adanya pemenuhan dan jaminan hak-hak dasar rakyat -termasuk hak politik- merupakan suatu ciri sebuah negara yang menganut sistem demokrasi, yaitu suatu pemerintahan yang melibatkan peran rakyat dan tidak memasung kehendak rakyat karena pada hakikatnya demokrasi itu adalah suatu pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Malaysia merupakan negara yang menganut sistem Raja Beparlemen monarki konstitusional, semua undang-undang yang dilaksanakan dibuat oleh parlemen dan disetujui oleh Yang Di-Pertuan Agong. 2 Undang-undang yang telah ditetapkan ini harus di jalankan untuk menjamin keamanan dan keselamatan masyarakat, memenuhi dan menjamin hak-hak rakyat demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran. 2 Tun Mohd Salleh Abas, Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia, AmpangHulu Kelang Selangor Darul Ehsan: Dawama Sdn. Bhd, 2006, Cet. III, h. 293 Pada tahun 1971 satu akta atau undang-undang telah dikeluarkan oleh parlemen Malaysia yaitu Akta Universiti kolej Universiti AUKU yang merupakan akta ke 30 dari 655 semua akta yang telah disahkan oleh parlemen hingga 5 April 2008. 3 AUKU ini mengatur berbagai hal yang berhubungan dengan universitas dan kolej Universitas, seperti untuk mengatur pembentukan, struktur organisasi Universitas dan Kolej universitas, etika dan disiplin pelajar mahasiswa. Akan tetapi ada beberapa pasal dalam AUKU yang mengatur larangan bagi mahasiswa untuk ikut berpolitik, yaitu misalnya dalam pasal 15 dan 16. Kedua pasal ini menyebutkan antara lain bahwa mahasiswa atau suatu organisasi perkumpulan mahasiswa tidak boleh mengadakan hubungan dan dukungan terhadap partai politik. Seharusnya dalam AUKU itu menjamin hak- hak mahasiswa. Dengan adanya AUKU ini telah timbul berbagai masalah yang melibatkan hak mahasiswa terutamanya dalam hak kebebasan berpolitik. AUKU ini bertujuan untuk mengontrol pergerakan mahasiswa terutama dalam politik, membendung faham kesukuan serta melumpuhkan potensi pelajar sebagai pengkritik pemerintah. Akta ini mendapat tentangan dari dosen-dosen dan mahasiswa yang merasakan hal itu, karena merupakan satu upaya pemerintah untuk menyekat aktivitas mahasiswa dalam politik luar kampus. 4 3 http:www.agc.gov.myagcothlistTLawbm_1.htm. diakses pada tanggal 26 Juni pukul 15.30 WIB. Ini menunjukkan adanya pengekangan dan diskriminasi terhadap hak politik rakyat dalam hal ini mahasiswa, sehingga gerak-gerik mahasiswa dibatasi. Padahal mahasiswa adalah generasi muda yang dianggap memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, kekuatan semangat, cita-cita, dan idealisme serta mempu- nyai sikap kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah, sehingga mahasiswa diharapkan akan mampu memberikan perubahan untuk kemajuan bangsa. Kita dapat melihat di berbagai negara bahwa adanya gerakan-gerakan yang bersifat radikal dan reformis kebanyakan dilakukan oleh para mahasiswa atau generasi muda. Misalnya reformasi yang terjadi di Indonesia tahun 1998 tidak lepas dari gerakan mahasiswa. Oleh karenanya ada suatu istilah yang sering digunakan dan ditujukan kepada mahasiswa bahwa mereka adalah sebagai agen of change . Ini terbukti dari sejarah perkembangan pergerakan mahasiswa di Malaysia, bahwa dalam dekade tahun 60-an gerakan mahasiswa di Malaysia telah mengalami zaman keemasannya, karena mereka dipuji dan dihormati bahkan suara mereka didengar oleh semua pihak. Akan tetapi setelah adanya AUKU, pada tahun 70-an gerakan mahasiswa tidak lagi bebas sehingga pada tahun 1974 terjadi peristiwa Baling yang mengakibatkan adanya penangkapan terhadap para aktivis mahasiswa. 5 Mula dari sinilah hingga sekarang mahasiswa di Malaysia 4 Riduan Mohamad Nor, Potret Perjuangan Mahasiswa dalam Cerminan Dekat, Kuala Lumpur: Jundi Resourcer, 2007, Cet.I, h. 29 5 Ibid., h. vi tidak lagi kelihatan ‘taringnya’, karena mereka tidak memiliki kebebasan untuk bersuara terutama untuk mengkritik kebijakan pemerintah. Hal ini sebenarnya bukan berarti mahasiswa tidak mempunyai keberanian dan kemampuan untuk melakukan hal itu melainkan ini disebabkan karena adanya peraturan yang mengekang mahasiswa. AUKU ini jelas-jelas mengekang gerakan mahasiswa dari bersikap proaktif dalam politik dan membatasi hubungan politik dengan partai politik diluar kampus. Memang mahasiswa di Malaysia dibolehkan untuk aktif dalam berbagai organisasi tetapi hanya dalam kampus yang tidak berkaitan dengan politik praktis dan organisasi mereka tidak diperbolehkan mengkritik pemerintah karena apabila ini terjadi akan ada penangkapan terhadap mereka.Berdasarkan uraian di atas, maka penulis terdorong untuk mengkaji hak-hak politik mahasiswa di Malaysia dan menjadikan sebagai tema skripsi dengan judul “Hak-hak Politik Mahasiswa dalam Akta Universiti Kolej Universiti Perspektif Hukum Islam ”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah