II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Teori-teori
Konsumsi Masyarakat
Ketika kita menyantap makanan, mengenakan pakaian, atau pergi ke tempat wisata, kita mengkonsumsi sebagian output perekonomian. Karena
konsumsi begitu besar, maka para ahli makroekonomi menghabiskan banyak energi untuk mempelajari bagaimana rumah tangga memutuskan berapa banyak
konsumsinya. Rumah tangga membagi pendapatan yang bisa dibelanjakan disposible income untuk konsumsi dan tabungan. Semakin tinggi pendapatan
yang bisa dibelajakan, semakin besar konsumsi. Hubungan antara konsumsi dan pendapatan yang bisa dibelanjakan disebut fungsi konsumsi consumption
function Mankiw, 2007. Perilaku masyarakat dalam membelanjakan dari pendapatan yang
diperoleh untuk membeli barang dan jasa dalam teori ekonomi makro disebut sebagai pengeluaran konsumsi consumtion expenditure atau konsumsi. Graham
Bannoch dan kawan-kawan dalam bukunya Economics memberi definisi konsumsi sebagai pengeluaran total untuk membeli barang dan jasa pada suatu
perekonomian dalam jangka waktu tertentu Universitas Terbuka, 1986.
Utilitas dan Pilihan
Setiap hari kita selalu membuat berbagai pilihan : kapan bangun tidur; apa yang akan dimakan; berapa banyak waktu yang akan digunakan untuk bekerja,
10
belajar, atau istirahat; atupun pilihan kita akan membeli sesuatu atau menyimpan uang. Teori pilihan theory of choice menerangkan hubungan timbal balik antara
preferensi pilihan dengan berbagai kendala yang menyebabkan seseorang menetukan pilihan-pilihannya. Model preferensi individu dirumuskan dengan
menggunakan konsep utilitas, yaitu kepuasan yang diterima seseorang akibat aktivitas yang dilakukannya Nicholson, 2002.
Tingkah laku konsumen didefinisikan oleh Loudon 1993, adalah …. the decision process and physical activity individuals engage in when
evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services. Teori tingkah laku konsumen menerangkan tentang bagaimana seorang
konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari barang-barang yang akan dibeli dari pendapatan yang diperolehnya. Pilihan konsumen atas berbagai alternatif
barang-barang yang dikonsumsi didasarkan pada asumsi : 1.
Complete preferences, yaitu konsumen dapat melakukan ranking atas semua kemungkinan pilihannya.
2. Transitivity of preferences, yaitu jika konsumen lebih suka kombinasi
pilihan barang A dari pada B dan B lebih disukai dari pada C, maka konsumen juga lebih suka pilihan A dari pada C.
3. Non satiation, yaitu konsumen lebih suka jumlah yang lebih banyak dari
pada yang sedikit. Pada dasarnya setiap orang menginginkan bahwa setiap kebutuhannya
dapat terpenuhi, namun hal ini dibatasi oleh beberapa kendala. Kendala ini dapat berupa keterbatasan pendapatan konsumen dan atau harga barang-barang yang
11
berlaku. Keterbatasan ini secara umum disebut sebagai kendala anggaran budget line. Dimana seorang konsumen harus dapat membelanjakan dari pendapatan
yang diterimanya
untuk memperoleh
kombinasi barang-barang
yang diinginkannya. Sebagaimana seperti yang digambarkan oleh kurva dibawah ini.
Gambar 2.1. Maksimalisasi Utilitas
Permintaan Individu
Ekonom Prusia Ernst Engel 1821-1896 pernah meneliti tentang perilaku rumah tangga dalam berkonsumsi, yaitu dengan meneliti hubungan antara
penghasilan dan konsumsi atas barang-barang tertentu. Dari data yang diperoleh, Engel menarik kesimpulan bahwa proporsi penghasilan yang dibelanjakan untuk
makanan akan menurun ketika penghasilan meningkat. Hipotesis ini kemudian dikenal dengan Hukum Engel Engel’s Law Nicholson, 2002.
Garis Anggaran Budget Line
Kurva Kepuasan Sama Indifference Curve
Kuantitas X Kuantitas Y
Y
max
X
max
12
Untuk mengetahui besarnya perubahan permintaan konsumen atas barang dan jasa sebagai akibat adanya perubahan pendapatan yang diterima masyarakat
dapat ditunjukan melalui koefisien elastisitas pengeluaran, yaitu :
tan pa
umlahPenda PerubahanJ
Persentase ngdanJasa
luaranBara umlahPenge
PerubahanJ Persentase
E
i
Elastisitas pengeluaran dikatakan inelastis apabila mempunyai koefisien elastisitasnya adalah kurang dari satu, yaitu apabila perubahan pendapatan
menimbulkan perubahan yang kecil saja terhadap perubahan jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi. Namun jika jumlah yang dikonsumsi berubah relatif lebih
banyak dibandingkan dengan perubahan jumlah pendapatan, maka hal ini dikatakan elastis Sukirno, 1996.
Ketimpangan Pendapatan dan Pengeluaran
Max Otto Lorenz 1905 seorang Statistisi Amerika menemukan kurva yang menggambarkan distribusi komulatif pendapatan masyarakat, dan
menamakan kurva tersebut sesuai dengan namanya yaitu Kurva Lorenz. Dari kurva ini diturunkan juga kurva lainnya yaitu Kurva Pemusatan, dimana kurva
pemusatan menggambarkan distribusi komulatif pengeluaran masyarakat Armein, 1999.
Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan diperoleh berdasarkan fungsi distribusi pendapatan dan fungsi distribusi pengeluaran. Namun fungsi tersebut
sulit diperoleh dari data yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut, Kakwani and Podder 1976 mengajukan suatu cara yaitu dengan membuat suatu transformasi
koordinat pada Kurva Lorenz dan kurva Pemusatan dari X dan Y menjadi
θ dan .
13
Hal ini dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan berhubungan langsung dengan garis egalitarian, tanpa terlebih dahulu
harus mencari fungsi distribusi dari masing-masing kurva. Fungsi dari hasil pendugaan langsung terhadap kurva tersebut dinamakan fungsi K-P.
Dari Kurva Lorenz juga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan yang diterima
oleh berbagai kelompok masyarakat, misalnya dengan menghitung rasio Gini. Rasio Gini adalah perbandingan antara luas daerah yang terletak antara kurva
Lorenz dan diagonal dengan luas daerah segitiga. Disamping itu, dari kurva Lorenz juga dapat diperoleh Indeks Williamson dengan menghitung proporsi
pendapatan perkapita tiap kelompok masyarakat dengan menggunakan penimbang proporsi penduduk sebagaimana yang akan dilakukan dalam penelitian ini.
Pada tahun 1965, Williamson memperkenalkan pengukuran ketimpangan pendapatan dengan menggunakan metode Indeks Williamson atau yang dikenal
dengan nama indeks CV
w
. Indeks CV
w
. yang dihasilkan dari suatu perhitungan akan sangat peka terhadap perbedaan data yang digunakan, sehingga angka yang
diperoleh cenderung lebih besar. Indeks ini biasanya digunakan dalam mengukur ketimpangan pendapatan antardaerah, namun pada penelitian ini akan dicoba
untuk mengukur ketimpangan pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat menurut jenis komoditi baik didaerah perdesaan maupun perkotaan.
Coefficient of variation atau CV merupakan ukuran ketimpangan lain yang memenuhi keempat kriteria seperti pada koefisien Gini. Keempat kriteria tersebut
adalah :
14
1. Prinsip anonimitas, yaitu ukuran ketimpangan seharusnya tidak tergantung
pada siapa yang memperoleh pendapatan lebih tinggi 2.
Prinsip independensi skala, yaitu ukuran ketimpangan seharusnya tidak tergantung pada ukuran perekonomian suatu negara.
3. Independensi populasi, yaitu ukuran ketimpangan seharusnya tidak
didasarkan pada jumlah penerima pendapatan. 4.
Transfer Pigou-Dalton, yaitu adanya asumsi bahwa semua pendapatan yang lain dianggap konstan.
CV lebih sering digunakan dalam statistik dan juga dalam studi konvergensi pendapatan internasional dan konvergensi indikator pembangunan yang lain
seperti tingkat harapan hidup dan tingkat melek huruf Todaro dan Smith, 2006.
2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu