Analisis Elastisitas Engel, Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan

40 pengolahan data pengeluaran hingga diperoleh kurva Pemusatan dan nilai dari elastisitas Engel.

4.2.2. Analisis Elastisitas Engel, Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan

Elastisitas pengeluaran yang diperoleh dari pengolahan dan penghitungan data pendapatan dan pengeluaran berdasarkan metode Engel untuk masing-masing komoditi baik pangan maupun nonpangan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5 untuk nilainya sedangkan Lampiran 16 hingga Lampiran 24 untuk grafiknya. Pada lampiran itu terlihat berbagai macam pola dari perubahan pengeluaran konsumsi pangan dan nonpangan sebagai akibat adanya perubahan tingkat pendapatan yang tertercermin pada nilai-nilai dari elastisitas pengeluaran atau yang dikenal dengan nama elastisitas Engel. Misalnya untuk Elastisitas Engel pada komoditi padi-padian dan umbi- umbian di daerah perdesaan dan perkotaan baik nilainya maupun grafiknya dapat dilihat di bawah ini. Dari tabel 4.3. tersebut terlihat bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima maka elastisitasnya semakin menurun. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan pendapatan pada golongan pendapatan tinggi tidak akan banyak pengaruhnya pada perubahan pengeluaran konsumsi padi- padian dan umbi-umbian. Namun pada tingkat pendapatan di atas Rp 300.000 untuk daerah perdesaan dan Rp 500.000 untuk daerah perkotaan, nilai elastisitasnya menjadi negatif, yang berarti bahwa jika pendapatan meningkat maka jumlah pengeluaran untuk komoditi padi-padian dan umbi-umbian malah terjadi penurunan. Kejadian ini seolah-olah menunjukan bahwa pengeluaran 41 konsumsi padi-padian dan umbi-umbian yang diolah sendiri mempunyai karakteristik seperti barang inferior. Hal ini diduga karena masyarakat yang mempunyai pendapatan cukup tinggi mulai beralih mengkonsumsi makanan dan minuman jadi yang dapat dibeli di warung atau rumah makan. Tabel 4.3. Elastisitas Engel Elastisitas Pengeluaran Komoditi Padi-padian dan Umbu-umbian menurut Golongan Tingkat Pendapatan di Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 Tingkat Pendapatan Padi-padian dan Umbi-umbian Perdesaan Perkotaan 1 2 3 4 1 100 000 0,531926985 0,093485205 2 100 000 - 149 999 0,386611978 0,091322763 3 150 000 - 199 999 0,273088468 0,082021306 4 200 000 - 299 999 0,120869907 0,057067750 5 300 000 - 499 999 -0,035021017 0,016259392 6 500 000 - 749 999 -0,108822557 -0,009678228 7 750 000 - 999 999 -0,134626692 -0,023573432 8 1 000 000 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas, 2008 diolah Nilai elastisitas Engel pada golongan tingkat pendapatan tertinggi yaitu pada tingkat pendapatan di atas Rp 1.000.000 tidak bisa ditentukan. Hal ini karena pada tingkat pendapatan di atas Rp 1.000.000 mempunyai θ = √2, sehingga pada saat √2-θ akan sama dengan 0. Untuk itu sebaiknya penggolongan tingkat pendapatan dapat dibuat lebih banyak lagi, namun karena keterbatasan data yang tersedia, maka hanya bisa diperoleh hasil sebagaimana yang terdapat pada penelitian ini. 42 -0,2 0,0 0,2 0,4 0,6 1 2 3 4 5 6 7 Tingkat Pendapatan El a st isi st a s Desa Kota Gambar 4.1. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Padi-padian dan Umbi-umbian untuk Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 Grafik Elastisitas Engel komoditi padi-padian dan umbi-umbian di atas terlihat bahwa baik untuk daerah perdesaan maupun perkotaan elastisitasnya cenderung menurun mengikuti kenaikan tingkat pendapatan, bahkan untuk daerah perdesaan penurunannya sangat tajam, artinya bahwa apabila terjadi perubahan tingkat pendapatan akan menimbulkan perubahan yang kecil saja pada pengeluaran konsumsi barang tersebut. Meskipun pada tingkat pendapatan di bawah Rp 300.000, daerah perdesaan lebih elastis dibanding dengan daerah perkotaan, namun pada tingkat pendapatan di atas Rp 300.000 untuk daerah perdesaan elastisitasnya lebih kecil bahkan sangat rendah, sedangkan untuk daerah perkotaan elastisitasnya cenderung stabil dan grafiknya cenderung datar. Pada tabel di Lampiran 5 dan grafik di Lampiran 16 hingga 24 terlihat bahwa komoditi pangan yang lain seperti ikan, daging, telur dan susu sebagai sumber protein mempunyai elastisitas Pengeluaran yang cenderung menurun seiring dengan semakin besar tingkat pendapatan, demikian juga untuk komoditi sayur-sayuran dan buah-buahan serta makanan dan minuman jadi yang mempunyai kecenderungan hampir sama, dimana semakin besar tingkat 43 pendapatan yang diterima maka elastisitas Pengeluarannya semakin menurun. Hal ini hampir sama baik untuk daerah perdesaan maupun perkotaan, meskipun untuk daerah perkotaan cenderung lebih besar elastisitasnya kecuali pada komoditi sayur-sayuran dan buah-buahan. Pada komoditi kelompok nonpangan seperti perumahan dan fasilitas rumah tangga, aneka barang dan jasa, pakaian, alas kaki dan penutup kepala serta barang-barang tahan lama mempunyai kecenderungan yang sama yaitu semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima maka akan semakin meningkat pula elastisitas Engelnya. Meskipun sampai pada tingkat pendapatan tertentu, elastisitas Pengeluarannya akan menurun kembali. Keadaan ini hampir sama baik untuk daerah perdesaan maupun perkotaan, meskipun untuk daerah perkotaan cenderung lebih besar elastisitasnya, terutama untuk komoditi perumahan dan fasilitas rumah tangga. Pada komoditi nonpangan yang mempunyai elastisitas Engelnya cukup besar adalah komoditi perumahan dan fasilitas rumah tangga, aneka barang dan jasa serta komoditi barang-barang tahan lama, dimana elastisitasnya hampir selalu di atas satu yang berarti pengeluaran untuk komoditi tersebut bersifat elastis atau mudah terpengaruh atas perubahan tingkat pendapatan. Gambaran atau ilustrasi tersebut berarti bahwa komoditi kelompok nonpangan akan semakin banyak digunakan dikonsumsi oleh masyarakat jika tingkat pendapatan mereka meningkat. Namun jika pendapatannya menurun, masyarakat akan lebih banyak mengurangi konsumsi komoditi nonpangan dan akan memfokuskan pada pemenuhan akan kebutuhan pangan. 44 Pola pengeluaran selain dapat dilihat dari elastisitas pengeluaran atau elastisitas Engel juga dapat ditunjukan dengan kurva Lorenz dan kurva Pemusatan. Dimana semakin melengkung kurva tersebut berarti semakin elastis atau semakin mudah berubah besarnya pengeluaran konsumsi suatu komoditi jika adanya perubahan tingkat pendapatan. Kurva Lorenz dan kurva Pemusatan untuk masing-masing komoditi baik pangan maupun nonpangan hasil pengolahan dan penghitungan data pendapatan dan pengeluaran berdasarkan fungsi K-P secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6 sampai Lampiran 15. Pada lampiran itu terlihat berbagai macam pola dari perubahan pengeluaran konsumsi pangan dan nonpangan sebagai akibat adanya perubahan tingkat pendapatan. Kurva Pemusatan untuk komoditi padi-padian dan umbi-umbian di daerah perdesaan dan perkotaan seperti yang ditunjukan pada Lampiran 6, memperlihatkan suatu tingkat elastisitas yang rendah atau mempunyai pengaruh yang relatif rendah jika terjadi perubahan tingkat pendapatan. Hal ini digambarkan oleh kurva Pemusatan yang relatif dekat dengan garis egalitarian garis diagonal. Bandingkan dengan kurva Pemusatan kelompok komoditi ikan, daging, telur dan susu serta komoditi makanan dan minuman jadi yang cenderung jauh dari garis egalitarian, dimana berarti mempunyai tingkat elastisitas yang lebih besar dibanding dengan komoditi padi-padian dan umbi-umbian. Elastisitas Pengeluaran untuk komoditi kelompok nonpangan yang digambarkan oleh kurva Pemusatan menunjukan suatu tingkat elastisitas yang rata-rata lebih tinggi dibanding dengan komoditi kelompok pangan. Misalnya untuk komoditi barang-barang tahan lama yang bentuk kurvanya yang relatif 45 cukup jauh dari garis egalitarian. Hal ini berarti bahwa besarnya pengeluaran untuk komoditi barang-barang tahan lama mudah terpengaruh oleh adanya perubahan tingkat pendapatan. Kurva Lorenz dan kurva Pemusatan juga dapat digunakan untuk mengindikasikan tingkat ketimpangan pendapatan dan pengeluaran. Misalnya kurva Lorenz untuk daerah perdesaan dan perkotaan seperti terlihat pada gambar 4.2. di bawah ini memperlihatkan adanya tingkat ketimpangan distribusi pendapatan untuk daerah perkotaan lebih besar jika dibandingkan dengan yang ada di daerah perdesaan. Hal ini dapat dilihat melalui kurva Lorenz untuk daerah perkotaan yang cenderung lebih jauh dari garis egalitarian atau kurvanya lebih melengkung dibandingkan dengan kurva Lorenz untuk daerah perdesaan. Perdesaan 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 Proporsi Penduduk P ro p o rs i P e n d a p a ta n Perkotaan 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 Proporsi Penduduk P ro p o rs i P e n d a p a ta n Gambar 4.2. Kurva Lorenz menurut Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 Di daerah perdesaan pada masyarakat yang mempunyai tingkat pendapatan di bawah Rp 500.000 terlihat bahwa lebih dari 90 persen masyarakat yang berada pada tingkatan tersebut hanya menikmati 77 persen dari seluruh pendapatan perdesaan. Hal ini berarti bahwa pada tingkat pendapatan tersebut 46 masyarakat di daerah perdesaan mempunyai ketimpangan yang cukup besar. Sedangkan di daerah perkotaan pada masyarakat yang mempunyai tingkat pendapatan di bawah Rp 1.000.000 terlihat bahwa lebih dari 92 persen masyarakat yang berada pada tingkatan tersebut hanya menikmati 75 persen dari seluruh pendapatan perkotaan. Hal ini berarti bahwa pada tingkat pendapatan tersebut masyarakat di daerah perkotaan mempunyai ketimpangan yang cukup besar.

4.3. Analisis Ketimpangan Williamson CVw