Koefisien korelasi Analisis Data 1. Penentuan konsentarasi logam berat

diencerkan dengan aquades sampai tanda batas. Filtrat ini kemudian diukur dengan AAS Cahyadi, 2000 in Siaka, 2008. 3.5. Analisis Data 3.5.1. Penentuan konsentarasi logam berat Penentuan konsentrasi logam berat dengan cara langsung untuk contoh air dan cara kering pengabuan untuk contoh sedimen. Pengukuran logam berat dengan menggunakan AAS atomic absorption spectrofotometry, selanjutnya dihitung dengan formula : [ ] 1000 100 ppm Berat Logam x gr bxW x a Ab Ac - - = Keterangan : Ac : Absorban contoh Ab : Absorban blanko a : Intercept dari persamaan regresi standar b : Slope dari persamaan regresi standar W : Berat contoh g

3.5.2. Koefisien korelasi

Untuk mengetahui keeratan hubungan logam berat antara di air dan sedimen dibuat analisis korelasi Steel dan Torie, 1989. Pengolahan data menggunakan program SPSS 14.0. Adapun koefisien korelasi antara logam berat di air dan sedimen dapat dihitung dengan formula: Rumus Koefesien Korelasi r : 2 2 Sy Sxy Sxy r = Keterangan : r = koefisien rata­rata korelasi Sxy = Sebaran nilai pengamatan x dan y Sx² = Keragaman nilai x Sy² = Keragaman nilai y 3.5.3. Analisa deskriptif Untuk melihat kondisi pencemaran logam berat pada air Perairan Kamal Muara, hasil analisis logam berat dibandingkan dengan Kriteria Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut berdasarkan Kepmen LH No 51 tahun 2004 untuk melihat kondisi pencemaran logam berat kadmium, timbal dan merkuri. Kriteria baku mutu air laut dapat dilihat pada Tabel 4. Sedangkan untuk melihat kondisi pencemaran logam berat di sedimen, digunakan baku mutu yang berasal dari standar kualitas Belanda, yaitu IADCCEDA 1997 berdasarkan, seperti dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 4. Kriteria baku mutu air laut untuk biota laut dalam mgl. Logam Berat Kepmen LH No 51 2004 Kadmium Cd 0,001 Timbal Pb 0,008 Merkuri Hg 0,001 Tabel 5. Baku mutu konsentrasi logam berat dalam sedimen IADCCEDA 1997 Logam berat Level Level Level Level Level target limit tes intervensi bahaya Merkuri Hg 0,3 0,5 1,6 10 15 Kadmium Cd 0,8 2 7,5 12 30 Timbal Pb 85 530 530 530 1000 Keterangan : dalam ppm Keterangan : 1. Level target. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai yang lebih kecil dari nilai level target, maka substansi yang ada pada sedimen tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan. 2. Level limit. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai maksimum yang dapat ditolerir bagi kesehatan manusia maupun ekosistem. 3. Level tes. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen berada pada kisaran nilai antara level limit dan level tes, maka dikategorikan sebagai tercemar ringan. 4. Level intervensi. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen berada pada kisaran nilai level tes dan level intervensi, maka dikategorikan sebagai tercemar sedang. 5. Level bahaya. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai yang lebih besar dari baku mutu level bahaya maka harus segera dilakukan pembersihan sedimen.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Parameter Fisika dan Kimia

Parameter perairan yang diamati pada penelitian ini meliputi parameter suhu, kekeruhan, salinitas, derajat keasaman pH dan oksigen terlarut DO perairan. Hasil pengamatan kondisi fisika dan kimia perairan yang dilakukan selama penelitian memberikan gambaran mengenai kondisi Perairan Kamal Muara seperti terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Parameter kualitas fisika dan kimia perairan Muara Kamal Stasiun Parameter Suhu Kekeruhan Salinitas pH DO o C NTU ‰ mgL 1 28,7 ­ 31,2 64,9 ­ 84,9 10 ­ 20 7,59 ­ 8,00 0,45 ­ 0,82 2 31,1 ­ 31,5 4,18 ­ 5,13 26 ­ 31 8,44 ­ 8,46 4,21 ­ 5,21 3 29,9 ­ 30,0 4,54 ­ 4,73 27 ­ 30 8,54 ­ 8,56 4,46 ­ 5,45 4 28,9 ­ 31,0 3,79 ­ 5,83 28 ­ 33 8,28 ­ 8,59 4,94 ­ 6,45 5 29,5 ­ 30,9 5.92 ­ 6,47 28 ­ 30 8,27 ­ 8,56 5,92 ­ 6,47 B. Mutu 28,0 – 30,0 5 0,5 ­30 7,00 ­ 8,50 5

4.1.1. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor fisika yang sangat penting dalam lingkungan perairan. Perubahan suhu perairan akan mempengaruhi proses fisika, kimia perairan, demikian pula bagi biota perairan. Peningkatan suhu dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi biota air dan selanjutnya meningkatkan konsumsi oksigen Effendi, 2003. Hutagalung 1984 mengatakan bahwa kenaikan suhu tidak hanya akan meningkatkan metabolisme biota perairan, namun juga dapat meningkatkan toksisitas logam berat diperairan. Berdasarkan hasil pengukuran suhu air permukaan selama pengamatan yang dilakukan, suhu permukaan Perairan Muara Kamal berkisar antara 28,7­31,5 o C. Suhu terendah terletak pada stasiun 1, sedangkan suhu tertinggi terletak pada stasiun 2. Rentang suhu tertinggi terletak pada stasiun 1 di muara sungai, yaitu