Tingginya beban limbah baik yang berasal dari limbah industri, limbah rumah tangga maupun aktivitas transportasi yang menghasilkan minyak dan timbal ini
berdampak pada perubahan warna perairan menjadi hitam.
Tingginya nilai kekeruhan dan warna perairan yang hitam dapat mengganggu kehidupan biota perairan, misalnya mengganggu penetrasi cahaya matahari ke
kolom perairan, sehingga menyebabkan terganggunya proses fotosintesis yang beperan dalam penyediaan oksigen di perairan. Kekeruhan juga dapat mengganggu
penglihatan biota dalam mencari makanan, menutup saluran pernapasan sehingga biota perairan sulit bernapas kemudian menyebabkan kematian biota.
Nilai kekeruhan menunjukkan penurunan pada stasiun 2, 3, dan 4 yang jauh dari daratan dan sedikit meningkat pada stasiun 5 yang dekat dengan jalur pelayaran
nelayan. Penurunan nilai kekeruhan juga disebabkan adanya pengaruh arus dan gelombang yang menyebabkan beban pencemaran tersebar ke laut lepas dengan
konsentrasi yang kecil.
Berdasarkan hasil pengamatan, nilai kekeruhan di Perairan Kamal Muara pada stasiun 2, 3, dan 4 masih memenuhi syarat baku mutu Kepmen LH No 51
tahun 2004 untuk kehidupan biota air laut. Sedangkan pada stasiun 1 dan 5 sudah melebihi baku mutu baku mutu Kepmen LH No 51 tahun 2004 sebesar 5 NTU.
4.1.3. Salinitas
Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat CO
3 2
telah diubah menjadi oksida, bromida dan iodida diganti oleh klorida dan semua bahan organik telah dioksidasi sempurna Forch et al., 1902 in Sanusi, 2006.
Salinitas memiliki nilai yang berbeda di setiap lokasi. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai
Nontji, 1987. Pada umumnya perairan laut lepas off shore memilki salinitas sebesar 35
o oo
. Salinitas menggambarkan kandungan konsentrasi total ion yang terdapat
pada perairan baik organik maupun anorganik. Adanya kandungan ion yang banyak akan meningkatkan kemampuan perairan tersebut dalam menghantarkan listrik
sehingga biasanya akan diikuti dengan tingginya DHL Rahman, 2006. Dengan tinggginya DHL mengambarkan kandungan ion serta banyaknya total padatan
terlarut TDS yang cukup banyak. TDS biasanya menggambarkan bahan anorganik yang berupa ionion yang ditemukan diperairan Effendi,2003
Hasil pengamatan berdasarkan parameter salinitas, selama tiga kali pengamatan di Perairan Kamal Muara menunjukkan salinitas perairan berkisar
1033
o oo
. Berdasarkan kisaran salinitas tersebut, Perairan Kamal Muara tergolong pada perairan mixohaline, yang memiliki kisaran salinitas antara 0,530
o oo
. Stasiun yang berada dekat muara stasiun 1 dan 2 cenderung memiliki nilai
salinitas yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai salinitas pada stasiun yang menuju laut lepas. Hal juga terjadi pada perairan umumnya, dimana semakin ke
arah laut nilai salinitas perairan akan semakin tinggi.
Nilai salinitas pada stasiun 1 menunjukkan rentang nilai yang luas dibandingkan dengan stasiun lainnya. Hal ini disebabkan stasiun 1 merupakan
daerah muara, dimana pada daerah tersebut terjadi pertemuan antara air tawar sungai dan air laut laut lepas yang mempengaruhi kondisi salinitas di daerah
tersebut. Kondisi ini sesuai seperti yang dikemukakan oleh Nybakken 1992 bahwa kondisi perairan daerah estuari dipengaruhi oleh pengaruh daratan dan lautan.
Dimana nilai salinitas tinggi terjadi saat pengaruh dari lautan lebih dominan dibandingkan pengaruh dari daratan, yaitu ketika terjadi pasang. Sedangkan nilai
salinitas rendah disebabkan oleh pengaruh daratan, yaitu ketika air tawar masuk ke perairan melalui aliran sungai. Hal inilah yang menyebabkan stasiun 1 memiliki
kisaran salinitas yang luas, sedangkan pada stasiun lainnya cenderung menunjukkan nilai kisaran yang rendah.
4.1.4. Derajat Keasaman pH