Faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

TERKENDALINYA KADAR GULA DARAH

PADA PASIEN DIABETES MELITUS

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT(RSUP) FATMAWATI

JAKARTA

TAHUN 2009

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

QURRATUAENI

105104003477

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

TERKENDALINYA KADAR GULA DARAH

PADA PASIEN DIABETES MELITUS

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT(RSUP) FATMAWATI

JAKARTA

TAHUN 2009

OLEH:

QURRATUAENI

105104003477

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERKENDALINYA

KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

(RSUP) FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2009

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 23 Desember 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Ernawati, S.Kp. Mkep Ns. Sri Mulyani, S.Kep. MKM

NIP: 150 68771 NIP: 19701102 199803 2 003


(4)

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 23 Desember 2009

Penguji I

TIEN GARTINAH, MN

Penguji II

ITA YUANITA, S.Kp, M.Kep NIP: 150408677

Penguji III

YULI AMRAN, SKM, MKM NIP:150408687


(5)

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 23 Desember 2009

Mengetahui;

Ketua program studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif hidayatullah Jakarta

Tien Gartinah, MN.

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif hidayatullah Jakarta


(6)

(7)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERKENDALINYA

KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

(RSUP) FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2009

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 23 Desember 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Ernawati, S.Kp. Mkep Ns. Sri Mulyani, S.Kep. MKM

NIP: 150 68771 NIP: 19701102 199803 2 003


(8)

BAB I PENDAHULUAN

LEMBAR PERSEMBAHAN

! "

# $ %# $

#

!

&

"

!

'

&

'

(

)

*

)

"

)

*

(

'

&

(((((((

+!*,


(9)

*-SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini, saya: Nama : Qurratuaeni NIM : 105104003477 Program studi : Ilmu Keperawatan Tahun akademik : 2005

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2009


(10)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Desember 2009

Qurratuaeni, NIM : 105104003477

Faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di ruang poliklinik penyakit dalam rumah sakit umum pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta tahun 2009

xxiv + 86 Halaman, 17 tabel, 2 Diagram, 2 Skema

Kata kunci : Terkendalinya kadar gula darah, Diabetes melitus

ABSTRAK

Penyakit kronis adalah kondisi penyakit atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis, sehingga memerlukan penatalaksanaan yang tepat agar dapat mengendalikan kadar gula darah dalam keadaan normal dan stabil serta mencegah terjadinya komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di ruang poliklinik penyakit dalam rumah sakit umum pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009. Di dalamnya akan di bahas mengenai pengetahuan pasien, pendidikan pasien, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi, asupan makan pasien, aktivitas fisik pasien, asupan obat pasien, serta komplikasi penyakit lain, yang di duga mempengaruhi pengendalian kadar gula darah.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini mengunakan desain cross sectional dengan teknik pengambilan data adalah consecutive sampling. Analisis data yang di gunakan adalah univariat dan bivariat. Tempat penelitian di poliklinik penyakit dalam rumah sakit umum pusat Fatmawati. Penelitian ini menggunakan instrument berupa kuesioner. Total populasi tidak diketahui. Adapun sampel pada penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang dilakukan pemeriksaan HbA1C (hemoglobin terglikasi) sebanyak 75 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 75 orang terdapat 54 (72,0%) pasien diabetes yang kadar gula darahnya terkontrol, sedangkan 21 (28,0%) pasien diabetes yang kadar gula darahnya tidak terkontrol. Dengan demikian, proporsi pasien yang kadar gula darahnya terkontrol lebih banyak dari pada pasien yang kadar gula daranya tidak terkontrol.

Selain itu, berdasarkan analisis data dengan menggunakan analisis chi square, correlation dan regresi logistic diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan, pendidikan, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi, asupan makan, aktivitas fisik pasien,, asupan obat pasien, serta komplikasi penyakit lain ( P value = 0,622; 0,612; 0,743; 0,903; 0,564; 0,503; 0,649 ) dengan pangendalian kadar gula darah.


(11)

Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis menyarankan keluarga untuk lebih memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang menderita diabetes untuk melakukan pengendalian terhadap kadar gula darahnya. Untuk petugas kesehatan agar lebih meningkatkan sosialisasi, penyuluhan serta pelayanan dalam penatalaksanaan diabetes melitus agar kadar gula darah pasien dapat terkendali, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.


(12)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE NURSING PROGRAM STUDY

ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduate thesis, December 2009

Qurratuaeni, NIM: 105104003477

Factors which correlate with rate of blood sugar controled to patient of Diabetes Mellitus in the internal disease polyclinic room Fatmawati Jakarta of general central hospital (RSUP) year 2009

xxiv + 86 Pages, 17 tables, 2 Diagrams, 2 Scheme

Keyword: rate of blood sugar controlled, diabetes mellitus

ABSTRACT

Chronic disease is a disease condition or health problem related to symptoms or disabilities who need long-term management. Diabetes mellitus is a chronic disease that requires proper management in order to control blood sugar levels in normal, stable and prevent complications. This study aims to identify the factors that affect blood sugar control in Diabetes Mellitus patients in the internal medicine clinic in the central general hospital (RSUP) Fatmawati in 2009. In it will be discussed regarding patient knowledge, patient education, the proximity and exposure to sources of information, the patient's intake of food, physical activity the patient, the patient's drug intake, as well as other disease complications, which affect the expected control blood sugar levels.

This research is quantitative research. This study using cross-sectional design with data retrieval techniques are consecutive sampling. Analysis of data in use are univariate and bivariate. Place of research on diseases clinic in a general hospital Fatmawati center. This study uses a questionnaire instrument. The total population is unknown. The sample in this study were patients with diabetes mellitus who had blood the examination HbA1C (hemoglobin terglikasi) as many as 75 people.

The results showed that there were 75 people from 54 (72.0%) patients with diabetes who control their blood sugar levels, while 21 (28.0%) patients with diabetes who are not their blood sugar levels under control. Thus, the proportion of patients with uncontrolled blood sugar levels more than in patients who do not blood sugar levels under control.

In addition, based on data analysis using chi square analysis, correlation and logistic regression obtained results indicate that there is no relationship between knowledge, education, proximity and exposure to sources of information, food intake, physical activity patient, the patient's drug intake, as well as other disease complications (P value = 0.622; 0.612; 0.743; 0.903; 0.564; 0.503; 0.649) with control of blood sugar levels.

Based on these research results suggest the author's family to better provide support to members who have diabetes family to perform controlling of blood sugar levels. For health workers in order to further enhance socialization,


(13)

counseling and services in the management of diabetes mellitus to patients' blood sugar levels can be controlled, so as to improve health status.


(14)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan beberapa rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal bagi semua manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas segala nikamat dan karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengendalian Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2009.

Dalam penelitian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti jumpai. Namun, syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, kesungguhan, kerja keras dan kerja cerdas disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya, sehinga pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.


(15)

Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tajudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Tien Gartinah, MN dan ibu Irma Nurbaeti, S.Kep, M.Kep Sp.Mat , selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Ernawati. Skep. Mkep.Sp.Mb dan Ibu Ns. Sri Mulyani S.Kep.MKM, selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan ikhlas hati meluangkan waktu, tenaga, serta fikiran selama membimbing peneliti.

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan tulus dan ikhlas memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama duduk di bangku perkuliahan.

5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

6. Ibu Emi S.Kp dan segenap perawat serta staf yang bertugas di ruang poliklinik penyakit dalam yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dan


(16)

mengarahkan peneliti dalam proses pengambilan data sebagai bahan rujukan skripsi.

7. Kedua orang tua peneliti, Sujud hormat ananda atas semua pengorbanan ayahanda Drs. H. Nurdin M. Ali dan Ibunda Hj. Hanah Hasan yang senantiasa memberikan dukungan penuh baik berupa material maupun spiritual dan selalu mengiringi setiap langkahku dengan do’a yang tulus dan ikhlas sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi.

8. Kakak-kakakku tersayang Nurrahmawati, Maskurrizal, Dwi Nursyamsi; abang iparku Akhmad Fakhri; bibi Siti Rukaya; serta nenek-nenekku Hj. Zaenab dan Hj. Aminah yang selalu memberikan do’a dan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

9. K’qu Asyari yang selalu memberikan perhatian, dukungan, motivasi, serta semangat untuk terus berjuang, sekaligus tempat berkeluh kesal dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

10.Kakak-kakakku di HMI Cab.Ciputat yang selalu memberikan pelajaran dan pengalaman yang berharga bagi peneliti, teman-teman seperjuanganku di KOMFAKDIK dan LKMI (k’sari, k’mala, nunung, erma, kiki, udoh, dan teman-teman semuanya yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu) yang selalu memberi dukungan, semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Sahabat terbaikku Wina Karlina yang setia mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini


(17)

12.Teman-teman baikku di Back Community (dewi, zahro, nandang, husni, balqis, risma, dita, leli, itoh, otul, ayu, aish, cut) yang selalu mendukung dan memberikan semangat peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Kawan-kawanku di kostan RedLine (Neneng, Lita, Tika, Intan, Herna, Fauziah) yang selalu memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 14.Teman-temanku di kostan Wida salon ( Iis, Ela, Neng, Omi, Yunda, dan

semuanya yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu) yang selalu memberi dukungan, semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

15.Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan ’05 yang tidak dapat peniliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan, semangat, kenangan, inspirasi-inspirasi yang telah diberikan dan kebersamaan yang indah selama ini yang engga akan terlupakan. Semangat semua..!

Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat menyempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya, terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya.

Jakarta, Desember 2009


(18)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Surat Pernyataan ……….. i

Abstrak ...……….. ii

Abstract ……… iv

Pernyataan Persetujuan Pembimbing ……….. vi

Pengesahan Penguji …...……….... vii

Daftar Riwayat Hidup ………... ix

Lembar Persembahan ………. x

Kata Pengantar ………... xi

Daftar Isi ……….… xv

Daftar Tabel ………..…... xix

Daftar Diagram ……….... xxii

Daftar Skema ………... xxiii

Daftar Singkatan ………... xiv

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang ……….….… 1

B. Rumusan Masalah ……….….... 7

C. Tujuan Penelitian ………... 8

1. Tujuan Umum ………... 8

2. Tujuan Khusus ……….……. 8

D. Manfaat Penelitian ……… 9

1. Bagi Profesi Keperawatan ………. 9

2. Bagi Rumah Sakit ………..……. 10

3. Bagi Pasien dan Keluarga ……….…….. 10

4. Bagi Peneliti ……….... 10

E. Ruang Lingkup Penelitian ………... 11


(19)

A. Diabetes Melitus ... 12

1. Definisi ...12

2. Klasifikasi ... 13

3. Etiologi ... 14

4. Patofisiologi Diabetes Melitus ... 15

5. Manifestasi Klinis ... 18

6. Pemeriksaan Laboratorium ... 20

7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus ... 26

B. Pengendalian Kadar Gula Darah ... 29

1. Kadar Gula Darah ... 29

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah ... 31

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Kadar Gula Darah ... 34

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pasien Melakukan Pengendalian Kadar Gula Darah ... 35

C. Penelitian Terkait ………....… 37

D. Kerangka Teori ……….….. 39

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS ……… 40

A. Kerangka Konsep ………... 40

B. Definisi Operasional ………... 41

C. Hipotesis Penelitian ……… 43

BAB IV METODELOGI PENELITIAN ... 45

A. Desain Penelitian ………...…. 45

B. Variabel Penelitian ………...… 46

C. Tempat dan Waktu ………...… 46

D. Populasi Penelitian ………...… 46


(20)

1. Sampel ………...………..…… 47

2. Teknik Pengambilan Sampel ………..…. 49

F. Etika Penelitian ………...………..…… 50

G. Pengumpulan Data ………..….. 51

H. Pengolahan Data ………..……. 51

I. Analisa Data ………..…… 52

BAB V HASIL PENELITIAN……… 54

A. Gambaran Lokasi Penelitian dan Sampel………... 54

B. Analisa Univariat…… ………... 55

1. Pengendalia Kadar Gula Darah ……….………. 55

2. Pengetahuan ……….…...… 56

3. Pendidikan ………... 56

4. Kedekatan dan Keterpaparan terhadap Sumber Informasi... 57

5. Asupan Makan ………..……..… 58

6. Aktivitas Fisik ………. 59

7. Asupan Obat ……… 60

8. Komplikasi Penyakit lain ………..….….… 60

C. Analisa Bivariat …….……… 61

1. Hubungan antara pengetahuan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 61

2. Hubungan antara Pendidikan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 62

3. Hubungan antara Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 63

4. Hubungan antara Asupan Makan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 65

5. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 66


(21)

6. Hubungan antara Asupan Obat dengan pengendalian kadar

gula darah pada pasien diabetes melitus ... 67

7. Hubungan antara Komplikasi penyakit lain dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 68

BAB VI PEMBAHASAN..……… 69

A. Keterbatasan Penelitian …..………... 69

B. Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Pasien DM ...………. 70

C. Hubungan antara pengetahuan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 71

D. Hubungan antara Pendidikan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 74

E. Hubungan antara Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 76

F. Hubungan antara Asupan Makan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 77

G. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 79

H. Hubungan antara Asupan Obat dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 80

I. Hubungan antara Komplikasi penyakit lain dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ... 82

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN …..……… 84

A. Kesimpulan ……….………... 84

Berdasarkan hasil analisa Univariat ………...…… 84

Berdasarkan hasil analisa Bivariat ………..…...… 84


(22)

DAFTAR PUSTAKA ………...………..… LAMPIRAN ……… DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Korelasi Antara Kadar HbA1C dan Rata-Rata Kadar Gula Darah.. 26 Tabel 2.1. Kriteria Pemantauan Pengendalian Diabetes Malitus …...……..… 30 Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ... 55 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan pasien

diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati tahun 2009 ... 56 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan pasien diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .. 57 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kedekatan dan

keterpaparan terhadap sumber informasi pada pasien diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ... 58 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan/asupan makan pasien diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ... 59


(23)

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan aktivitas fisik pasien diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .. 59 Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan asupan obat pasien

diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .. 60 Tabel 5.8 Distribusi frekuensi responden dengan komplikasi penyakit lain pada

pasien diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ... 61 Tabel 5.8 Hubungan antara pengetahuan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ... 62 Tabel 5.9 Hubungan antara pendidikan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ... 63 Tabel 5.10 Hubungan antara kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ... 64 Tabel 5.11 Hubungan antara asupan/kebiasaan makan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ... 65


(24)

Tabel 5.12 Hubungan antara aktivitas fisik/olahraga dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ... 66 Tabel 5.13 Hubungan antara asupan obat dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ... 67 Tabel 5.14 Hubungan antara komplikasi penyakit lain dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ... 68


(25)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 Pathoflow Diabetes Melitus ……….… 17 Diagram 2.2 Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit DM …….. 22


(26)

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori ………. 39 Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ……… 40


(27)

DAFTAR SINGKATAN

ACTH = Adreno Corticotropin Hormone ADA = American Diabetes Association CRF = Corticotropin Releasing Factor

CRIPE = Continous, Rhytmical, Interval, Progresive DM = Diabetes Melitus

GD = Glukosa Darah GDP = Glukosa Darah Puasa

GDPT = Glukosa Darah Puasa Terganggu GDS = Glukosa Darah Sewaktu

HbA1C = Hemoglobin Glikat HDL = Hight Density Lipid HLA = Human Leococyte Antigen ICA = Islet Cel Antibody

IDDM = Insulin Dependent Diabetes Melitus IMT = Indeks Masa Tubuh

LDL = Low Density Lipid

NIDDM = Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus OHO = Obat Hipoglikemi Oral

RSUP = Rumah Sakit Umum Pusat TB = Tinggi Badan

TGT = Toleransi Glukosa Terganggu TTGO = Tes Toleransi Glukosa Oral


(28)

(29)

A. atar Belakang

Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang. Perubahan gaya hidup yang pasif, mengkonsumsi makanan tinggi lemak, kolesterol, merokok dan stres yang tinggi, dilaporkan meningkatkan insiden penyakit kronis (Smeltzer & Bare, 2002). Salah satu penyakit yang dikategorikan sebagai penyakit kronis adalah Diabetes Melitus (DM).

Diabetes Melitus dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (WHO, 2002 dalam penatalaksanaan diabetes terpadu), sedangkan menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau karena keduanya.

Diagnosis Diabetes Melitus umumnya akan ditetapkan apabila terdapat gejala khas diabetes melitus berupa poliuri, polidipsi, lemas dan berat badan menurun. Gejala lain yang sering dijumpai oleh pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensi pada pria serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika adanya keluhan dan gejala khas serta ditemukannnya


(30)

pemeriksaan gula darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus. Hasil pemeriksaan HbA1C 8 % juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis Diabetes Melitus (PERKENI, 2002).

Prevalensi Diabetes Melitus semakin meningkat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pada awal tahun 2006 sedikitnya 171 juta orang mengalami Diabetes Melitus dan akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Melitus sekitar 5,6 juta jiwa, dan pada tahun 2006 meningkat tajam menjadi 14 juta jiwa. Hal ini jika dirata-ratakan terdapat 1,4 juta jiwa peningkatan jumlah pasien Diabetes Melitus tiap tahunnya (WHO, 1999). Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2020, saat usia penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun mencapai jumlah 178 juta jiwa dan dengan asumsi jumlah penderita Diabetes Melitus 4 % , maka akan terdapat sekitar 7 juta jiwa pasien Diabetes Melitus (Erik Tapan, 2005). Sedangkan Survei Depkes (2001) terdapat 7,5 persen penduduk Jawa dan Bali menderita DM. Data Depkes tersebut menyebutkan jumlah pasien DM menjalani rawat inap dan jalan menduduki urutan ke-1 di rumah sakit dari keseluruhan pasien penyakit dalam (Mawalda Fitrisa, 2008). Pasien Diabetes Melitus di Indonesia didominasi oleh pasien Diabetes Melitus tipe 2 yakni kurang lebih 90% hingga 95% dari seluruh populasi pasien Diabetes Melitus (Smeltzer dan Bare, 2001).


(31)

Berdasarkan data dari salah satu rumah sakit umum pemerintah di Jakarta jumlah pasien Diabetes Melitus sejak tahun 2007 hingga Mei 2009 terdapat 1.504 kasus Diabetes Melitus dengan perincian sebagai berikut: pada tahun 2007 terdapat 631 orang pasien Diabetes Melitus yang terdiri dari 32 orang pasien Diabetes Melitus type-1 dan 599 orang pasien Diabetes Melitus type-2, sedangkan pada tahun 2008 meningkat, yakni terdapat 699 orang pasien Diabetes Melitus yang terdiri dari 17 orang pasien Diabetes Melitus type-1 dan 682 orang pasien Diabetes Melitus type-2, sedangkan pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei tahun 2009 tercatat 229 orang pasien Diabetes Melitus yang terdiri dari 6 orang pasien Diabetes Melitus type-1 dan 223 orang pasien Diabetes Melitus type-2. Dari data diatas dapatdisimpulkan bahwa keadaan karena kasus diabetes melitus mengalami peningkatan (Asdie, 2009).

Hasil analisa situasi yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati juga menunjukan adanya peningkatan pasien Diabetes Melitus yang melakukan pengobatan di rumah sakit umum pusat Fatmawati, baik pengobatan rawat jalan maupun rawat inap. Jumlah pasien Diabetes Melitus yang dirawat inap di RSUP Fatmawati dari bulan Januari s/d Desember tahun 2008 tardapat 421 orang, dengan pengelompokan Diabetes Melitus type-1 terdapat 77 orang dan Diabetes Melitus type-2 terdapaat 344 orang. Pada bulan Januari s/d September tahun 2009 jumlah pasien Diabetes Melitus tercatat 330 orang, dengan pengelompokan Diabetes Melitus type-1 terdapat 44 orang dan Diabetes Melitus type-2 terdapat 286 orang. Dari data tersebut,


(32)

jika dirata-ratakan jumlah pasien Diabetes Melitus yang dirawat pada tahun 2008 terdapat 35 orang/bln, dan meningkat menjadi 37 orang / bln sampai dengan september 2009.

Percepatan meningkatnya penderita Diabetes Melitus di Indonesia, terutama diakibatkan oleh perkembangan pola makan yang salah. Pada saat ini masih banyak penduduk yang kurang menyediakan makanan berserat. santapan menu makanan yang kaya kolestrol, lemak, natrium (dalam garam penyedap rasa) muncul sebagai kecenderungan menu sehari-hari yang juga diperparah dengan meningkatnya konsumsi makanan dan minuman yang kaya akan gula (Tara, 2002). Begitu pula menurut WHO,(1994) dari penelitian laboratorium dan epidemiologi pada berbagai masyarakat telah membuktikan bahwa peningkatan masukan makanan berlemak jenuh serta penurunan masukan makanan berserat dapat berakibat menurunnya kesensitifan insulin dan ketidaknormalan toleransi glukosa.

Apabila tidak dilakukan intervensi yang efektif, prevalensi Diabetes Melitus khususnya DM type-2 akan meningkat yang disebabkan oleh berbagai hal seperti bertambahnya umur, meningkatnya kematian akibat infeksi serta meningkatnya faktor resiko seperti kegemukan, kurang gerak/ kegiatan fisik dan pola makan yang tidak baik (Suyono,1993; Darmono, 2002).

Diantara beberapa penderita DM, banyak yang tidak menyadari dirinya mengidap penyakit yang lebih sering disebut peyakit gula atau kencing manis. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat


(33)

pengetahuan, tingkat pendidikan, perilaku, kebiasaan makan, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi. Salah satu hal yang terpenting bagi penderita Diabetes Melitus adalah pengendalian kadar gula darah, untuk itu pasien perlu memahami mengenai hal-hal yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 5 orang dengan Diabetes Melitus menunjukan bahwa: 3 orang awalnya tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit Diabetes Melitus, gula darahnya terkontrol karena dalam proses pengobatannya pasien melakukan anjuran pengobatan dengan baik seperti melakukan aktifitas fisik/olahraga teratur, minum obat teratur, namun tidak melakukan anjuran diet DM dengan baik. Sementara pada 2 orang pasien, kadar gula darahnya tidak terkontrol karena pasien tidak melakukan anjuran pengobatan dengan baik seperti tidak melakukan olahraga secara teratur, tidak minum obat sesuai jadwal atau instruksi dari dokter, serta tidak melakukan diet sesuai dengan anjuran diet untuk pasien DM

Pengendalian gula darah pada penderita Diabetes Melitus akan berhubungan dengan faktor diet atau perencanaan makan, karena gizi mempunyai kaitan dengan penyakit Diabetes Melitus. Hal ini disebabkan karena penyakit Diabetes Melitus merupakan gangguan kronis metabolisme zat-zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein dan lemak dengan ciri-ciri tingginya konsentrasi gula dalam darah walaupun perut dalam keadaan kosong, serta sangat tinggi resikonya terhadap arterio sklerosis atau penebalan


(34)

dinding pembuluh nadi dengan timbunan zat lemak, dan kemerosotan fungsi syaraf.

Selain itu, gaya hidup antara lain aktivitas fisik seperti latihan jasmani yang teratur, memegang peranan penting pada pengendalian gula darah atau pengelolaan pada Diabetes Melitus. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada pasien Diabetes Melitus antara lain menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah, meningkatkan kerja insulin, menurunkan berat badan, mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler (Syahbudin, 2001). Aktivitas fisik bukan hanya olahraga tetapi juga gaya hidup sehari-hari. Kadar glukosa darah maupun berat badan normal pasien Diabetes Melitus dapat dipertahankan dalam batas normal melalui perencanaan makan, tetapi lebih dari 50% tidak melaksanakannya (Sarwono, 2002).

Dalam upaya melakukan pengendalian kadar gula darah yang tepat, pasien Diabetes Melitus juga perlu memiliki pengetahuan mengenai penyakit Diabetes Melitus sehingga tahu cara yang tepat untuk mengatasi Diabetes Melitus (PERKENI,1998), pengetahuan pasien Diabetes Melitus adalah pengetahuan tentang diabetes, dapat terlihat dalam sikap dan keterampilannya seperti dalam upaya pengendalian atau pengontrolan kadar gula darah. Pengetahuan pada pasien Diabetes Melitus dipengaruhi pada latar belakang sosial, etnik, ekonomi, gaya hidup, pola makan, kepercayaan dan tingkat pendidikan (Noer,1998; Enri Ningsih, 2006).

Pengetahuan yang harus dimiliki pasien Diabetes Melitus adalah pasien memahami penyakit Diabetes Melitus, tanda dan gejala dari Diabetes


(35)

Melitus, tanda dan gejala hiperglikemia atau hipoglikemia, tahu komplikasi dari DM, tahu cara pengobatan Diabetes Melitus, pemakaian obat-obatan Diabetes Melitus, paham akan manfaat latihan fisik dan dapat melakukan latihan fisik dengan benar dalam upaya pengendalian kadar gula darah.

Perilaku pasien untuk taat dalam upaya pengendalian kadar gula darah salah satunya berhubungan dengan keterpaparannya terhadap sumber informasi yakni sejauh mana penyuluhan kesehatan yang di berikan oleh perawat atau tenaga medis mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi pasien Diabetes Melitus yang bertujuan untuk menunjang perilaku dalam peningkatan pemahaman tentang pengendalian kadar gula darah, salah satunya seperti pemahaman tentang pengaturan makan dan atau aktivitas fisik pada pasien Diabetes Melitus sehingga komplikasi atau penyulit-penyulit yang mungkin timbul akibat Diabetes dapat dicegah.

Pasien Diabetes Melitus perlu mendapatkan perhatian lebih baik dari penderita sendiri, keluarga, maupun tim medis terutama dalam penatalaksanaannya, sebab prevalensi dan komplikasi yang ada cukup banyak (Tjokroprawiro, 1993). Apabila kadar glukosa dibiarkan tidak terkendali, penyakit Diabetes Melitus ini akan menimbulkan penyulit-penyulit yang dapat berakibat fatal termasuk penyakit jantung, ginjal, kebutaan dan amputasi (Pranadji, 2002). Selain itu penyakit Diabetes Melitus juga dapat mengakibatkan stroke, karena penyakit ini sering disertai dengan peningkatan kolesterol dan trigliserida yang dapat mengakibatkan kematian (Wirakusuma, 2001).


(36)

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terkendalinya Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta Tahun 2009”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas peneliti menyimpulkan, bahwa angka kejadian Diabetes Melitus terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada pasien Diabetes Melitus perlu melakukan pengendalian terhadap kadar gula darahnya, sehingga komplikasi atau penyulit-penyulit yang mungkin timbul dapat dicegah. Maka pada penelitian ini peneliti ingin meneliti faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus di ruang Poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta tahun 2009.

C. Tujuan Penelitian 1.Tujuan Umum

Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.


(37)

2.Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden berupa usia, jenis kelamin, dan pekerjaan pada pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.

b. Mengidentifikasi distribusi frekuensi faktor pengetahuan, pendidikan, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi, aktifitas fisik, asupan obat, asupan makan, dan komplikasi penyakit lain terhadap terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.

c. Mengidentifikasi hubungan faktor pengetahuan dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.

d. Mengidentifikasi hubungan faktor pendidikan dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.

e. Mengidentifikasi hubungan faktor kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.

f. Mengidentifikasi hubungan aktivitas fisik/latihan jasmani dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.


(38)

g. Mengidentifikasi hubungan asupan obat dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.

h. Mengidentifikasi hubungan asupan makan dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.

i. Mengidentifikasi hubungan komplikasi penyakit lain dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi profesi keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi profesi keperawatan dalam hal mengkaji dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus sehingga dapat menentukan dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien Diabetes Melitus serta dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat untuk memahami pentingnya pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus dan memberikan pendidikan kesehataan pada pasien Diabetes Melitus sehingga dapat mencegah


(39)

dan meminimalkan komplikasi atau penyulit-penyulit yang mungkin timbul.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati khususnya mengenai penanganan pasien Diabetes Melitus, dalam hal memberikan asuhan keperawatan serta penyuluhan kesehatan dalam upaya melakukan pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus.

3. Bagi Pasien dan Keluarga

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pasien dalam melakukan pengendalian kadar gula darah serta memberikan informasi kepada keluarga sehingga dapat memberikan motivasi kepada anggota keluarganya yang menderita Diabetes Melitus untuk melakukan pengendaian kadar gula darah secara optimal.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti, sehingga peneliti dapat lebih mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terkendalinya kadar gula darah untuk dapat mengaplikasikannya terhadap pasien Diabetes Melitus baik di lingkungan kerja, lingkungan keluarga maupun masyarakat dan menambah pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian. Serta dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya.


(40)

E. Ruang Lingkup

Penelitian yang dilakukan ini adalah mengenai faktor-faktor yang mempegaruhi pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2009. penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian deskriptif cross sectional. Metode pengambilan data primer dan sekunder berupa kuesioner dan hasil rekam medis. Penelitian ini dilakukan karena masih ditemukannya pasien-pasien Diabetes Melitus yang belum melakukan pengendalian kadar gula darah secara optimal.


(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang memerlukan penatalaksanaan jangka panjang. Kondisi-kondisi pada penyakit kronis menuntut klien untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan tersebut agar tidak terjadi komplikasi.

1. Definisi

Berikut ini adalah berbagai definisi tentang Diabetes Melitus yang dikemukakan oleh para pakar, antara lain :

a. Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah secara terus menerus (kronis) akibat kekurangan insulin baik kuantitatif maupun kualitatif (Erik Topan, 2005).

b. Menurut Darwis Yullizar dalam buku Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit Diabetes Melitus (2005), dijelaskan bahwa Diabetes Melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronik yang terjadi karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa darah melebihi normal disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin atau keduanya.


(42)

c. Diabetes Melitus merupakan kelompok kelainan metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemik kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun absolut. Keberadaan diabetes dalam klinik dapat berupa komponen metabolik dan komponen vaskuler atau angiopati. Kedua komponen ini dapat tampak bersama, atau yang satu mendahului yang lain, yang satu memperberat yang lain (Asdie, 2000).

2. Klasifikasi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui dua bentuk Diabetes Melitus, yaitu Diabetes Melitus tipe-1, dan diabetes melitus tipe-2.

a. Diabetes Melitus tipe-1

Diabetes Melitus tipe 1 atau yang disebut insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM, diabetes yang bergantung pada insulin), dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

b. Diabetes Melitus tipe-2

Diabetes Melitus tipe 2, atau yang disebut non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM, diabetes yang tidak bergantung pada insulin). Terjadi karena kombinasi dari kecacatan


(43)

dalam produksi insulin dan resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas terhadap insulin (adanya defek respon jaringan terhadap insulin) yang melibatkan reseptor insulin di membran sel. Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.

3. Etiologi

a. Diabetes Melitus tipe-1

Diabetes Melitus tipe-1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan dapat pula lingkungan (misalnya infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta (Potter & Perry, 2006).

1) Faktor Genetik

Pasien diabetes tidak mewarisi Diabetes Melitus tipe-1 itu sendiri; tetapi, mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya Diabetes Melitus tipe-1. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leococyte antigen) tertentu.. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggungjawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.

2) Faktor Imunologi

Diabetes Melitus tipe-1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi


(44)

terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

3) Faktor Lingkungan

Faktor-faktor ekstetrnal juga dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.

b. Diabetes Melitus tipe-2

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada Diabetes Melitus tipe-2 masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Melitus tipe-2. Faktor-faktor ini adalah: Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun), Obesitas, Riwayat keluarga, Kelompok etnik (Potter & Perry, 2006).

4. Patofisiologi Diabetes Melitus

Hormon insulin dihasilkan sel beta di kelenjar pankreas. Dalam keadan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan disekresikan ke dalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan


(45)

regulasi glukosa darah. Salah satu komponen utama yang memberikan rangsangan pada sel beta untuk memproduksi insulin karena adanya peningkatan kadar glukosa darah (Manaf dalam Sudoyo, et al. 2006).

a. Diabetes Melitus tipe-1

Terjadi defisiensi insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas, karena adanya reaksi autoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta insulitis. Hal ini menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cel Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkan dapat menyebabakan hancurnya sel beta. Insulitis dapat disebabakan oleh beberapa hal, diantaranya: virus, seperti virus rubella, herpes dan lain-lain.

b. Diabetes Melitus tipe-2

Pada Diabetes Melitus tipe 2 sel beta pankreas tetap memproduksi insulin bahkan lebih dari kadar normal, tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang berkurang. Hal ini dapat menyebabkan glukosa yang masuk kedalam sel akan berkurang, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar/glukosa dan glukosa didalam pembuluh darah akan meningkat (Manaf dalam Sudoyo, et al. 2006).


(46)

Secara lengkap dapat digambarkan pada bagan di bawah ini : Defisiensi Insulin

glukagon penurunan pemakaian glukosa oleh sel glukoneogenesis hiperglikemia

lemak protein glycosuria ketogenesis BUN Osmotic Diuresis ketonemia Nitrogen urine Dehidrasi pH Hemokonsentrasi

Asidosis Trombosis

Aterosklerosis

Diagram 2.1 : Pathoflow Diabetes Melitus

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Mual muntah

Resti Ggn Nutrisi Kurang dari kebutuhan

Koma Kematian

Retina Ginjal

Jantung Serebral Ekstremitas

Miokard Infark Stroke Gangren

Retinopati diabetik

Ggn. Penglihatan Gagal Ginjal

Resiko Injury

Nefropati

Ggn Integritas Kulit

Kekurangan volume cairan


(47)

( Asdie, 2000 ) 5. Manifestasi klinis

Adanya penyakit Diabetes Melitus pada awalnya sering tidak dirasakan dan tidak disadari oleh pasien. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian bagi pasien Diabetes Melitus adalah (Slamet Suyono, 2002):

a. Keluhan klasik 1).Poliuri

Jika kadar gula darah meningkat, maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang, karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang belebih maka klien sering berkemih dalam jumlah yang banyak.

2). Polidipsi

Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui air kemih. Untuk menghilangkan rasa haus tersebut klien banyak minum.

3). Penurunan berat badan dan rasa lemah

Penurunan berat badan berlangsung dalam waktu yang relative singkat. Hal ini disebabkan karena sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih. Juga disebabkan karena glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup,


(48)

sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya, klien kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.

4). Polifagi

Pasien sering kali merasa lapar yang luar biasa karena kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, serta akibat dari sejumlah besar kalori telah hilang kedalam air kemih. Untuk mengkompensasikan hal ini, pasien banyak makan.

b. Gejala/keluhan lain

1).gangguan saraf tepi / kesemutan

Pasien mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur.

2).Ganguan penglihatan

Gangguan penglihatan pada pasien Diabetes Melitus sering dijumpai pada faseawal.

3).Gatal atau bisul

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi pada daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya.

4).Gangguan ereksi 5).Keputihan


(49)

6).Pusing

7).Mual dan berkurangnya ketahanan tubuh

6. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dalam perannya untuk mendukung pengelolaan Diabetes Melitus dapat berfungsi sebagai penyaring penyakit (screening), diagnostik dan pemantauan pengendalian.

a. Pemeriksaan Penyaring

Pemeriksaan penyaring untuk Diabetes Melitus dianjurkan dilakukan kepada klien bersamaan dengan pemeriksaan penyaring penyakit lain. Pemeriksaan penyaring ini berguna untuk menjaring pasien Diabetes Melitus, TGT (toleransi glukosa terganggu) dan GDPT (glukosa darah puasa terganggu).

Pemeriksaan penyaring dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah. Untuk kelompok dengan faktor risiko yang hasil pemeriksaan penyaring negatif, pemeriksaan penyaring ulangan dilakukan setiap tahun. Sedangkan bagi pasien yang berusia > 45 tahun tanpa faktor risiko lain, pemeriksaan penyaring dilakukan setiap tiga bulan (Yullizar Darwis, 2005).

b. Pemeriksaandiagnostik

Diagnosis Diabetes Melitus berdasarkan adanya keluhan/gejala klinis khas Diabetes Melitus berupa poliura, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang dikemukakan oleh pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan gangguan fungsi ereksi serta pruritus vulvae. Jika ditemukan keluhan/gejala klinis khas, maka diagnosis Diabetes


(50)

Melitus dapat ditegakkan pada pasien dengan hasil positif pemeriksaan glukosa darah puasa (konsentrasi glukosa darah 126 mg/ dL) atau glukosa darah sewaktu (konsentrasi glukosa darah 200 mg/ dL).

Pasien tanpa keluhan/gejala klinis Diabetes Melitus yang khas, maka diagnosis Diabetes Melitus hanya dapat ditegakkan bila hasil pemeriksaan glukosa darah puasa 126 mg/ dL atau glukosa darah sewaktu 200 mg/ dL, serta didapatkan hasil yang serupa pada pemeriksaan ulangan pada hari yang lain, yaitu dengan konsentrasi glukosa darah puasa 126 mg/ dL dan atau glukosa darah sewaktu 200 mg/ dL, atau hasil pemeriksaan HbA1C 8 % (Yullizar Darwis, 2005).


(51)

KELUHAN KLINIS DIABETES

Keluhan Klasik (+) Keluhan Klasik (-)

s

GDP = Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dL) GDS = Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dL) GDPT = Glukosa darah Puasa Terganggu

TGT = Toleransi Glukosa Terganggu

Diagram 2.2 :

TGT D I A B E T E S M E L I T U S

110-125

110-199

Ulang GDS atau GDP

T T G O GD jam ke-2 < 126 < 200 < 140 140-199 ≥ ≥ ≥ ≥ 200

GDPT Normal

≥ ≥ ≥ ≥ 126 ≥ ≥ ≥ ≥ 200 < 126 < 200 ≥ ≥ ≥ ≥ 126 ≥ ≥ ≥ ≥ 200 < 110 < 110 ≥ ≥≥ ≥ 126 ≥ ≥ ≥ ≥ 200


(52)

Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit DM; (Yullizar Darwis, 2005)

c. Pemeriksaan Pemantauan Pengendalian

Pemeriksaan ini ditujukan untuk memantau keberhasilan pengobatan dalam upaya mencegah terjadinya penyulit kronis. Penyebab terjadinya penyulit kronis bukan secara langsung oleh glukosa darah yang tinggi, melainkan karena zat-zat metabolit lain yang terbentuk akibat sel tidak dapat menggunakan glukosa. Dengan demikian Diabetes Melitus yang terkendali dengan baik tidak berarti hanya glukosa darahnya saja yang baik, tetapi harus secara menyeluruh menyangkut antara lain konsentrasi glukosa dalam darah, HbA1c (Hemoglobin Glikat), kolesterol, trigliserida, dtatus gizi, dan tekanan darah.

Sasaran pengobatan atau pengendalian untuk pasien Diabetes Melitus yang berumur > 60 tahun cukup sampai kriteria sedang, hal ini mengingat keterbatasan fisik pada pasien usia lanjut (Yulizar Darwis, 2005).

d. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

Dalam pemeriksaan kadar glukosa darah dikenal beberapa jenis pemeriksaan, antara lain pemeriksaan glukosa darah puasa , glukosa darah sewaktu, glukosa darah 2 jam sesudah makan, pameriksaan glukosa darah ke-2 pada tes toleransi glukosa oral (TTGO), pemeriksaan glukosa kurva harian, dan pemeriksaan HbA1C (Yulizar Darwis, 2005):


(53)

1) Pemeriksaan glukosa darah sewaktu

Dilakukan setiap waktu pada pasien dalam keadaan tanpa puasa. Spesimen dapat berupa serum, plasma, atau darah kapilar. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu plasma dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaring dan memastikan diagnosis DM, sedangkan periksaan gula darah yang berasal dari darah kapilar hanya untuk pemeriksaan penyaring. Tes ini mengukur glukosa darah yang diambil kapan saja tanpa memperhatikan waktu makan. Kriteria KGDS dari alat Accu-Chek Active dikategorikan baik bila berkisar 110 -< 145 mg/dL, sedang 145-179 mg/dL, dan buruk =180 mg/dL . 2) Pemeriksaan glukosa darah puasa

Pada pemeriksaan ini, pasien harus puasa 10-12 jam sebelum pemeriksaan. Spesimen dapat berupa serum, plasma, atau darah kapilar. Pemeriksaan glukosa darah puasa plasma dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaring, memastikan diagnosis, dan memantau pengendalian, sedangkan pemeriksaan yang berasal dari darah kapilar hanya untuk pemeriksaan penyaring dan memantau pengendalian. Glukosa darah puasa terganggu (GDPT) bila pada pemeriksaan didapat nilai sebesar 110-125 mg/dL.


(54)

Standarisasi pemeriksaan ini sulit dilakukan karena makanan yang di konsumsi baik jenis maupun jumlahnya tidak dapat dibakukan dan sulit mengawasi pasien dalam tenggang waktu 2 jam untuk tidak makan dan minum. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk memantau pengendalian Diabetes Melitus.

4) Pemeriksaan glukosa jam ke-2 pada tes toleransi glukosa oral (TTGO)

Tes toleransi glukosa oral merupakan pemeriksaan yang lebih sensitif dari pada tes toloransi glukosa intravena. Tes toleransi glukosa oral dilakukan dengan pemberian larutan karbohidrat sederhana.

5) Periksaan glukosa kurva harian

Pemeriksaan konsentrasi glukosa kurva harian dilakukan pada pemantauan pengendalian Diabetes Melitus yang berkaitan dengan obat-obat hipoglikemi yang diberikan. Biasanya pemeriksaan dilakukan 3-4 kali dalam sehari, sebelum makan sore dan sebelum makan malam. Kekerapan melakukan pemeriksaan ini tergantung berat dan sifat diabetes serta jenis obat (Yulizar Darwis, 2005). 6) Pemeriksaan HbA1C

Pemeriksaan hemoglobin terglikasi (HbA1C), atau disebut juga glycohemoglobin yang disingkat A1C merupakan salah satu pemeriksaan darah yang penting untuk mengevaluasi pengendalian gula darah. Hasil pemeriksaan A1C memberikan gambaran rata-rata


(55)

gula darah selama periode waktu 6-12 minggu, dan hasil ini dipergunakan bersama dengan hasil pemeriksaan gula darah mandiri sebagai dasar untuk melakukan penyesuian terhadap pengobatan Diabetes Melitus yang dijalani. Bila kadar gula darah tinggi dalam beberapa minggu, maka kadar HbA1C akan tinggi pula. Ikatan HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan. sebelum pemeriksaan (Indodiabetes, 2009).

Tabel 1.1:

Korelasi antara Kadar HbA1C dan Rata-rata Kadar Gula Darah

HbA1C (%) Rata-rata Gula Darah (mg/dL)

6 135

7 170

8 205

9 240

10 275

11 310

12 345

(pemeriksaan gula darah,www.indodiabetes.com)

Pemeriksaan glukosa darah lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan glukosa urin karena pemeriksaannya bersifat langsung (Soewondo dalam Soegono, 2007). Tujuan pemeriksaan glukosa darah untuk mendeteksi keadaan hipoglikemik atau hiperglikemik.

7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Tujuan utama pengelolaan atau penatalaksanaan Diabetes Melitus adalah pengendalian kadar glukosa darah dengan harapan timbulnya komplikasi dapat dicegah atau diperlambat (Waspadji, 2003). Empat pilar


(56)

utama dalam pengelolaan diabetes mellitus menurut Konsensus Nasional 1998 (PERKENI, 1998) adalah: perencanaan makan, latihan jasmani, penyuluhan, dan obat berkhasiat hipoglikemik.

a. Perencanaan makan

Prinsip perencanan makan adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi Diabetes Melitus dan melakukan modifikasi diet dengan memperhatikan gaya hidup, pola kebiasaan makan, status ekonomi dan lingkungan. Diabetesi harus dapat melakukan perubahan pola makan secara konsisten. Salah satu manfaat pengaturan makan adalah untuk meningkatkan sensitifitas reseptor insulin sehingga akhirnya dapat menurunkan kadar glukosa darah, (Soebardi & Yunir dalam Sudoyo, 2006).

b. Latihan jasmani

Latihan jasmani dianjurkan untuk dilakukan secara teratur (3-5 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE

(continous, rhythmical, interval, progressive, endurancetraining).

Latihan jasmani yang teratur menyebabkan kontraksi otot meningkat dan resistensi insulin berkurang (Ilyasa dalam Soegondo, 2007), Pasien dengan kadar glukosa darah >250 mg/dL, tidak dianjurkan untuk latihan jasmani karena akan meningkatkan kadar glukosa darah dan benda keton, (Soebardi & Yunir dalam Sudoyo,2006).


(57)

Tahap-tahap dalam melakukan latihan jasmani: 1). Peregangan (stretching)

Dilakukan peregangan pada semua otot tubuh selama lebih kurang 5 menit, untuk mencegah cedera otot.

2). Pemanasan (warming up)

Dilakukan dalam gerakan lambat selama 5-10 menit, sehingga kecepatan jantung meningkat secara bertahap.

3). Latihan inti dengan kecepatan penuh (full speed)

Dilakukan dengan irama lebih cepat selama 20-30 menit, bertujuan untuk meningkatkan kerja jantungdan paru-paru.

4). Pendinginan (cooling down)

Dilakukan dalam tempo lambat selama 5-10 menit, untuk mencegah nyeri atau cedera.

c. Penyuluhan (edukasi diabetes)

Bila dilihat dari empat pilar pengelolaan Diabetes Melitus, tingkat kepatuhan diabetesi dalam mengatur perencanaan makan, pengobatan dan latihan jasmani, intinya adalah bagaimana diabetesi memahami, menyadari, dan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebih berkualitas. Untuk mengatasi hal tersebut, sangatlah penting seorang edukator dalam pengelolaan Diabetes Melitus. Pada intinya seorang edukator memberikan


(58)

penyuluhan dengan tujuan dapat meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap, mengubah perilaku, meningkatkan kepatuhan dan meningkatkan kualitas hidup klien diabetes melitus (Soewondo P, 2002).

d. Obat berkhasiat hipoglikemik

Pada dasarnya pengelolaan Diabetes Melitus tanpa dekompensasi metabolik dimulai dengan pengaturan makan, disertai dengan kegiatan jasmani yang cukup selama beberapa waktu. Bila setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, pasien diberikan obat hipoglikemi oral (OHO) atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi (PERKENI, 1998). Obat anti hipoglikemi umumnya hanya digunakan untuk mengobati beberapa individu dengan Diabetes Melitus tipe-2. Obat-obatan ini menstimulasi pelepasan insulin dari sel beta pankreas atau pengambilan glukosa oleh jaringan perifer (Soewondo P, 2002).

B. Pengendalian Kadar Glukosa Darah

Pengendalian kadar gula darah yang baik dan optimal diperlukan untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik. Untuk menyatakan kadar glukosa darah yang terkontol, tidak hanya tergantung pada hilangnya gejala Diabetes Melitus saja, tetapi harus dengan pemeriksaan kadar glukosa darah. Diabetes melitus yang terkendali baik, tidak hanya kadar glukosa darahnya


(59)

saja yang baik, tetapi meliputi pula status gizi, tekanan darah, kadar lipid maupun HbA1C (Soewondo, 2002).

1. Kadar Glukosa Darah

Kadar glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah (Soeryodibroto, 1998). Kadar glukosa darah pada orang normal berlangsung konstan, karena pengaturan karbohidrat yang baik

Pengaturan kadar glukosa darah diatur oleh keseimbangan hormon yang menaikan glukosa darah oleh hormon glukagon, hormon epinefrin, hormon glukokortikoid, dan hormon pertumbuhan. Peningkatan konsentrasi kadar glukosa darah dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan glukagon. Sebaliknya penurunan glukosa darah mengakibatkan penurunan sekresi insulin dan peningkatan glukagon (Soeryodibroto, 1998).

Untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal dapat dilakukan oleh tubuh dengan mempertahankan homeostatis dalam tubuh melalui 2 cara yaitu, bila glukosa darah terlalu rendah, maka glukosa akan disuplai dari hati dengan jalan memecah glikogen hati, sebaliknya bila glukosa darah terlalu tinggi maka glukosa tersebut akan dibawa ke hati dan dirubah menjadi glikogen atau masuk ke otot dirubah menjadi glukogen otot (Suyono, 1995; dalam Mira Musaira, 2003).

Pasien Diabetes Melitus harus berusaha menjaga kadar glukosa darah dalam batas normal, dan untuk melakukan hal ini mereka perlu


(60)

menjaga keseimbangan diantara jumlah glukosa yang masuk dan glukosa yang hilang (Leslie, 1991).

Diabetes Melitus yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi kronik, maka untuk dapat mencegah komplikasi-komplikasi yang timbul tersebut diperlukan pengendalian kadar gula darah yang baik. Diabetes Melitus terkendali dapat dilihat dari glukosa darah, kadar lipid, tekanan darah dan HbA1C seperti tercantum:

Tabel 2.1:

Kriteria Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus Baik Sedang Buruk

Glukosa darah puasa *

(plasma vena , mg /dL) 80-109 110-125 126 Glukosa darah 2 jam pp *

(plasma vena , mg /dL) 80-144 145-179 180 HbA1c < 6,5 6,5 - 8 > 8 Kolesterol total (mg / dL ) < 200 200 - 239 240 Kolesterol LDL (mg / dL

)

< 100 100 - 129 130 Kolesterol HDL (mg/ dL ) > 45

Trigliserida (mg/ dL ) > 150 150 - 199 200 IMT (kg / m2 ) 18,5 – 22,9 23 - 25 > 25 Tekanan darah (mmHg) < 130/ 80 130/ 80 - 140/

90

> 140/ 90

( Yullizar Darwis, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit Diabetes Melitus ; 2005 )

2. Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Terkendalinya Kadar Glukosa Darah


(61)

a. Faktor Internal

1) Penyakit dan Stres

Seseorang yang sedang menderita sakit karena virus atau bakteri tertentu, merangsang produksi hormone tertentu yang secara tidak langsung berpengaruh pada kadar gula darah (Tandra, 2008). Adapun menurut Leslie (1999), kadar gula darah dipengaruhi oleh stress seseorang (Leslie, 1999 dalam Iswanto, 2004).

Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan individu untuk berespon atau melakukan tindakan. Stres muncul ketika ada ketidakcocokan antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuan yang dimiliki, (Selye, dalam Potter & Perry, 2005). Diabetesi yang mengalami stres dapat merubah pola makan, latihan, penggunaan obat yang biasanya dipatuhi diabetesi dan hal ini menyebabkan terjadinya hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2002). Hiperglikemia yang terjadi pada keadaan stress ditandai dengan peningkatan kadar gula darah, yang secara umum sebanding dengan beratnya stress (Souba dan Wilmore, 1996 dalam Hariani, 2002).

Selain itu, stres memicu terjadinya reaksi biokimia dalam tubuh melalui 2 jalur, yaitu neural dan neuroendokrin. Reaksi pertama dari respon stres adalah terjadinya sekresi sistem saraf


(62)

simpatis yang menyebabkan ujung saraf mengeluarkan norepinefrin untuk meningkatkan frekuensi jantung. Peningkatan frekuensi jantung bertujuan untuk memperoleh perfusi yang baik. Kondisi ini menyebabkan glukosa darah meningkat guna sumber energi untuk perfusi (Guyton, 1996; Smeltzer & Barwe, 2002).

Bila stres menetap, respon stres akan melibatkan hipotalamus pituitari. Hipotalamus mensekresi corticotropin-releasing factor, yang menstimulasi pituitari anterior untuk memproduksi adrenocorticotropic hormone (ACTH). Kemudian ACTH menstimulasi pituitari antrior untuk memproduksi glukokortikoid, terutama kortisol. Peningkatan kortisol akan mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah (Seltzer & Bare, 2002). Selain itu kortisol juga dapat menginhibisi ambilan glukosa oleh sel tubuh (Individual Wellbeing Diagnostic Laboratories, 2008).

2) Obesitas

Obesitas artinya berat badan yang berlebih minimal sebanyak 20% dari berat badan idaman. Rumus untuk menentukan berat badan idaman adalah sebagai berikut: (TB dalan cm - 100) – 10%. Hal ini berarti indeks masa tubuh lebih dari 25 kg/m2 (Sukarji dalam Soegondo, S., et al., 2007). Individu dengan Diabetes Melitus tipe-2 diketahui sebanyak


(63)

80% diantaranya adalah obesitas. Obesitas menyebabkan reseptor insulin pada target sel di seluruh tubuh kurang sensitif dan jumlahnya berkurang sehingga insulin dalam darah tidak dapat dimanfaatkan (Ilyas dalam Soegondo, 2007).

3) Makanan/Asupan makan

Makanan diperlukan sebagai bahan bakar dalam pembentukan ATP. Selama pencernaan, banyak zat gizi yang diabsorpsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh sampai makanan berikutnya. Di dalam makanan yang dikonsumsi, terkandung karbohidrat, lemak, dan protein (Tandra, 2008). Kadar gula darah sebagian tercantum pada apa yang dimakan dan oleh karenanya sewaktu makan diperlukan adanya keseimbangan diet. Mempertahankaan kadar gula darah agar mendekati nilai normal dapat dilakukan dengan asupan makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan (Sukardji, 2002).

Makanan yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap kadar gula darah. Faktor-faktor penting dalam diet karbohidrat terhadap kenaikan kadar gula darah (Rimbawan,2004) adalah sebagai berikut:

a) Kandungan serat dalam makanan b) Proses pencernaan


(64)

d) Ada atau tidaknya zat anti terhadap penyerapan makanan sebagai zat anti nutrient

e) Waktu makan dengan kecepatan lambat atau cepat f) Pengaruh intoleransi glukosa

g) Pekat atau tidaknya makanan

Pasein Diabetes Melitus memiliki kemampuan tubuh yang terbatas mengatur metabolisme hidrat arang dan jika toleransi hidrat arang dilampaui, pasien akan mengalami glikosuria dan ketonuria yang pada akhirnya dapat menjadi ketoasidosis, maka pembatasan kandungan hidrat arang dalam diet pasein Diabetes Melitus harus dilakukan (PERKENI, 1998).

4) Jumlah latihan fisik/ Olahraga yang dilakukan

Manfaat latihan fisik atau olahraga sebagai terapi Diabetes Melitus telah cukup lama dikenal sebagai salah satu upaya penanggulangan penyakit DM disamping obat dan diit (Darmono, 2002). Latihan fisik dapat meningkatkan sensitifitas jaringan terhadap insulin. Pada Diabetes Melitus tipe-1 peningkatan sensitifitas jaringan terhadap insulin tersebut dapat mengurangi kebutuhan insulin, sedangkan pada Diabetes Melitus tipe-2 peningkatan sensitifitas jaringan tersebut sangat penting dalam regulasi kadar glukosa darah (Ilyas, E.I., 2007). 5) Perawatan baik dengan Tablet maupun dengan Insulin


(65)

Cara kerja obat hipoglikemik oral pada umumnya merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan insulin atau mengurangi absorpsi glukosa dalam usus, sehingga dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah.

Perencanaan makan masih merupakan pengobatan utama, tetapi bila hal ini bersama latihan jasmani ternyata gagal, maka diperlukan penambahan obat oral. Obat hipoglikemik oral diberikan agar Diabetes Melitus dapat terkontrol dengan baik (Soegondo,1995).

a. Faktor Eksternal

1) Pendidikan

Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara atau mengatasi masalah-masalah, dan meningkatkan kesehatannya. Pendidikan mempunyai kaitan yang tinggi terhadap perilaku pasien untuk menjaga dan meningkatkan kesehatannya. Pendidikan bagi pasien Diabetes Melitus berhubungan dengan perilaku pasien dalam melakukan pengendalian terhadap kadar glukosa darah agar tetap stabil. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini membutuhkan waktu yang lama, namun hasil yang dicapai bersifat tahan lama karena didasari oleh kesadaran sendiri (Notoatmodjo, 2005).


(66)

2) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan penampakan dari hasil “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan adalah hasil tahu manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what” (Notoatmodjo, 2002: 121).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut sehingga terjadi suatu proses berurutan (Rogers 1994).

Jadi, pengetahuan merupakan tingkatan terendah dalam domain kognitif. Pengetahuan merupakan hasil dari tingkah laku, hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek tertentu (Noto Atmojo, 1993). Pasien Diabetes Melitus akan mampu melakukan pengendalian kadar glukosa darah dengan baik jika didasari dengan pengetahuan mengenai penyakit Diabetes Melitus, baik tanda dan gejala maupun penanganannya.

3) Kedekataan dan Keterpaparan terhadap Sumber Informasi Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi. Mempengaruhi kemampuan, semakin banyak sumber informasi yang diperoleh


(67)

maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki (Notoadmodjo, 2003).

Salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang dalam meningkatkan kwalitas kesehatannya adalah terjangkaunya informasi yaitu tersedianya informasi-informasi terkair dengan tindakan yangn akan diambil oleh seseorang. Pada pasien Diabetes Melitus, dengan adanya kemudahan untuk memperoleh informasi mengenai pengendalian kadar gula darah dapat memfasilitasi terjadinya tindakan untuk melakukaan pengendalian kadar gula darah mereka.

C. Penelitian Terkait

Penelitian yang terkait adalah penelitian yang dilakukan oleh Kurniatin Yuniatun (FKM UI, 2003) dalam Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengendalian kadar gula darah puasa pasien lama Diabetes Melitus lanjut usia di Poliklinik Diabetes Melitus RSCM. Penelitian ini dilakukan pada 100 orang responden, dan dari hasil penelitian ini didapat bahwa: berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa aktivitas fisik mempunyai peranan terhadap kadar glukosa darah dan pengendaliannya. Hal ini terlihat dalam uji bivariat dengan uji t – Independent bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai aktivitas fisik antara pasien dengan kadar glukosa darah yang terkontrol dan yang tidak terkontrol (P=0,000), sehingga Ho ditolak. Dimana nilai aktivitas


(68)

untuk pasien dengan kadar glukosa darah yang terkontrol mempunyai nilai lebih besar.

Penelitian lain yang berhubungan adalah penelitian yang dilakukan oleh Mira Musaira (FKM UI, 2003) dalam “Gambaran epidemiologi Diabetes Melitus dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus anggota klub persadia Rumah Sakit Islam Jakarta Timur”. Penelitian ini dilakukan pada 90 responden, dari hasil uji statistik diperoleh nilai P= 0,005 dan PR= 2,86 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara variabel pengetahuan dengan kadar gula darah pasien Diabetes Melitus. Pasien Diabetes Melitus yang pengetahuannya kurang mempunyai peluang 2,86 ditemukan dengan kadar gula darah tinggi dibanding dengan pasien Diabetes Melitus yang pengetahuan baik. Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan kadar gula darah diperoleh bahwa sebanyak 21 dari 40 (52,5%) pasien Diabetes Melitus yang pengetahuannya kurang dengan kadar gula darah tinggi, sedangkan 11 dari 50 pasien yang pengetahuannya baik dan kadar gula darah tinggi.


(69)

D. Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka teori

(Berdasarkan teori Notoatmodjo, 2003 dan PERKENI, 1998) Faktor-faktor yang berhubungan

dengan terkendalinya kadar glukosa darah:

• Pendidikan

• Pekerjaan

• Pengetahuan

• Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi

• Asupan makan

• Jumlah latihan/aktivitas fisik

• Asupan obat

• Penyakit atau Stress

Terkendalinya kadar gula darah


(70)

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka konsep Varibel Independen

Variabel Dependen

Skema 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan

terkendalinya kadar gula darah Pendidikan

Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber

informasi

Kebiasaan makan

Aktivitas fisik

Asupan obat

Komplikasi Penyakit lain


(71)

Kerangka konsep pada penelitian ini akan menghubungkan antara variabel dependen dan variabel independen yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus yang meliputi faktor pengetahuan, pendidikan, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi (misalnya memiliki keluarga dengan latar belakang medis atau memiliki tempat tinggal yang berdekatan dengan tempat pelayanan kesehatan seperti Puskesmas atau balai kesehatan), kebiasaan makan, aktivitas atau latihan fisik, asupan obat serta komplikasi dengan penyakit lain. Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus.

B. Definisi Operasional

Varibel Definisi

Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur

Skala ukur Independent

Pengetahuan Hal-hal yang diketahui atau dipahami responden dalam mengendalikan kadar gula darah. Menanyakan pd pasien Diabetes Melitus mengenai pengetahuannya dalam mengendalikan kadar gula darah

Kuesioner C 1-6

0 = kurang (bila nilai yang didapat 55%)

1 = cukup (bila nilai yang didapat 56-75%)

2 = baik (bila nilai yang didapat 76-100%) (Arikunto, 1998) Ordinal

Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti responden Menanyakan pada pasien Diabetes Melitus mengenai tingkat Kuesioner A3

0 = tidak sekolah 1 = SD 2 = SMP 3 = SMA 4 = Perguruan


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat Azis. A., Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Jakarta : Salemba Medika, 2007.

Anonim, Diabetes Melitus. www.google.com. 2009 diunduh 5 April 2009

Anonim, Penatalaksanaan Diabetes Melitus. www.geocities.com. 2009 diunduh tanggal 10 April 2009

Anonim, Profil Kesehatan 2007. Jakarta :Depkes RI

Anonim, Diet Diabetes Melitus. www.blogspot.com. 2009 diunduh tanggal 20 April 2009

Anonim, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gula Darah. Individual Wellbeing Diagnostic Laboratories. http;//www.iwdl.net. 2008 diunduh tanggal 27 Maret 2009.

Anonim, Pemeriksaan Gula Darah. http;//www.indodiabetes.com. 2009 diunduh pada tanggal 15 mei 2009

Asdie, Diabetes Melitus. www.diabetes.com. 2009 diunduh tanggal 20 April 2009

Brunner dan Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC, 2002.

Cameron, Catherine. Patient Compliance: Recognition of Factors Involved and Suggestions For Promoting compliance With Therapeutic Regimens.


(2)

Journal of Advanced nursing 24, 244-250. 1996. www.ebsco.com. Diunduh tanggal 25 Desember 2009.

Claydon & Efron. Non-complience in General Health Care. European Centre for Contact Lens Research, Department of Optometry and Vision Sciences, University of Manchester Institute of science and Technology. Manchester M601QD, (UK). 1994. www.ebsco.com. Diunduh tanggal 25 Desember 2009.

Darmono, Diabetes Melitius Pada Lanjut Usia. Abstrak Temu Ilmiah I dan Konferensi Kerja III. Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (pergemi). Undip Semarang, 2002.

Darwis Yullizar,. Dr, Sp. Kj, MM dkk., Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2005.

Depkes, RI., Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Menunjang Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia, Pusat Laboratorium Kesehatan Depkes RI., Jakarta, 2000.

Glanz, Karen. Health Behavoir and Health Education. San francisco: Jossey-Bass. 2002

Ilyas, E.I., Manfaat Latihan Jasmani bagi Penyandang Diabetes, dalam Soegondo, S, et al, Penetalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Jakarta: FKUI, 2007.

Iswanto, Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar gula Darah puasa Pasien rawat Jalan Diabetes Melitus Tipe 2 Puskesmas Pasar Minggu. Sripsi. Jakarta. FKM UI, 2004.


(3)

Yuniatun, Kurniati, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pengendalian kadar Gula Darah Puasa Pasien Lama DM Lanjut Usia Di Poliklinik DM RSCM. Tesis. Jakarta. FKM UI, 2003.

Leslie, RDG, Buku Pintar Kesehatan Diabetes. Jakarta: Arcan, 1991.

Manaf, A., Insulin; Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme, dalam Sudoyo, et al, Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006.

Mira, Musaira, Gambaran Epidemiologi DM dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien DM Anggota Klub Persadia RS.Islam Jakarta Timur. Skripsi. Jakarta. FKM UI, 2003.

Niven, Neil. Psikologi Kesehatan dan Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain. Jakarta: EGC, 2002.

Notoatmodjo Soekidjo. Dr. Prof., Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2003.

Notoatmodjo Soedjo, Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 20002.

Perkeni, Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia, Perkumpulan Endokrinologi (Perkeni), Jakarta, 1993.

Pranandji, D, K., Perencanaan Menu Untuk Penderita Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar Swadaya, 2002.

Potter & Perry, Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC, 2006.


(4)

Setiadi, Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan Jakarta : Graha Ilmu, 2007.

Smeltzer S.C & Bare, Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. (terj.) Edisi 8 Volume 2 alih bahasa H.Y kuncura, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih. Jakarta: EGC, 2002.

Subadri, S & Yunnir, E., Terapi Non Farmakologi pada Diabetes, dalam Sudoyo et al, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi 4. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006.

Soewondo, P., Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus; dalam Penatalaksaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: FKUI, 2002.

Soerahmad, Soesilowati. Diabetes Melitus Tinjauan Kasus di Bagian Penyakit Dalam RS Hasan Sadikin Selama 7 Tahun (1975-1981). FK UNPAD. Bandung: 1983.

Sukardji, Kartini, Penatalaksanaan Gizi Pada Diabetes Melitus. Dalam Penatalaksaan Diabetes Melitus Terpadu. Pusat Diabetes dan Lipid RSUPN Dr.Cipto Mangunkusuma. Jakarta: FKIK, 2002.

Sumual, AR., dkk., Pola Penderita Diabetes Melitus Rawat Jalan di Poliklinik Metabolik Endokrin bagian Penyakit Dalam RSU Gunung wenang Manado, dalam: Kumpulan Naskah Langkap Simposium Diabetes dan Kursus Penyegar Endokrinologi, Edisi II, Manado 1985

Suroto, Gunawan. Pengaruh Latihan Olahraga Terhadap Kedayatahanan pada Diabetesi. Medika, 1990.

Suyono Slamet, SPPD-KEMD. Dr. Prof, dkk., Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002.


(5)

Suyono, dkk., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001.

Syahbudin, S., Pedoman Diet Diabetes Melitus. Dirjen Pelayanan Medik. Depkes RI dan WHO. Kerjasama Pusat Diabetes Dan Lipid RSUPN Dr.Cipto?FKUI & Instalasi Gizi RSUPN Dr.Cipto. Jakarta, 2001.

Tara, E Dan Soetrisno, E., Anda Perlu Tahu Diabetes. Jakarta: Intimedia dan Lladang Pustaka, 2002.

Tjokroprawiro, A, et all., Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut. Dalam; Naskah Lengkap KOPAPDI VIII. Yogyakarta, 1993.

Topan Erik, dr. MHA., Penyakit Degeneratif. Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2005.

Waspandji, Sarwono, Indeks Glikemik Bahan Makanan. Dalam Pedoman Diet Diabetes Melitus. Pusat Diabetes dan Lipid RSCM. Jakarta: FKUI, 2002.

Waspandji, Sarwono. Penelitian Diabetes Melitus Suatu Tinjauan tentang Hasil Penelitian Masa yang Akan Datang. Dalam: Soegondo Sidartawan 1995. Diabetes Melitus Penatalaksanaan Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 1995.

WHO, http//www.Diabettes.com, 1999, di unduh tanggal 5 maret 2009.

Wira Kusuma, S, Emma, Tetap Bugar Di Usia Lanjut. Jakarta: Trubus Agriwidya, 2000.


(6)