Karakteristik lingkungan HASIL DAN

Berdasarkan kategorinya, nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman termasuk dalam kategori tinggi Gambar 11. Hal ini menggambarkan bahwa peran dan sebaran jenis ikan keseimbangan populasi ikan di semua stasiun penelitian seimbang, dan tidak terdapat dominasi jenis tertentu di masing-masing habitat ikan di ekosistem terumbu karang. Hal ini ditunjukkan pula oleh nilai indeks dominansi yang sangat rendah di semua stasiun. Nilai indeks H’ dan E yang tinggi di semua lokasi penelitian juga menunjukkan bahwa kondisi lingkungan di sekitarnya dapat mendukung kehidupan ikan karang. Gambar 11. Indeks komunitas ikan karang di stasiun penelitian.

4.3 Karakteristik lingkungan

perairan Berdasarkan laporan Badan Riset DKP 2007, pasang surut pasut di wilayah perairan Bahodopi Teluk Tolo adalah tipe campuran condong ke harian ganda semi-diurnal. Tipe demikian menunjukkan bahwa dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, dengan salah satu puncak pasang atau puncak surut lebih tinggi dari yang lain. Kisaran taraf minimum - maksimum ketinggian pasut, masing- masing -1.448 - 1.085 dan -1.502 - 1.102, dengan variasi ketinggian muka air ±1 meter. Kondisi tersebut sesuai dengan penelitian Pariwono 1987, dimana pola pasut di perairan Selawesi bagian timur merupakan bagian pola pasut di perairan Selat Makassar yang merupakan lanjutan proses rambatan pasut di Samudera Pasifik. 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 LAS1 BAH1 SIM1 NAM1 KAR1 LAS2 BAH2 SIM2 NAM2 KAR2 3 ‐5 meter 5 ‐10 meter Indeks H E C Berdasarkan hasil pengukuran sejumlah parameter lingkungan lihat Gambar 12 dan 13, dketahui bahwa kecepatan arus di lokasi penelitian, masing-masing sebesar 5,24 ± 1,166 cmdetik kedalaman 3-5 meter, dan 7,6 ± 0,875 cmdetik kedalaman 5-10 meter. Arah arus pada saat penelitian adalah cenderung ke selatan. Arus paling kuat terjadi di stasiun LAS1 dan LAS2, lalu cenderung semakin lemah ke arah selatan di lokasi perairan Kaurea. Kecepatan arus terlemah ditemukan di perairan Nambo pada kedalaman 3-5 meter. Hal ini diduga karena pada saat pengamatan, pasut sedang dalam posisi menjelang pasang mati, dimana air laut sangat tenang. Suhu rerata yang terukur di stasiun-stasiun penelitian pada kedalaman 3-5 meter sebesar 30,48 ± 0,34⁰C, sedangkan pada stasiun kedalaman 5-10 meter 29,20± 0,22⁰C. Mahadevan dan Nagappannayer 1972 menyatakan bahwa bahwa terumbu karang di wilayah perairan tropis dapat hidup pada kisaran suhu yang lebar, yakni 22 – 29,5ºC. Selanjutnya Nybakken 1993 menyatakan bahwa biota karang tumbuh optimal pada kisaran suhu rerata 23 – 25 ºC, namun karang juga dapat hidup pada kisaran suhu 18 - 30ºC. Karuppanapandian et al, 2007 menemukan bahwa terumbu karang masih dapat hidup pada rerata suhu 29.4 ± 0.29°C sampai 32.6 ± 0.31°C, selanjutnya Siregar et al, 2005 menemukan bahwa suhu perairan di lokasi karang dengan kondisi baik di perairan Pulau Kotok Kecil dan Opak Kecil Kepulauan Seribu adalah 29,6 – 30,1ºC. Salinitas rerata di stasiun-stasiun penelitian kedalaman 3-5 meter sebesar 32,12 ± 0,55 ‰, sedangkan pada stasiun kedalaman 5-10 meter, salinitas rerata adalah 33,00 ± 0,31‰. Nybakken 1993 menyatakan bahwa karang-karang hermatipik akan tertekan jika suhu menyimpang dari kisaran 32 - 35‰. Taraf salinitas yang 32‰, diduga karena adanya pengaruh masukan air tawar dari sungai- sungai yang bermuara ke wilayah perairan Bahodopi. Gambar 12. Kondisi umum parameter lingkungan di stasiun penelitian kedalaman 3-5 meter. Turbiditas rerata di lokasi penelitian kedalaman 3-5 meter 0,94 ± 0,10 mgl, dan pada kedalaman 5-10 meter sebesar 0,82 ± 0,04 mgl. Nilai pH rerata di stasiun kedalam 3-5 meter dan 5-10 meter, masing-masing sebesar 8,04 ± 0,03 dan 8,16 ± 0,07; dengan kandungan oksigen, masing-masing sebesar 7,50 ± 0,20 mgl dan 7,32 ± 0,17 mgl. Kondisi tersebut sesuai dengan hasil penelitian Connell dan Karlson 1996 menemukan bahwa karang masih dapat hidup dengan optimal pada perairan dengan konsentrasi DO sebesar 7,1 mgl; Karuppanapandian et al, 2007 di Teluk Palp-Madappan India konsentrasi DO berada pada kisaran 4.75 ± 0.06 mgl sampai 7.02 ± 0.04 mgl. Shu; 30,10 DO; 7,60 pH; 8,00 Sal; 32,30 Ars; 0,073 Tur; 1,10 Psr; 97,55 Dbu; 1,39 Shu; 29,90 DO; 7,70 pH; 8,00 Sal; 31,50 Ars; 0,080 Tur; 0,70 Psr; 98,02 Dbu; 1 Shu; 31,50 DO; 8,0 pH; 8,1 Sal; 30,6 Ars; 0,05 Tur; 0,90 Psr; 95,5 Dbu; 2 Shu; 30,90 DO; 7,20 pH; 8,00 Sal; 32,80 Ars; 0,014 Tur; 0,80 Psr; 96,5 Dbu; 1,87 Shu; 30,0 DO; 7,00 pH; 8,10 Sal; 33,4 Ars; 0,04 5 Tur; 1,20 Psr; 98,1 9 Dbu; 1,36 Gambar 13. Kondisi umum parameter lingkungan di stasiun penelitian kedalaman 5-10 meter. Substrat di lokasi penelitian terdiri dari pasir, debu dan karbon organik total. Diantara ketiga komponen tersebut, secara keseluruhan pasir merupakan komponen yang tertinggi. Persentasi rerata kandungan pasir di stasiun kedalaman 3-5 meter adalah 97,15 ± 0,57 dan di kedalaman 5-10 meter adalah 96,08 ± 0,89, sedangkan kandungan debu adalah sebesar 1,52 ± 0,20 dan 1,70 ± 0,46. Rerata persentase kandungan karbon organik total, masing-masing adalah 1,32 ± 0,39 dan 2,22 ± 0,54.

4.4 Variasi karakteristik