UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
d. Sistiserkosis Gejala-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan.
4. Ensefalitis Karena Fungus Jamur Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : Candida albicans,
Cryptococcus neoformans, Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada sistim
saraf pusat ialah Meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang memudahkan timbulnya infeksi adalah daya imunitas yang menurun.
5. Riketsiosis Serebri Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat
menyebabkan Ensefalitis. Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, mula-mula sukar tidur, kemudian kesadaran menurun. Gejala-gejala
neurologik menunjukan lesi yang tersebar.
2.4 Patofisiologi
Setelah mikroorganisme masuk ke tubuh manusia yang rentan, melalui kulit, saluran pernapasan dan saluluran cerna. Virus menuju sistem getah
bening dan berkembangbiak. Virus akan menyebar melalui aliran darah dan menimbulkan viremia pertama. Melalui aliran darah virus akan menyebar ke
sistem saraf pusat dan organ eksterneural. Kemudian virus dilepaskan dan masuk ke dalam peredaran darah menyebabkan viremia ke dua yang bersamaan
dengan penyebaran infeksi penyakit sistemik. Setelah terjadinya viremia, vius menembus dan berkembangbiak pada
endotel vaskular dengan cara endositosis. Sehingga, dapat menembus sawan otak. Setelah mencapai susunan saraf pusat virus bekembangbiak dalam sel
dengan cepat pada retikulum endoplasma serta badan golgi yang menghancurkan mereka. Akibat infeksi virus tersebut maka permeabilitas sel
neuron, ganglia dan endotel meningkat. Sehingga cairan di luar sel masuk ke dalam dan timbullah edema sistoksik. Adanya edema dan kerusakan pada
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
susunan saraf pusat ini memberikan manifestasi berupa Ensefalitis. Dengan masa prodmoral berlangsung 1-4 hari. Area otak yang terkena dapat pada
thalamus, ganglia basal, batang otak, hipotalamus dan korteks serebra.
7
Virus-virus yang menyebabkan parotitis, morbili, varisela masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan. Virus polio dan enterovirus melalui
mulut, VHS melalui mulut atau mukosa kelamin, virus yang lain masuk ke tubuh melalui inokulasi seperti gigitan binatang rabies atau nyamuk. Bayi
dalam kandungan mendapat infeksi melalui plasenta oleh virus rubella atau CMV. Virus memperbanyak diri secara lokal, terjadi viremia yang menyerang
SSP melalui kapilaris di pleksus koroideus. Cara lain ialah melalui saraf perifer gerakan sentripetal misalnya VSH, rabies dan herpes zoster.
2.5 Manifestasi Klinis
Ensefalitis biasanya memperlihatkan gejala awal yang dramatis berupa delirium dan penurunan progresif kesadaran. Dapat timbul kejang dan gerakan-
gerakan abnormal. Setelah masa inkubasi kurang lebih 5-10 hari akan terjadi kenaikan suhu yang mendadak, seringkali terjadi hiperpireksia, nyeri kepala
pada orang dewasa dan menjerit pada anak kecil. Ditemukan tanda perangsangan SSP koma, stupor, letargi, kaku kuduk, peningkatan reflek
tendon, tremor, kelemahan otot dan kadang-kadang kelumpuhan. Meskipun penyebabnya berbeda, gejala klinis Ensefalitis lebih kurang
sama dan khas sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnostik. Secara umum gejala berupa trias Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan
penurunan kesadaran.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan cairan serobrospinal
- Pemeriksaan darah lengkap
- Pemeriksaan feses
- Pemeriksaan serologik darah VDRL, TPHA
- Pemeriksaan titer antibody