Keterkaitan ikan Ikan karang

Subcohort Euteleostei Infracohort Neognathi DivisiNeoteleostei Subdivsi Eurypterygii Infradivisi Ctenosqamata Superordo Acanthpterygii Series Percomorpha Ordes Perciformes Famili Serranidae Famili Chaetodontidae Famili Pomacentridae Famili Scaridae Famili Muraenidae Famili Labridae

2.2.3 Keterkaitan ikan

karang dengan terumbu karang Di ekosistem terumbu karang, ikan karang merupakan organisme yang jumlahnya paling banyak dan merupakan organisme besar dan sangat signifikan peranannya. Kelompok ikan ini memiliki peran sebagai penyokong hubungan bio- ekologis yang ada dalam ekosistem terumbu karang, meliputi interaksi yang luas antara individu yang sama, jenis-jenis yang berbeda, invertebrata, dan interaksi dengan faktor fisik non biologis seperti suhu, cahaya, ruang dan kedalaman Nybakken, 1993 sesuai dengan niche masing-masing ikan tersebut. Dengan demikian keberadaan ikan-ikan karang baik secara kuantitas maupun kualitas sangat behubungan dengan kondisi kesehatan terumbu karang yang ditunjukkan oleh persentase penutupan karang hidup Hutomo, 1986, serta keanekaragaman jenis biota karang di suatu ekosistem. Interaksi antara ikan karang dengan terumbu karang sebagai habitatnya dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu: 1 interaksi langsung sebagai tempat berlindung dari predator pemangsa terutama bagi ikan-ikan muda; 2 interaksi dalam mencari makanan yang meliputi hubungan antara ikan karang dan biota yang hidup pada karang termasuk algae; dan 3 interaksi tidak langsung sebagai akibat struktur karang dan kondisi hidrologis dan sedimen Coat dan Bellwood, 1991. Diantara ikan-ikan karang yang telah diketahui, Bell et al, 1984 dalam Bozec et al, 2005 menemukan bahwa di terumbu karang Polinesia terdapat korelasi positif antara penutupan karang hidup dengan kelimpahan serta Keanekaragaman ikan Kepe-Kepe famili Chaetodotidae. Demikian pula Adrim dan Hutomo 1989 menemukan hal yang sama di Laut Flores. Dalam penelitian mereka, dijelaskan bahwa semakin tinggi penutupan karang hidup maka semakin tinggi pula jumlah jenis dan kelimpahan jenis ikan Kepe-Kepe di terumbu karang. Reese 1988 dalam Manthacitra et al, 1991, mengemukakan bahwa ikan karang dapat merasakan atau merespon adanya gejala kerusakan terumbu karang dimana mereka hidup sebelum kondisinya semakin parah. Sebelumnya, Reese 1981 dalam Hukom dan Bawole 1997 menemukan bahwa ikan kepe-kepe yang telah merasakan tanda-tanda kerusakan tersebut akan mengubah tingkah lakunya atau pindah ke tempat lain dimana keadaan terumbu karangnya masih baik. Di perairan Kepulauan Sichang, Thailand, ditemukan bahwa kehadiran ikan karang Chaetodon octofasciatus dapat digunakan sebagai petunjuk indikator kondisi terumbu karang Manthachitra et al, 1991. Dalam hal ini, selanjutnya diketahui bahwa kelimpahan ikan tersebut meningkat di perairan karang yang agak keruh dan kondisi tutupan karang-nya sudah berubah menurun, sedangkan ikan-ikan jenis lainnya relatif lebih rendah. Demikian pula dengan penelitian Sukarno et al, 1986 mengemukakan bahwa penurunan kelimpahan ikan karang, khususnya ikan Kepe- Kepe dan penurunan populasi karang di beberapa lokasi perairan karang di kepulauan Seribu disebabkan karena terumbu karang telah mengalami kerusakan. Jumlah jenis ikan di terumbu karang adalah refleksi langsung dari besarnya kesempatan habitat yang tersedia Allen dan Steene, 1996. Choat dan Bellwood 1991, Sale 1991 menemukan bahwa secara umum, kelompok ikan karang utama yang ditemukan di terumbu karang terdiri dari: 1. kelompok Labroids, meliputi ikan- ikan dari famili Labridae wrasses, Scaridae parrotfishses, dan Pomacentridae damselfishes; 2. kelompok Acanthuroids, meliputi famili Acanthuridae surgeonfishes, Siganidae rabbitfishes, dan Zanclidae moorish idol; dan 3. kelompok Chaetodontoids, meliputi famili Chaetodontidae butterflyfishes dan Pomacanthidae angelfishes. Adrim 1993 dan Dartnal dan Jones 1996 mengelompokkan ikan karang dalam tiga kelompok, yakni: 1. ikan Target yaitu ikan-ikan yang lebih dikenal sebagai ikan konsumsi seperti Famili Serranide, Lutjanidae, Haemulidae, dan Lethrinidae. 2. ikan Indikator yaitu ikan yang digunakan sebagai indikator bagi kondisi kesehatan terumbu karang, seperti Famili Chaetodontidae. 3. ikan Mayor, kelompok ikan yang berperan dalam rantai makanan, karena peran lainnya belum diketahui seperti Famili Pomacentridae, Scaridae, Acanthuridae, Caesionidae, Siganidae, Mullidae, dan Apogonidae. Para peneliti menemukan bahwa ikan – ikan kelompok tersebut menunjukkan pola penyebaran yang berhubungan dengan penyebaran terumbu karang. Sale 1991 melaporkan bahwa ada sebelas famili ikan lain yang mempunyai assosiasi dengan terumbu karang. Famili tersebut adalah: ikan demersal, seperti Blennidae dan Gobiidae; ikan malam, seperti Apogonidae dan Haemulidae; ikan dengan bentuk yang khas, seperti Ostraciidae, Tetraodontidae dan Balistidae; ikan piscovorous dan predator, seperti Serranidae, Lutjanidae, dan Lethrinidae; dan ikan planktivora, seperti Holocentridae. Hallacer 2003 membagi tipe makan ikan karang menjadi 3 tiga, yakni: 1. Herbivora; Ikan herbivora terumbu karang adalah kelompok yang paling banyak ditemukan dan tersebar luas. Ada 4 famili ikan karang herbivora yang banyak muncul antara lain famili Acanthuridae – sekitar 76 jenis, Siganidae – sekitar 25 jenis, Scaridae – sekitar 79 jenis dan Pomacentridae – sekitar 159 jenis Choat, 1991 dalam Sale, 1991. 2. Planktivora; Mayoritas ikan laut mengkonsumsi plankton selama fase juvenil, walaupun kebanyakan berubah menjadi tipe makanan lain setelah mencapai fase dewasa Leis, 1991 dalam Sale, 1991. Terumbu karang mempunyai ikan planktivora dewasa yang aktif selama siang dan malam hari, walaupun setiap periode mempunyai kumpulan jenisnya sendiri-sendiri. Beberapa famili mempunyai banyak jenis yang beradaptasi sebagai planktivora. 3. Carnívora; jenis ikan karang carnivora lebih umum pada terumbu karang dari pada herbivora atau planktivora. Berdasarkan penelitian Jones et al, 1991 dalam Sale 1991 diketahui bahwa jenis carnivora Piscivora dan pemakan invertebrata Benthos adalah carnivora yang paling umum yang ditemukan 4 -68. Selanjutnya Herbivora 7- 25, planktivora 4 - 38, dan Omnivora 4 - 19. Diantara carnivora, jenis yang spesialis memakan invertebrata benthos terlihat lebih umum dari pada piscivora pemakan ikan lainnya. Berdasarkan tujuh hasil penelitian yang dilakukan, 5 penelitian diantaranya menunjukkan bahwa predator invertebrata benthos adalah kelompok yang paling umum, dengan komposisi 27- 56 dari seluruh jenis yang ada. 2.3 Keterkaitan faktor lingkungan dengan ikan karang Ikan karang menghabiskan seluruh fase kehidupannya di wilayah terumbu karang. Terumbu karang menjadi tempat mencari makan, berlindung dan bereproduksi. Pada umumnya organisme tersebut mempunyai kecenderungan hidup di wilayah tertentu di dalam ekosistem terumbu karang. Setiap jenis memperlihatkan kesukaan terhadap habitat yang tepat, yang terkait dengan sejumlah kombinasi faktor lingkungan. Faktor lingkungan tersebut meliputi ketersediaan pakan, ruang tempat perlindungan, dan variasi parameter fisika perairan dan karakteristik substrat. Carpenter 1981 dalam Bozec et al, 2005 menyatakan bahwa kompleksitas substrat berkaitan dengan ruang tempat perlindungan ikan. Pendapat tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya, bahwa faktor yang mempengaruhi kelimpahan ikan adalah fisiografi dasar perairan Amesbury 1978 dalam Hutomo 1986. Hasil penelitian Bozec et al, 2005, Gratwicke dan Speight 2005, dan Grober et al, 2008 membuktikan bahwa kelimpahan ikan karang dipengaruhi oleh keberadaan karang hidup. Dengan demikian penurunan jumlah karang hidup berpengaruh terhadap keberadaan ikan karang. Hutomo 1986 menemukan bahwa ikan karang memiliki habitat yang berbeda dalam ekosistem terumbu karang, tetapi beberapa jenis dapat menempati habitat yang sama. Hal ini karena tiap jenis atau kelompok ikan memiliki kesukaan yang berbeda terhadap habitat tertentu. Pada karang yang besar dan padat, seperti Porites, sering dijumpai ikan-ikan pemakan polip. Jenis ikan tersebut berasal dari famili Balistidae dan Chaetodontidae. Pada kelompok karang bercabang, seperti karang Acropora, sering menjadi tempat perlindungan bagi Damselfish betok laut dan ikan lain yang umumnya berukuran lebih kecil Nybakken, 1993. Bersama- sama dengan ikan karang, faktor lingkungan yang mempengaruhi ekosistem terumbu karang secara umum adalah: 1. Cahaya dan Kedalaman: cahaya matahari dibutuhkan untuk fotosisntesis yang akhirnya berguna dalam pembentukan terumbu Nybakken, 1993. Titik kompensasi cahaya untuk biota karang adalah pada kedalaman dimana intensitas cahaya berkurang 15 – 20 dari intensitas di permukaan. Pada lokasi perairan jernih, terumbu karang masih mampu hidup di kedalaman lebih dari 25 meter. 2. Suhu dan kedalaman: Veron 1993 menyatakan bahwa suhu dan kedalaman berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan karang. Kedua parameter tersebut berkaitan dengan ketersediaan cahaya, arus, dan sebagainya. Wells 1957 dalam Nybakken 1993, menyatakan karang hermatifik masih dapat bertahan pada suhu 18 C selama beberapa waktu, tetapi suhu yang paling optimal untuk perkembangan terumbu karang adalah 23 – 25 C. 3. Salinitas: faktor salinitas umumnya berpengaruh terhadap karang di daerah lagoon atau reef flat terutama pada musim hujan, dimana mungkin terjadi penurunan salinitas yang ekstrim. Karang mampu mentoleransi salinitas pada kisaran 27 – 40 00 Nontji, 1987. 4. Arus dan Gelombang: hempasan ombak kadang-kadang merusak struktur karang, terutama karang bercabang. Arus berkaitan dengan proses suplai makanan, kebersihan karang terutama dari endapan sedimen, dan juga dengan kandungan oksigen yang dibutuhkan untuk proses resfirasi pernafasan. Umumnya perkembangan terumbu karang lebih baik di kawasan perairan yang mengalami pengaruh arus dan gelombang Nybakken, 1993.

3. METODOLOGI