bahwa kadmium menghambat enzim Na, KATPase dan menurunkan transport ion Na lewat insang gill ephithelium pada ikan. Di Jepang telah terjadi keracunan oleh
kadmium, yang menyebabkan penyakit lumbago yang berlanjut ke arah kerusakan tulang dengan akibat melunak dan retaknya tulang O’Neill, 1994 in Herman, 2006.
Apabila kandungan mencapai 200 μg Cdgr berat basah dalam cortex ginjal yang akan mengakibatkan kegagalan ginjal dan berakhir pada kematian. Korban terutama
terjadi pada wanita pascamenopause yang kekurangan gizi, kekurangan vitamin D dan kalsium. Herman, 2006.
2.3.2. Timbal Pb
Timbal merupakan logam berat yang sangat beracun, dapat dideteksi secara praktis pada seluruh benda mati di lingkungan dan seluruh sistem biologis
Suhendrayatna, 2001. Timbal adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna coklat kehitaman, serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Dalam
pertambangan, logam ini berbentuk sulfida logam PbS, yang sering disebut galena. Di perairan alami timbal bersumber dari batuan kapur dan gelena Saeni, 1989 dan
Manik, 2007.
Sifatsifat timbal menurut Darmono 1995 dan Fardiaz 2005 antara lain: 1 memilki titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk cair hanya
membutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal. 2 merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai bentuk.
3 timbal dapat membentuk logam campuran alloy dengan logam lainnya, dan
logam yang terbentuk mempunyai sifat yang berbeda dengan timbal murni. 4 memiliki densitas yang tinggi dibanding logam lain kecuali emas dan merkuri,
yaitu 11,34 grcm
3
. Sumber utama timbal yang digunakan sebagai bahan additif bensin berasal
dari komponen gugus alkil timbal Suhendrayatna, 2001. O’neil 1993 in Nursal et al. 2005 mengatakan bahwa kurang lebih 75 timbal yang ditambahkan pada
bahan bakar minyak akan diemisikan kembali ke atmosfir. Hal inilah yang kemudian menyebabkan pencemaran udara disebabkan oleh timbal. Timbal ini
dapat memasuki perairan melalui air hujan yang turun.
Penggunaan timbal terbesar lainnya adalah dalam produksi baterai penyimpan untuk mobil. Selain itu timbal juga digunakan untuk produkproduk
logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa, solder, bahan kimia dan pewarna Fardiaz, 2005. Timbal juga digunakan sebagai pigmen timbal dalam cat
Lu, 2006.
Timbal pada perairan ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Timbal relatif dapat larut dalam air dengan pH 5 dimana air yang bersentuhan
dengan timah hitam dalam suatu periode waktu dapat mengandung 1 μg Pbl, sedangkan batas kandungan dalam air minum adalah 50 μg Pbl. Kadar dan
toksisitas timbal diperairan dipengaruhi oleh kesadahan, pH, alkalinitas, dan kadar oksigen Effendi, 2003.
Dinas Peternakan dan Kelautan DKI Jakarta 2004 melaporkan beberapa jenis makanan yang mengandung kadar timbal tinggi. Beberapa jenis makanan itu
adalah makanan kaleng 50100 µgkg; jeroan, hati, ginjal, dari hasil ternak 150 µgkg; ikan 170 µgkg; dan kelompok yang paling tinggi kadar timbalnya
adalah kerangkerangan moluska dan udangudangan 250 µgkg. Sedangkan jenis makanan yang tergolong rendah derajat kontaminasi timbal adalah susu sapi,
buahbuahan, sayuran dan bijibijian 1520 µgkg. Konsumsi mingguan elemen timbal yang direkomendasikan oleh WHO toleransinya bagi orang dewasa adalah
50 μgkg berat badan dan untuk bayi atau anakanak 25 μgkg berat badan Suhendrayatna, 2001.
Pengaruh toksisitas akut timbal jarang ditemui, tetapi pengaruh toksisitas kronik paling sering ditemukan. Pengaruh toksisitas kronis sering dijumpai pada
pekerja tambang dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil proses pengecatan, penyimpanan bateri, percetakan, pelapisan logam dan pengecatan sistem semprot
Darmono, 2001.
Dampak keracunan timbal dapat mengakibatkan terhambatnya pembentukan hemoglobin, gangguan ginjal, otak, hati, sistem reproduksi, dan sistem saraf sentral
Fardiaz, 2006, selain itu juga dapat menyebabkan gangguan mental pada anak anak Saeni, 1989. Ketika unsur ini mengikat kuat sejumlah molekul asam amino,
haemoglobin, enzim, RNA, dan DNA; maka akan mengganggu saluran metabolik dalam tubuh. Keracunan Pb dapat juga mengakibatkan gangguan sintesis darah,
hipertensi, hiperaktivitas, dan kerusakan otak Herman, 2006. Menurut Saeni 1989 kadmium dapat menyebabkan gangguan pada ginjal, jaringan
testikular, kerusakan selsel butir darah merah dan menyebabkan tekanan darah tinggi
2.3.3. Merkuri Hg