2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem terumbu
karang
Terumbu Karang merupakan suatu struktur geologi laut yang dibangun oleh sejumlah organisme. Terumbu tersebut berbentuk endapan kalsium karbonat CaCO
3
dan dikenal sebagai limestone Musso and Hutchison, 1996. Di Salvo dan Odum 1974 dalam Sembiring 1995 menyatakan terumbu karang adalah ekosistem yang
dibangun oleh sejumlah biota, baik hewan maupun tumbuhan yang secara terus- menerus mengikat ion kalsium dan karbonat dari air laut untuk menghasilkan rangka
yang secara keseluruhan bergabung membentuk suatu terumbu dasar berkapur. Proses pembentukan terumbu karang dijelaskan antara lain oleh Soewignyo
1989 dalam Sembiring 1995 bahwa terumbu karang merupakan struktur dengan formasi kerangka kristal kapur CaCO
3
, dihasilkan oleh epidermis pada setengah bagian bawah kolom dan kaki. Pada tahap selanjutnya terbentuk mangkuk tulang
yang disebut theca tempat polip karang menetap. Karang batu, alga berkapur, foraminifera, moluska dan biota berkerangka kapur lainnya menjadi satu kesatuan
membentuk kerangka kapur. Faktor fisik, seperti arus dan ombak sebagai pembawa endapan kapur dan partikel sedimen di sekitarnya akan tertimbun pada rongga-rongga
kerangka tersebut, sehingga kerangka tersebut dapat saling melekat membentuk suatu struktur yang kuatliat. Terumbu Karang yang terbentuk, secara umum
memiliki 3 kategori utama, yakni terumbu karang tepi fringing reef, terumbu penghalang barrier reef dan terumbu cincinatol atoll.
Tomascik et al, 1997, menyatakan ketergantungan biota karang terhadap faktor lingkungan sangat signifikan, hal ini menyebabkan adanya perbedaan struktur
atau bentuk morfologi pertumbuhannya. Suharsono 1984 dalam Sembiring 1995, menyatakan bahwa bentuk pertumbuhan karang dipengaruhi oleh: tempat hidup, dan
faktor fisik lingkungannya. Setiap karang adalah unikkhas, dimana masing-masing kolonijenis menampakkan respon yang berbeda satu sama lain terhadap lingkungan.
Dalam pertumbuhannya, koloni karang memiliki bermacam-macam bentuk. Dahl 1981 dalam Ongkosongo 1988 mengelompokkan bentuk-bentuk tersebut
dalam 6 kelompok utama, yaitu: bercabang branching, padat massif, daun foliose, jamur mashroom, kerak encrusting, dan meja tabulate. Bentuk-bentuk
pertumbuhan lifeform tersebut dimanfaatkan oleh ikan karang dan biota lainnya, sebagai tempat berlindung, mencari makan, dan tempat pengasuhan.
Klasifikasi karang hermatifik pembentuk terumbu, didasarkan atas bentukmorfologi kerangkanya Ditlev, 1980 dalam Aryasari, 2006; Veron, 1993.
Struktur klasifikasi karang tersebut disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Struktur klasifikasi karang hermatifik.
Kelas Anthozoa Kelas
Hydrozoa
Sub-Kelas: Ordo:
Sub-Ordo: Famili:
Sub-Ordo: Famili:
Sub-Ordo: Famili:
Sub-Ordo: Famili:
Sub-Kelas: Ordo:
Famili: Ordo:
Famili: Zooantharia
Scleractinia Astrocoeniina
Astrocoeniidae Pocilloporidae
Acroporidae Faviina
Faviidae Trachyphyllidae
Oculinidae Meandrinidae
Merulinidae Mussidae
Pectinidae Caryophilliina
Caryophilliidae Dendrophylliina
Dendrophylliidae Octocorallia
Stolonifera Tubiporidae
Coenothecalia Heliporida
Ordo: Famili:
Ordo: Famili:
Milleporina Milleporidae
Stylasterina Stylasteridae
Biota karang, khususnya di wilayah Indo-Pasifik terdiri atas 2 kelas dan sub- kelas, 5 ordo dan sub-ordo, dan 21 famili. Sampai saat ini, jumlah jenis karang dari
Ordo Scleractinia hampir 800 jenis yang telah dideskripsikan. Sebanyak 600 jenis berada di Asia Tenggara khususnya di Indonesia dan Philipina Burke et al, 2002.
Dengan pertimbangan bahwa luas kawasannya sebesar 34 dari total terumbu karang dunia, sekitar 51 merupakan kawasan terumbu karang Indonesia. Berdasarkan
fakta ini, maka secara biogeografi kawasan ini dinyatakan sebagai center of origin karang di dunia Veron, 1993.
2.2 Ikan karang