Analisis Perilaku Konsumen serta Ketimpangan Konsumsi Pangan dan Nonpangan Antardesa dan Kota di Indonesia Tahun 2008

(1)

TAHUN 2008

OLEH BARUDIN H14094011

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

ii

RINGKASAN

BARUDIN. Analisis Perilaku Konsumen serta Ketimpangan Konsumsi Pangan dan Nonpangan Antardesa dan Kota di Indonesia Tahun 2008 (dibimbing oleh

Sri Mulatsih).

Bidang perilaku konsumen, mempelajari bagaimana para individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli dan menggunakan barang dan jasa yang dapat memberikan kepuasan dan keinginan mereka. Hal ini tidak cukup mudah untuk memahami perilaku konsumen, karena sering kali apa yang dikemukakan oleh konsumen tentang kebutuhan dan keinginan mereka berbeda dengan tindakan yang mereka ambil.

Untuk mengetahui tingkah laku dari konsumen terhadap jenis barang atau komoditi tertentu, diperlukan data mengenai pendapatan perkapita dan pengeluaran konsumsi perkapita untuk setiap jenis barang atau komoditi tertentu yang dikelompokan menurut golongan pendapatan pada waktu tertentu. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section mengenai pengeluaran rata-rata konsumsi perkapita atas berbagai jenis komoditi yang berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2008.

Metode yang digunakan untuk menganalisis perubahan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu jenis komoditi tertentu jika tingkat pendapatan berubah adalah teori Elastisitas Engel yang dihitung dari fungsi Engel. Elastisitas ini diperoleh dengan menggunakan persamaan Kakwani and Podder yang diperoleh dari Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan yang telah ditransformasikan koordinatnya dari X dan Y menjadi  dan θ.

Dari hasil pengolahan dengan metode tersebut diperoleh gambaran bahwa besarnya persentase pengeluaran untuk barang-barang kelompok pangan, yang diwakili oleh empat komoditi yang persentasenya terbesar dan merupakan barang-barang kebutuhan pokok bagi masyarakat yaitu : (1). Padi-padian dan umbi-umbian, (2). Ikan, daging, telur dan susu, (3). Sayur-sayuran dan buah-buahan serta (4). Makanan dan minuman jadi dan juga (5). Total komoditi makanan secara keseluruhan, menunjukan kecenderungan yang semakin menurun seiring dengan bertambahnya tingkat pendapatan yang diterima. Sedangkan untuk kelompok komoditi nonpangan yang diwakili oleh empat komoditi terbesar persentasenya dan termasuk barang-barang kebutuhan yang penting bagi masyarakat yaitu : (1). Perumahan dan fasilitas rumah tangga, (2). Aneka barang dan jasa, (3). Pakaian, alas kaki dan tutup kepala serta (4). Barang-barang tahan lama disertakan juga (5). Total komoditi bukan makanan, menunjukan kecenderungan yang rata-rata semakin meningkat bersamaan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Keadaan ini hampir sama untuk daerah perdesaan maupun perkotaan.

Elastisitas Engel yang diperoleh menunjukan bahwa rata-rata komoditi kelompok pangan elastisitasnya lebih rendah dan cenderung menurun pada tingkat


(3)

pendapatan yang lebih besar dibanding dengan komoditi kelompok nonpangan yang elastisitas Engelnya lebih tinggi. Kelompok komoditi nonpangan rata-rata mempunyai elastisitas yang cenderung meningkat sampai pada tingkat tertentu dan akhirnya menurun kembali dengan semakin bertambahnya tingkat pendapatan yang diterima, meskipun ada beberapa komoditi yang akhirnya meningkat kembali seperti pakaian, alas kaki dan tutup kepala baik didaerah didaerah perdesaan maupun perkotaan. Pola elastisitas pengeluaran antara daerah perdesaan dan perkotaan hampir sama, namun untuk daerah perkotaan rata-rata cenderung lebih tinggi dibanding daerah perdesaan dan juga cukup berfluktuatif bahkan grafiknya sempat berpotongan pada beberapa tingkat pendapatan yang berbeda kecuali untuk komoditi perumahan dan fasilitas rumah tangga.

Kurva Lorenz dan kurva Pemusatan yang diperoleh berdasarkan fungsi K-P menunjukan tingkat ketimpangan yang rata-rata lebih besar untuk daerah perkotaan dibanding dengan daerah perdesaan. Hal ini ditunjukan dengan semakin melengkung kurva tersebut atau semakin jauh dari garis diagonal (egalitarian). Begitu juga untuk komoditi nonpangan yang rata-rata mempunyai kurva Pemusatan jauh dari garis diagonal, terutama untuk komoditi barang-barang tahan lama dibanding dengan komoditi pangan yang cenderung labih merata. Kurva Pemusatan yang cenderung menjauh dari garis diagonal berarti juga bahwa pengeluaran komoditi tersebut lebih mudah terpengaruh dengan adanya perubahan tingkat pendapatan atau dapat dikatakan lebih elastis.

Tingkat ketidakmerataan pendapatan dan pengeluaran konsumsi antara kota dan desa pada berbagai tingkat pendapatan memperlihatkan ketimpangan yang lebih besar untuk daerah perkotaan dibandingkan untuk daerah perdesaan, kecuali pada komoditi padi-padian dan umbi-umbian mempunyai ketimpangan lebih besar didaerah perdesaan. Ketimpangan yang cukup tinggi terjadi pada pengeluaran konsumsi nonpangan, terutama untuk barang-barang tahan lama. Sedangkan komoditi pangan baik daerah perdesaan maupun perkotaan, mempunyai ketimpangan yang lebih rendah, terutama komoditi padi-padian dan umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat mempunyai ketimpangan yang rendah sekali yaitu dibawah 0,1. Hal ini berarti bahwa konsumsi masyarakat akan padi-padian dan umbi-umbian sebagai makanan pokok mempunyai distribusi yang cukup merata.


(4)

iv

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA

KETIMPANGAN KONSUMSI PANGAN DAN NONPANGAN

ANTARDESA DAN KOTA DI INDONESIA

TAHUN 2008

OLEH BARUDIN H14094011

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(5)

Judul Skripsi : Analisis Perilaku Konsumen serta Ketimpangan Konsumsi Pangan dan Nonpangan Antardesa dan Kota di Indonesia Tahun 2008

Nama Mahasiswa : Barudin

Nomor Registrasi Pokok : H14094011

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr. NIP. 19640529 198903 2 001

Menyetujui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP. 19641022 198903 1 003


(6)

vi

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Oktober 2009

Barudin H14094011


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Barudin lahir pada tanggal 01 Oktober 1970 di Pemalang, sebuah kabupaten yang berada di pantai utara Provinsi Jawa Tengah. Penulis adalah anak terakhir dari empat bersaudara, dari pasangan Tasiban dan Andriyah. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri 01 Pesantren hingga tamat, kemudian melanjutkan ke SMP Islam Comal dan tamat pada tahun 1988. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA negeri 01 Pemalang dan tamat pada tahun 1991. Pada tahun 2000 penulis menamatkan pendidikan Diploma III di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta dan setahun kemudian di tempat yang sama, penulis menamatkan pendidikan Diploma IV dengan gelar Sarjana Sains Terapan (SST).

Setelah tamat STIS, penulis bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) yang berkedudukan di jalan Dr. Soetomo No. 6-8 Jakarta pada Subdirektorat Statistik Pariwisata hingga sekarang. Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor untuk melanjutkan ke program S2. Tapi sebelum mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti program alih jenjang dari Diploma IV ke Strata1 (sarjana).


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Ucapan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Analisis Perilaku Konsumen serta Ketimpangan Konsumsi Pangan dan Nonpangan Antardesa

dan Kota di Indonesia”. Perilaku konsumen dan ketimpangannya merupakan

suatu hal yang menarik karena dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan suatu wilayah. Disamping itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Sri Mulatsih sebagai pembimbing skripsi yang telah mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga secara sabar dan sepenuh hati dalam memberikan bimbingan, saran dan nasehat kepada penulis.

2. Bapak Dr. Muhammad Findi A. sebagai dosen penguji yang telah berkenan memberikan masukan dan saran yang sangat bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Sekretariat Program Ilmu Ekonomi, terutama Penyelenggara Program Pra-S2 Mayor Ilmu Ekonomi serta seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB yang telah banyak membantu penulis. 4. Kepala pusdiklat BPS beserta jajarnnya yang senantiasa memberikan

bantuan baik moral maupun materiil.

5. Direktur Statistik Keuangan, Teknologi Informasi dan Pariwisata yang selalu mendorong untuk senantiasa bekerja keras dan berdisiplin tinggi. 6. Orang tua penulis yang selalu memberikan semangat dan dorongan.

7. Yuliastuti, Nabilah dan Dzaky, istri dan kedua buah hati penulis, sebagai inspirasi dalam penulisan ini yang telah memberikan curahan kasih sayang dan doa yang tulus.


(9)

8. Rekan-rekan mahasiswa/si dan semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran hingga terselesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tidak ada satupun yang sempurna, begitu juga skripsi ini masih banyak kekurangan baik materi maupun susunannya. Oleh karena itu segala bentuk kritik, masukan dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk evaluasi dan perbaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap bahwa apa yang telah penulis kerjakan ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat kepada berbagai pihak khususnya bagi penulis sendiri dan menjadi landasan yang baik menuju tahap berikutnya.

Bogor, Oktober 2009

Barudin H14094011


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……....…….………... xii

DAFTAR GAMBAR ……….………...……… xiii

I. PENDAHULUAN ……….……… 1

1.1. Latar Belakang ……….……….………. 1

1.2. Perumusan Masalah ……….……….. 5

1.3. Tujuan ……….……... 7

1.4. Manfaat Penelitian ……….……… 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …… 9

2.1. Tinjauan Teori-teori ………..………. 9

2.1.1. Konsumsi Masyarakat …..……… 9

2.1.2. Utilitas dan Pilihan ………...……… 9

2.1.3. Permintaan Individu …..………... 11

2.1.4. Ketimpangan Pendapatan dan Pengeluaran ….… 12

2.2. Penelitian-penelitian Terdahulu ………...………….. 14

2.3. Kerangka Pemikiran ………... 15

2.3.1. Model Penelitian …..……… 15

2.3.2. Definisi Peubah Operasional ……… 17

2.4. Hipotesis ……….……… 20

III. METODE PENELITIAN ………...… 21

3.1. Jenis dan Sumber Data ………..………. 21

3.2. Metode Analisis ………...………….. 21

3.2.1. Analisis Engel ……..……… 22

3.2.2. Analisis Indeks Williamson (CVw) ……..……… 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………..……...… 31

4.1. Pola Konsumsi Rumah Tangga ………..…..………. 32

4.2. Analisis Engel ………...………...………….. 38

4.2.1. Deskripsi Hasil Penghitungan Fungsi K-P untuk Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan ……..…..… 38


(11)

TAHUN 2008

OLEH BARUDIN H14094011

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(12)

ii

RINGKASAN

BARUDIN. Analisis Perilaku Konsumen serta Ketimpangan Konsumsi Pangan dan Nonpangan Antardesa dan Kota di Indonesia Tahun 2008 (dibimbing oleh

Sri Mulatsih).

Bidang perilaku konsumen, mempelajari bagaimana para individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli dan menggunakan barang dan jasa yang dapat memberikan kepuasan dan keinginan mereka. Hal ini tidak cukup mudah untuk memahami perilaku konsumen, karena sering kali apa yang dikemukakan oleh konsumen tentang kebutuhan dan keinginan mereka berbeda dengan tindakan yang mereka ambil.

Untuk mengetahui tingkah laku dari konsumen terhadap jenis barang atau komoditi tertentu, diperlukan data mengenai pendapatan perkapita dan pengeluaran konsumsi perkapita untuk setiap jenis barang atau komoditi tertentu yang dikelompokan menurut golongan pendapatan pada waktu tertentu. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section mengenai pengeluaran rata-rata konsumsi perkapita atas berbagai jenis komoditi yang berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2008.

Metode yang digunakan untuk menganalisis perubahan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi suatu jenis komoditi tertentu jika tingkat pendapatan berubah adalah teori Elastisitas Engel yang dihitung dari fungsi Engel. Elastisitas ini diperoleh dengan menggunakan persamaan Kakwani and Podder yang diperoleh dari Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan yang telah ditransformasikan koordinatnya dari X dan Y menjadi  dan θ.

Dari hasil pengolahan dengan metode tersebut diperoleh gambaran bahwa besarnya persentase pengeluaran untuk barang-barang kelompok pangan, yang diwakili oleh empat komoditi yang persentasenya terbesar dan merupakan barang-barang kebutuhan pokok bagi masyarakat yaitu : (1). Padi-padian dan umbi-umbian, (2). Ikan, daging, telur dan susu, (3). Sayur-sayuran dan buah-buahan serta (4). Makanan dan minuman jadi dan juga (5). Total komoditi makanan secara keseluruhan, menunjukan kecenderungan yang semakin menurun seiring dengan bertambahnya tingkat pendapatan yang diterima. Sedangkan untuk kelompok komoditi nonpangan yang diwakili oleh empat komoditi terbesar persentasenya dan termasuk barang-barang kebutuhan yang penting bagi masyarakat yaitu : (1). Perumahan dan fasilitas rumah tangga, (2). Aneka barang dan jasa, (3). Pakaian, alas kaki dan tutup kepala serta (4). Barang-barang tahan lama disertakan juga (5). Total komoditi bukan makanan, menunjukan kecenderungan yang rata-rata semakin meningkat bersamaan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Keadaan ini hampir sama untuk daerah perdesaan maupun perkotaan.

Elastisitas Engel yang diperoleh menunjukan bahwa rata-rata komoditi kelompok pangan elastisitasnya lebih rendah dan cenderung menurun pada tingkat


(13)

pendapatan yang lebih besar dibanding dengan komoditi kelompok nonpangan yang elastisitas Engelnya lebih tinggi. Kelompok komoditi nonpangan rata-rata mempunyai elastisitas yang cenderung meningkat sampai pada tingkat tertentu dan akhirnya menurun kembali dengan semakin bertambahnya tingkat pendapatan yang diterima, meskipun ada beberapa komoditi yang akhirnya meningkat kembali seperti pakaian, alas kaki dan tutup kepala baik didaerah didaerah perdesaan maupun perkotaan. Pola elastisitas pengeluaran antara daerah perdesaan dan perkotaan hampir sama, namun untuk daerah perkotaan rata-rata cenderung lebih tinggi dibanding daerah perdesaan dan juga cukup berfluktuatif bahkan grafiknya sempat berpotongan pada beberapa tingkat pendapatan yang berbeda kecuali untuk komoditi perumahan dan fasilitas rumah tangga.

Kurva Lorenz dan kurva Pemusatan yang diperoleh berdasarkan fungsi K-P menunjukan tingkat ketimpangan yang rata-rata lebih besar untuk daerah perkotaan dibanding dengan daerah perdesaan. Hal ini ditunjukan dengan semakin melengkung kurva tersebut atau semakin jauh dari garis diagonal (egalitarian). Begitu juga untuk komoditi nonpangan yang rata-rata mempunyai kurva Pemusatan jauh dari garis diagonal, terutama untuk komoditi barang-barang tahan lama dibanding dengan komoditi pangan yang cenderung labih merata. Kurva Pemusatan yang cenderung menjauh dari garis diagonal berarti juga bahwa pengeluaran komoditi tersebut lebih mudah terpengaruh dengan adanya perubahan tingkat pendapatan atau dapat dikatakan lebih elastis.

Tingkat ketidakmerataan pendapatan dan pengeluaran konsumsi antara kota dan desa pada berbagai tingkat pendapatan memperlihatkan ketimpangan yang lebih besar untuk daerah perkotaan dibandingkan untuk daerah perdesaan, kecuali pada komoditi padi-padian dan umbi-umbian mempunyai ketimpangan lebih besar didaerah perdesaan. Ketimpangan yang cukup tinggi terjadi pada pengeluaran konsumsi nonpangan, terutama untuk barang-barang tahan lama. Sedangkan komoditi pangan baik daerah perdesaan maupun perkotaan, mempunyai ketimpangan yang lebih rendah, terutama komoditi padi-padian dan umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat mempunyai ketimpangan yang rendah sekali yaitu dibawah 0,1. Hal ini berarti bahwa konsumsi masyarakat akan padi-padian dan umbi-umbian sebagai makanan pokok mempunyai distribusi yang cukup merata.


(14)

iv

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SERTA

KETIMPANGAN KONSUMSI PANGAN DAN NONPANGAN

ANTARDESA DAN KOTA DI INDONESIA

TAHUN 2008

OLEH BARUDIN H14094011

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(15)

Judul Skripsi : Analisis Perilaku Konsumen serta Ketimpangan Konsumsi Pangan dan Nonpangan Antardesa dan Kota di Indonesia Tahun 2008

Nama Mahasiswa : Barudin

Nomor Registrasi Pokok : H14094011

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr. NIP. 19640529 198903 2 001

Menyetujui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP. 19641022 198903 1 003


(16)

vi

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Bogor, Oktober 2009

Barudin H14094011


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Barudin lahir pada tanggal 01 Oktober 1970 di Pemalang, sebuah kabupaten yang berada di pantai utara Provinsi Jawa Tengah. Penulis adalah anak terakhir dari empat bersaudara, dari pasangan Tasiban dan Andriyah. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri 01 Pesantren hingga tamat, kemudian melanjutkan ke SMP Islam Comal dan tamat pada tahun 1988. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA negeri 01 Pemalang dan tamat pada tahun 1991. Pada tahun 2000 penulis menamatkan pendidikan Diploma III di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta dan setahun kemudian di tempat yang sama, penulis menamatkan pendidikan Diploma IV dengan gelar Sarjana Sains Terapan (SST).

Setelah tamat STIS, penulis bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) yang berkedudukan di jalan Dr. Soetomo No. 6-8 Jakarta pada Subdirektorat Statistik Pariwisata hingga sekarang. Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor untuk melanjutkan ke program S2. Tapi sebelum mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti program alih jenjang dari Diploma IV ke Strata1 (sarjana).


(18)

viii

KATA PENGANTAR

Ucapan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Analisis Perilaku Konsumen serta Ketimpangan Konsumsi Pangan dan Nonpangan Antardesa

dan Kota di Indonesia”. Perilaku konsumen dan ketimpangannya merupakan

suatu hal yang menarik karena dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan suatu wilayah. Disamping itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Sri Mulatsih sebagai pembimbing skripsi yang telah mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga secara sabar dan sepenuh hati dalam memberikan bimbingan, saran dan nasehat kepada penulis.

2. Bapak Dr. Muhammad Findi A. sebagai dosen penguji yang telah berkenan memberikan masukan dan saran yang sangat bermanfaat dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Sekretariat Program Ilmu Ekonomi, terutama Penyelenggara Program Pra-S2 Mayor Ilmu Ekonomi serta seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB yang telah banyak membantu penulis. 4. Kepala pusdiklat BPS beserta jajarnnya yang senantiasa memberikan

bantuan baik moral maupun materiil.

5. Direktur Statistik Keuangan, Teknologi Informasi dan Pariwisata yang selalu mendorong untuk senantiasa bekerja keras dan berdisiplin tinggi. 6. Orang tua penulis yang selalu memberikan semangat dan dorongan.

7. Yuliastuti, Nabilah dan Dzaky, istri dan kedua buah hati penulis, sebagai inspirasi dalam penulisan ini yang telah memberikan curahan kasih sayang dan doa yang tulus.


(19)

8. Rekan-rekan mahasiswa/si dan semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran hingga terselesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tidak ada satupun yang sempurna, begitu juga skripsi ini masih banyak kekurangan baik materi maupun susunannya. Oleh karena itu segala bentuk kritik, masukan dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk evaluasi dan perbaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap bahwa apa yang telah penulis kerjakan ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat kepada berbagai pihak khususnya bagi penulis sendiri dan menjadi landasan yang baik menuju tahap berikutnya.

Bogor, Oktober 2009

Barudin H14094011


(20)

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……....…….………... xii

DAFTAR GAMBAR ……….………...……… xiii

I. PENDAHULUAN ……….……… 1

1.1. Latar Belakang ……….……….………. 1

1.2. Perumusan Masalah ……….……….. 5

1.3. Tujuan ……….……... 7

1.4. Manfaat Penelitian ……….……… 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …… 9

2.1. Tinjauan Teori-teori ………..………. 9

2.1.1. Konsumsi Masyarakat …..……… 9

2.1.2. Utilitas dan Pilihan ………...……… 9

2.1.3. Permintaan Individu …..………... 11

2.1.4. Ketimpangan Pendapatan dan Pengeluaran ….… 12

2.2. Penelitian-penelitian Terdahulu ………...………….. 14

2.3. Kerangka Pemikiran ………... 15

2.3.1. Model Penelitian …..……… 15

2.3.2. Definisi Peubah Operasional ……… 17

2.4. Hipotesis ……….……… 20

III. METODE PENELITIAN ………...… 21

3.1. Jenis dan Sumber Data ………..………. 21

3.2. Metode Analisis ………...………….. 21

3.2.1. Analisis Engel ……..……… 22

3.2.2. Analisis Indeks Williamson (CVw) ……..……… 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………..……...… 31

4.1. Pola Konsumsi Rumah Tangga ………..…..………. 32

4.2. Analisis Engel ………...………...………….. 38

4.2.1. Deskripsi Hasil Penghitungan Fungsi K-P untuk Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan ……..…..… 38


(21)

4.2.2. Analisis Elastisitas Engel, Kurva Lorenz dan Kurva

Pemusatan ……….………....……… 40

4.2.3. Analisis Ketimpangan Williamson (CVw) …...… 46

V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….………… 50

5.1. Kesimpulan ……….……….……….………. 50

5.2. Saran ……….……….. 53

DAFTAR PUSTAKA ……....…….…………...………... 55


(22)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

4.1. Persentase Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan menurut Kelompok Barang dan Golongan Pendapatan Perkapita Sebulan

Tahun 2008 ………...……….……… 33

4.2. Estimasi Koefisien Fungsi K-P untuk Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan menurut Daerah Perdesaan dan Perkotaan serta Kelompok Komoditi Makanan dan Bukan Makanan, 2008 …..… 38 4.3. Elastisitas Engel (Elastisitas Pengeluaran) Komoditi Padi-padian

dan Umbi-umbian menurut Golongan Tingkat Pendapatan di Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………….…..………..… 41 4.4. Indeks Ketimpangan Williamson pada Beberapa Jenis Komoditi


(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Maksimalisasi Utilitas ………..…..… 11 2.2. Kerangka Pemikiran mengenai Perilaku Konsumen …………..… 16

2.3. Kurva Lorenz ………...… 18

4.1. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Padi-padian dan Umbi-umbian untuk Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...…

42 4.2. Kurva Lorenz menurut Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 … 45 4.3. Grafik Indeks Williamson pada Beberapa Jenis Komoditi menurut

Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ……...…...…………...…


(24)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Pengeluaran Rata-rata Perkapita menurut Kelompok Barang dan Golongan Pendapatan Perkapita Sebulan di Daerah Perdesaan dan

Perkotaan, 2008 …...….….……….………

57

2. Penghitungan Fungsi K-P untuk Pendapatan (Total Pengeluaran) Perkapita Serbulan di Daerah Perkotaan, 2008 ………..…… 58 3. Contoh Penghitungan Fungsi K-P, Kurva Pemusatan dan Elastisitas

Engel Komoditi Padi-padian dan Umbi-umbian di Daerah

Perkotaan, 2008 ………...…………....…...… 59

4. Penghitungan Fungsi K-P untuk Pengeluaran Konsumsi Perkapita Perbulan Komoditi Padi-padian dan Umbi-umbian di Daerah

Perkotaan, 2008 …...………..………...…

62

5. Elastisitas Engel (Elastisitas Pengeluaran) menurut Komoditi Makanan dan Bukan Makanan di Daerah Perdesaan dan Perkotaan,

2008 ……….…...…

63

6. Kurva Pemusatan Komoditi Padi-padian dan Umbi-umbian

menurut Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...… 65 7. Kurva Pemusatan Komoditi Ikan, Daging, Telur dan Susu menurut

Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...…...… 65 8. Kurva Pemusatan Komoditi Sayur-sayuran dan Buah-buahan

menurut Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...… 66 9. Kurva Pemusatan Komoditi Makanan dan Minuman Jadi menurut

Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………....…...… 66 10. Kurva Pemusatan Komoditi Total Makanan menurut Daerah

Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………..……...… 67 11. Kurva Pemusatan Komoditi Perumahan dan Fasilitas Rumah

Tangga menurut Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ……..… 67 12. Kurva Pemusatan Komoditi Aneka Barang dan Jasa menurut

Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...…...… 68 13. Kurva Pemusatan Komoditi Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala


(25)

Nomor Halaman

14. Kurva Pemusatan Komoditi Barang-barang Tahan Lama menurut Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………..…...… 69 15. Kurva Pemusatan Komoditi Total Bukan Makanan menurut Daerah

Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………..……… 69 16. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Ikan, Daging, Telur dan Susu di

Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………..…...…… 70 17. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Sayur-sayuran dan Buah-buahan

di Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...…...… 70 18. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Makanan dan Minuman Jadi di

Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 …...……..……...…...… 71 19. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Total Makanan di Daerah

Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...…………...… 71 20. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Perumahan dan Fasilitas Rumah

Tangga di Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ……… 72 21. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Aneka Barang dan Jasa di

Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...……...… 72 22. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Pakaian, Alas Kaki dan Tutup

Kepala di Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ….………...… 73 23. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Barang-barang Tahan Lama di

Daerah Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ……..…………....…...… 73 24. Grafik Elastisitas Engel Komoditi Total Bukan Makanan di Daerah

Perdesaan dan Perkotaan, 2008 ………...…...… 74 25. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pendapatan di Daerah Perdesaan,

2008 ………...….……...… 74

26. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi

Padi-padian dan Umbi-umbian di Daerah Perdesaan, 2008 ….…...… 75 27. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Ikan,

Daging, Telur dan Susu di Daerah Perdesaan, 2008 …….…….… 75 28. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi


(26)

xvi

Nomor Halaman

29. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Makanan

dan Minuman Jadi di Daerah Perdesaan, 2008 …….………. 76 30. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Total

Makanan di Daerah Perdesaan, 2008 ………...……….…. 77 31. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi

Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga di Daerah Perdesaan, 2008 77

32. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Aneka

Barang dan Jasa di Daerah Perdesaan, 2008 ………..……… 78 33. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Pakaian,

Alas Kaki dan Tutup Kepala di Daerah Perdesaan, 2008 ……..… 78 34. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi

Barang-barang Tahan Lama di Daerah Perdesaan, 2008 ……… 79 35. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Total

Bukan Makanan di Daerah Perdesaan, 2008 …...…………...…… 79 36. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pendapatan di Daerah Perkotaan,

2008 ……….………...… 80

37. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi

Padi-padian dan Umbi-umbian di Daerah Perkotaan, 2008 ….…...… 80 38. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Ikan,

Daging, Telur dan Susu di Daerah Perkotaan, 2008 ….……….… 81 39. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi

Sayur-sayuran dan Buah-buahan di Daerah Perkotaan, 2008. …………. 81 40. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Makanan

dan Minuman Jadi di Daerah Perkotaan, 2008 ….………. 82 41. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Total

Makanan di Daerah Perkotaan, 2008 ………...……….…. 82 42. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi

Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga di Daerah Perkotaan, 2008 83

43. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Aneka


(27)

Nomor Halaman

44. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Pakaian,

Alas Kaki dan Tutup Kepala di Daerah Perkotaan, 2008 ……..… 84 45. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi

Barang-barang Tahan Lama di Daerah Perkotaan, 2008 ……… 84 46. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Total


(28)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari banyak dari individu, perusahaan, dan

masyarakat akan selalu menghadapi persoalan-persoalan yang bersifat ekonomi,

yaitu persoalan yang menghendaki seseorang, suatu perusahaan atau suatu

masyarakat tertentu membuat keputusan tentang bagaimana caranya agar

penggunaan sumber-sumber daya atau pendapatan yang jumlahnya terbatas dapat

digunakan untuk memperoleh barang dan jasa yang dapat memberikan kepuasan

dan kemakmuran yang maksimum dari suatu kegiatan ekonomi. Kegiatan

ekonomi meliputi usaha seseorang, suatu perusahaan, atau suatu masyarakat untuk

memproduksi barang dan jasa serta mendistribusikannya maupun menggunakan

(mengkonsumsi) barang dan jasa tersebut oleh konsumen.

Setiap hari banyak dijumpai anggota masyarakat berusaha untuk

mendapatkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku mereka

merupakan salah satu variabel yang besar pengaruhnya dalam pasar dan bahkan

dalam perekonomian secara keseluruhan. Kegiatan ini tidak saja bermanfaat dan

menguntungkan bagi sektor rumah tangga tetapi juga bermanfaat bagi produsen,

lembaga keuangan, dan pemerintah.

Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam setiap masyarakat mempunyai

jumlah kebutuhan yang tidak terbatas. Biasanya manusia tidak pernah merasa

puas dengan mendapatkan barang dan jasa yang mereka peroleh dan prestasi yang


(29)

keinginan-keinginan baru akan muncul. Di negara-negara yang sedang

berkembang keadaan seperti itu memang hal yang biasa. Konsumsi makanan yang

masih rendah dan kondisi perumahan yang kurang memadahi mendorong

masyarakat untuk berusaha mencapai taraf hidup yang lebih tinggi. Akan tetapi

negara-negara yang kaya seperti Amerika dan Jepang pun, masyarakatnya masih

mempunyai keinginan untuk mencapai kemakmuran yang lebih tinggi dari apa

yang bisa mereka capai sekarang ini.

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, dimana

dinamika perekonomian Indonesia pada tahun 2008 dibayangi oleh tekanan yang

cukup berat, terimbas oleh ketidakpastian pasar finansial global yang meningkat,

proses perlambatan ekonomi dunia yang signifikan, dan perubahan harga

komoditas global yang sangat drastis. Meskipun secara keseluruhan mampu

tumbuh hampir menyamai tahun sebelumnya, dimana pertumbuhan ekonomi

Indonesia secara keseluruhan tumbuh mencapai 6,1 persen pada 2008 atau sedikit

lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 6,3 persen. Kuatnya

tekanan yang berasal dari sumber eksternal tercermin pada kinerja neraca

pembayaran yang menurun, nilai tukar yang cenderung melemah dan inflasi yang

tinggi. Namun demikian, perkembangan ekonomi Indonesia tidaklah terlampau

buruk dibandingkan negara lain. Hal itu terutama terkait dengan masih kuatnya

permintaan domestik yang didukung oleh respons kebijakan fiskal dan moneter

yang relatif berhati-hati dan konsisten.Jika dilihat dari sumbernya, pertumbuhan


(30)

3

Dilihat dari distribusi PDB, pangsa konsumsi swasta masih dominan dan

merupakan kontributor terbesar terhadap total pertumbuhan ekonomi pada tahun

2008, meskipun cenderung menurun dibanding dengan tahun 2007. Di sisi

permintaan, imbas pelemahan permintaan global yang terjadi masih mampu

diimbangi oleh tingginya harga komoditas dunia sampai dengan paruh pertama

tahun 2008. Seiring dengan itu, ekspor dan investasi tumbuh meningkat.

Tingginya pertumbuhan ekspor dan investasi mendorong kenaikan daya beli

masyarakat sehingga konsumsi rumah tangga mampu tumbuh relatif tinggi di

paruh pertama 2008. Namun pada paruh kedua tahun 2008, merosotnya

pertumbuhan ekonomi global dan tingginya faktor ketidakpastian di pasar

finansial berimbas buruk pada ekspor Indonesia sehingga melambat secara

signifikan terutama pada triwulan IV-2008. Memburuknya prospek perekonomian

dunia tersebut pada gilirannya juga mendorong pengusaha untuk menunda

pengeluaran investasi dan meningkatkan efisiensi sehingga pertumbuhan investasi

melambat dan berimbas pada turunnya daya beli masyarakat, bahkan memicu

terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menekan pertumbuhan

konsumsi masyarakat.

Sementara itu, melonjaknya harga minyak dan komoditas pangan dunia

berimbas pada tingginya inflasi IHK Indonesia yang mencapai 11,06 persen pada

tahun 2008. Berdasarkan disagregasi, kenaikan inflasi IHK terutama didorong

oleh meningkatnya harga-harga yang diatur Pemerintah (administered prices).

Sumbangan kelompok administered prices mencatat peningkatan hingga


(31)

tahun 2008. Kenaikan ini dipicu oleh tingginya lonjakan harga minyak dunia yang

memaksa Pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar 28,7

persen pada Mei 2008. Dampak kenaikan minyak juga diperparah oleh terjadinya

kelangkaan pasokan komoditas terkait seperti minyak tanah dan LPG di beberapa

daerah. Disamping dampak langsung (first round effect) sebesar 1,22 persen,

kenaikan harga BBM juga memengaruhi kenaikan tarif angkutan sebesar 0,82

persen (second round effect). Meskipun kondisi pasokan relatif terkendali,

kenaikan harga pangan dunia juga mendorong peningkatan sumbangan kelompok

volatile food dari 2,09 persen menjadi 2,59 persen. Beberapa faktor tersebut juga

mendorong kenaikan inflasi inti sebesar 1,73 persen dari 6,29 persen pada tahun

2007 menjadi 8,29 persen pada tahun 2008. Faktor lain yang mendorong kenaikan

inflasi inti adalah meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat terkait dengan

kenaikan harga komoditas pangan dunia dan gangguan distribusi pasokan (Bank

Indonesia, 2008).

Pada tahun 2008 konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Tingginya konsumsi rumah tangga ditopang oleh

stabilnya daya beli masyarakat dan membaiknya tingkat keyakinan konsumen.

Faktor yang menopang daya beli masyarakat antara lain adalah meningkatnya

pendapatan akibat lonjakan harga komoditas ekspor, kenaikan tingkat penghasilan

pekerja kelas menengah ke atas dan implementasi penyaluran BLT (bantuan

langsung tunai) oleh Pemerintah. Peningkatan daya beli juga terindikasi dari

pertumbuhan disposable income riil yang cenderung meningkat. Searah dengan


(32)

5

mengindikasikan kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara

itu, tingkat keyakinan konsumen yang sempat melemah akibat kenaikan harga

BBM pada pertengahan tahun kembali membaik sejalan dengan membaiknya

daya beli dan ekspektasi penghasilan ke depan.

Perubahan yang terjadi pada perilaku konsumen dalam mengkonsumsi

pangan dan nonpangan serta ketidakmerataan konsumsi komoditi tersebut

merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukan tingkat kesejahteraan

masyarakat secara umum. Pengeluaran konsumsi pada berbagai jenis komoditi

pangan menggambarkan pemenuhan kebutuhan gizi, sedangkan pengeluaran

untuk konsumsi kelompok komoditi nonpangan menggambarkan tingkat

kesejahteraan masyarakat.

Penggunaan pendekatan tingkat pengeluaran konsumsi atas pangan dan

nonpangan diharapkan tingkat kesejahteraan masyarakat dapat digambarkan

secara lebih baik dan representatif. Beberapa peneliti telah melakukan analisis ini

diantaranya Engel dan Beckerman. Disamping itu juga perlu dilihat tingkat

pemerataan konsumsi masyarakat terhadap komoditi tersebut. Berdasarkan uraian

diatas, maka dianggap perlu untuk melakukan suatu analisis guna mengetahui

lebih dalam perubahan pola pengeluaran konsumsi masyarakat baik untuk

komoditi pangan maupun nonpangan sebagai akibat adanya perubahan tingkat

pendapatan yang diterima masyarakat beserta tingkat pemerataannya.

1.2. Perumusan Masalah

Beberapa aspek yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan


(33)

konsumsi beserta tingkat pemerataannya. Besarnya tingkat pendapatan seseorang

sangat menentukan besarnya tingkat dan pola konsumsi rumah tangga, sedangkan

tingkat pemerataan menggambarkan besarnya ketimpangan dan kesenjangan yang

terjadi pada masyarakat.

Salah satu indikator yang dapat menunjukan peningkatan kesejahteraan

masyarakat secara umum adalah pergeseran yang terjadi pada pola pengeluaran

masyarakat terhadap konsumsi pangan dan nonpangan. Pada kondisi ekonomi

yang terbatas, pemenuhan kebutuhan akan pangan menjadi prioritas utama rumah

tangga, akan tetapi jika kondisi ekonomi membaik, maka pilihan konsumsi akan

beralih pada komoditas nonpangan, seperti perumahan, pendidikan, kesehatan,

maupun rekreasi. Pengeluaran untuk pangan menggambarkan pemenuhan gizi

masyarakat, sedangkan pengeluaran untuk kelompok nonpangan menggambarkan

tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum.

Konsumsi yang dimaksud dalam penulisan ini hanya terbatas pada

pengeluaran konsumsi rumah tangga (consumtion expenditure). Bukan pada

konsumsi pemerintah serta tidak juga berarti penjumlahan antara pengeluaran

konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi pemerintah. Kemudian

pengeluaran konsumsi rumah tangga dibedakan kedalam kelompok makanan dan

bukan makanan.

Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat dilihat melalui besarnya

pendapatan yang diterima oleh rumah tangga yang bersangkutan. Mengingat data

pendapatan yang akurat sulit diperoleh, maka pendekatan yang sering digunakan


(34)

7

dilakukan oleh BPS, adalah melalui pendekatan pengeluaran rumah tangga.

Beberapa peneliti yang menggunakan pendekatan total pengeluaran rumah tangga

sebagai proxi pendapatan, diantaranya adalah Sundrum (1973), Hendra Esmara

(1974), Vounter Van Ginneken (1976), L.N. Pierra (1976), juga Dwight Y. King

and Peter D. Weldon (1977).

Berdasarkan uraian diatas, muncul pertanyaan bagaimanakah dampak

yang terjadi akibat perubahan tingkat pendapatan terhadap perubahan perilaku

masyarakat dalam mengkonsumsi berbagai komoditi baik pangan maupun

nonpangan serta kecenderungan apa yang terjadi pada masyarakat Indonesia pada

tahun 2008 dalam melakukan pengeluaran konsumsi. Disamping itu, seberapa

besar kesenjangan pengeluaran yang terjadi terhadap konsumsi pangan dan

nonpangan baik di daerah perdesaan maupun perkotaan.

1.3. Tujuan

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk :

1. Mengetahui besarnya pengaruh perubahan pendapatan terhadap perubahan

perilaku (pola) konsumsi masyarakat dalam mengkonsumsi komoditi pangan

dan nonpangan.

2. Mengetahui kecenderungan konsumen dalam mengkonsumsi komoditi

pangan dan nonpangan jika tingkat pendapatan masyarakat berubah.

3. Mengetahui tingkat ketimpangan konsumen dalam mengkonsumsi komoditi

pangan dan nonpangan pada berbagai tingkat pendapatan baik di daerah


(35)

1.4. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memerikan hasil yang bermanfaat,

diantaranya adalah :

1. Dapat memperkaya kajian mengenai perubahan perilaku konsumen dalam

mengkonsumsi komoditi pangan dan nonpangan di Indonesia jika tingkat

pendapatan berubah, serta besarnya tingkat kesenjangan yang terjadi.

2. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam rangka

meningkatkan kinerja perekonomian, khususnya mengenai tingkat konsumsi

masyarakat di masa mendatang.

3. Dapat digunakan sebagai rujukan dan masukan bagi rekan-rekan yang

berminat dan tertarik memperdalam penelitian mengenai perilaku

konsumen.

4. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perilaku

konsumen dalam mengkonsumsi komoditi pangan dan nonpangan beserta


(36)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Teori-teori Konsumsi Masyarakat

Ketika kita menyantap makanan, mengenakan pakaian, atau pergi ke

tempat wisata, kita mengkonsumsi sebagian output perekonomian. Karena

konsumsi begitu besar, maka para ahli makroekonomi menghabiskan banyak

energi untuk mempelajari bagaimana rumah tangga memutuskan berapa banyak

konsumsinya. Rumah tangga membagi pendapatan yang bisa dibelanjakan

(disposible income) untuk konsumsi dan tabungan. Semakin tinggi pendapatan

yang bisa dibelajakan, semakin besar konsumsi. Hubungan antara konsumsi dan

pendapatan yang bisa dibelanjakan disebut fungsi konsumsi (consumption

function) (Mankiw, 2007).

Perilaku masyarakat dalam membelanjakan dari pendapatan yang

diperoleh untuk membeli barang dan jasa dalam teori ekonomi makro disebut

sebagai pengeluaran konsumsi (consumtion expenditure) atau konsumsi. Graham

Bannoch dan kawan-kawan dalam bukunya Economics memberi definisi

konsumsi sebagai pengeluaran total untuk membeli barang dan jasa pada suatu

perekonomian dalam jangka waktu tertentu (Universitas Terbuka, 1986).

Utilitas dan Pilihan

Setiap hari kita selalu membuat berbagai pilihan : kapan bangun tidur; apa


(37)

belajar, atau istirahat; atupun pilihan kita akan membeli sesuatu atau menyimpan

uang. Teori pilihan (theory of choice) menerangkan hubungan timbal balik antara

preferensi (pilihan) dengan berbagai kendala yang menyebabkan seseorang

menetukan pilihan-pilihannya. Model preferensi individu dirumuskan dengan

menggunakan konsep utilitas, yaitu kepuasan yang diterima seseorang akibat

aktivitas yang dilakukannya (Nicholson, 2002).

Tingkah laku konsumen didefinisikan oleh Loudon (1993), adalah

…. the decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services.

Teori tingkah laku konsumen menerangkan tentang bagaimana seorang

konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari barang-barang yang akan dibeli

dari pendapatan yang diperolehnya. Pilihan konsumen atas berbagai alternatif

barang-barang yang dikonsumsi didasarkan pada asumsi :

1. Complete preferences, yaitu konsumen dapat melakukan ranking atas semua

kemungkinan pilihannya.

2. Transitivity of preferences, yaitu jika konsumen lebih suka kombinasi

pilihan barang A dari pada B dan B lebih disukai dari pada C, maka

konsumen juga lebih suka pilihan A dari pada C.

3. Non satiation, yaitu konsumen lebih suka jumlah yang lebih banyak dari

pada yang sedikit.

Pada dasarnya setiap orang menginginkan bahwa setiap kebutuhannya

dapat terpenuhi, namun hal ini dibatasi oleh beberapa kendala. Kendala ini dapat


(38)

11

berlaku. Keterbatasan ini secara umum disebut sebagai kendala anggaran (budget

line). Dimana seorang konsumen harus dapat membelanjakan dari pendapatan

yang diterimanya untuk memperoleh kombinasi barang-barang yang

diinginkannya. Sebagaimana seperti yang digambarkan oleh kurva dibawah ini.

Gambar 2.1. Maksimalisasi Utilitas

Permintaan Individu

Ekonom Prusia Ernst Engel (1821-1896) pernah meneliti tentang perilaku

rumah tangga dalam berkonsumsi, yaitu dengan meneliti hubungan antara

penghasilan dan konsumsi atas barang-barang tertentu. Dari data yang diperoleh,

Engel menarik kesimpulan bahwa proporsi penghasilan yang dibelanjakan untuk

makanan akan menurun ketika penghasilan meningkat. Hipotesis ini kemudian

dikenal dengan Hukum Engel (Engel’s Law) (Nicholson, 2002). Garis Anggaran (Budget Line)

Kurva Kepuasan Sama (Indifference Curve)

Kuantitas X Kuantitas Y

Y max


(39)

Untuk mengetahui besarnya perubahan permintaan konsumen atas barang

dan jasa sebagai akibat adanya perubahan pendapatan yang diterima masyarakat

dapat ditunjukan melalui koefisien elastisitas pengeluaran, yaitu :

tan

pa umlahPenda PerubahanJ

Persentase

ngdanJasa luaranBara

umlahPenge PerubahanJ

Persentase Ei

Elastisitas pengeluaran dikatakan inelastis apabila mempunyai koefisien

elastisitasnya adalah kurang dari satu, yaitu apabila perubahan pendapatan

menimbulkan perubahan yang kecil saja terhadap perubahan jumlah barang dan

jasa yang dikonsumsi. Namun jika jumlah yang dikonsumsi berubah relatif lebih

banyak dibandingkan dengan perubahan jumlah pendapatan, maka hal ini

dikatakan elastis (Sukirno, 1996).

Ketimpangan Pendapatan dan Pengeluaran

Max Otto Lorenz (1905) seorang Statistisi Amerika menemukan kurva

yang menggambarkan distribusi komulatif pendapatan masyarakat, dan

menamakan kurva tersebut sesuai dengan namanya yaitu Kurva Lorenz. Dari

kurva ini diturunkan juga kurva lainnya yaitu Kurva Pemusatan, dimana kurva

pemusatan menggambarkan distribusi komulatif pengeluaran masyarakat

(Armein, 1999).

Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan diperoleh berdasarkan fungsi

distribusi pendapatan dan fungsi distribusi pengeluaran. Namun fungsi tersebut

sulit diperoleh dari data yang ada. Untuk mengatasi hal tersebut, Kakwani and

Podder (1976) mengajukan suatu cara yaitu dengan membuat suatu transformasi


(40)

13

Hal ini dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa Kurva Lorenz dan Kurva

Pemusatan berhubungan langsung dengan garis egalitarian, tanpa terlebih dahulu

harus mencari fungsi distribusi dari masing-masing kurva. Fungsi dari hasil

pendugaan langsung terhadap kurva tersebut dinamakan fungsi K-P.

Dari Kurva Lorenz juga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar

tingkat ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan yang diterima

oleh berbagai kelompok masyarakat, misalnya dengan menghitung rasio Gini.

Rasio Gini adalah perbandingan antara luas daerah yang terletak antara kurva

Lorenz dan diagonal dengan luas daerah segitiga. Disamping itu, dari kurva

Lorenz juga dapat diperoleh Indeks Williamson dengan menghitung proporsi

pendapatan perkapita tiap kelompok masyarakat dengan menggunakan penimbang

proporsi penduduk sebagaimana yang akan dilakukan dalam penelitian ini.

Pada tahun 1965, Williamson memperkenalkan pengukuran ketimpangan

pendapatan dengan menggunakan metode Indeks Williamson atau yang dikenal

dengan nama indeks CVw. Indeks CVw. yang dihasilkan dari suatu perhitungan

akan sangat peka terhadap perbedaan data yang digunakan, sehingga angka yang

diperoleh cenderung lebih besar. Indeks ini biasanya digunakan dalam mengukur

ketimpangan pendapatan antardaerah, namun pada penelitian ini akan dicoba

untuk mengukur ketimpangan pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat

menurut jenis komoditi baik didaerah perdesaan maupun perkotaan.

Coefficient of variation atau CV merupakan ukuran ketimpangan lain yang

memenuhi keempat kriteria seperti pada koefisien Gini. Keempat kriteria tersebut


(41)

1. Prinsip anonimitas, yaitu ukuran ketimpangan seharusnya tidak tergantung

pada siapa yang memperoleh pendapatan lebih tinggi

2. Prinsip independensi skala, yaitu ukuran ketimpangan seharusnya tidak

tergantung pada ukuran perekonomian suatu negara.

3. Independensi populasi, yaitu ukuran ketimpangan seharusnya tidak

didasarkan pada jumlah penerima pendapatan.

4. Transfer (Pigou-Dalton), yaitu adanya asumsi bahwa semua pendapatan

yang lain dianggap konstan.

CV lebih sering digunakan dalam statistik dan juga dalam studi konvergensi

pendapatan internasional dan konvergensi indikator pembangunan yang lain

seperti tingkat harapan hidup dan tingkat melek huruf (Todaro dan Smith, 2006).

2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Rajif (1987) menganalisis berbagai perilaku konsumen dalam

mengkonsumsi barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan menggunakan Engel

Law’s berdasarkan Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan. Disamping itu untuk

mempertajam analisanya, Rajif menambahkan Rasio Gini dalam melihat

ketimpangan pengeluaran dari berbagai tingkat pengeluaran. Elastisitas Engel

yang diperoleh menunjukan bahwa rata-rata komoditi kelompok pangan

mempunyai elastisitas yang cenderung menurun pada tingkat pendapatan yang

lebih tinggi, sedangkan kelompok komoditi nonpangan rata-rata mempunyai

elastisitas yang lebih stabil dan lebih elastis seiring bertambahnya tingkat


(42)

15

Sari (1999) meneliti mengenai perilaku konsumen yang sangat penting

artinya bagi seorang marketing. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa ketika

pasar relatif kecil maka perilaku konsumen dapat dideteksi secara langsung.

Tetapi kondisinya berbeda ketika pasar berkembang semakin besar. Krisis

moneter yang berkepanjangan mengakibatkan perubahan pada pola konsumsi

masyarakat. Konsumen menjadi sangat hati-hati dan rasional dalam

membelanjakan uangnya. Hal ini membutuhkan kejelian dan kepintaran bagi

seorang marketing dalam memandang konsumen, dimana tidak hanya menjadi

objek tetapi juga sebagai subjek yang harus dimintakan partisipasinya.

Prasojo (1999) menjelaskan perubahan perilaku masyarakat dalam

membeli (buying behaviour) dimasa krisis moneter 1997 dan strategi apa yang

seharusnya diterapkan oleh para marketing untuk mengantisipasi kondisi tersebut.

Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa dampak krisis ekonomi terhadap

konsumsi rumah tangga menunjukan kecenderungan memburuk. Sebagian besar

(63,74 persen) menjawab pola konsumsi mereka merosot tajam dan hanya 0,18

persen yang menjawab meningkat. Disamping itu juga bahwa sebagian besar

pendapatan mereka menurun dan hanya 3,82 persen yang menjawab membaik.

2.3. Kerangka Pemikiran 2.3.1. Model Penelitian

Penelitian ini tentang keterkaitan antara tingkat pendapatan yang diterima

masyarakat dengan besarnya konsumsi atas pangan dan nonpangan pada komoditi


(43)

juga melihat seberapa besar tingkat ketimpangan pendapatan dan pengeluaran

konsumsi atas komoditi-komoditi tersebut pada berbagai tingkat pendapatan di

daerah perdesaan maupun perkotaan.

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran mengenai Perilaku Konsumen

Sebagaimana terlihat pada gambar di atas bahwa rumah tangga menerima

pendapatan dari balas jasa faktor-faktor produksi dan menggunakan

pendapatannya tersebut untuk memperoleh (mengkonsumsi) barang dan jasa serta

sebagian lagi untuk di tabung. Penggunaan pendapatan untuk konsumsi

(pengeluaran) dapat dibedakan menjadi pengeluaran konsumsi pangan dan non

pangan. Dengan melihat perilaku yang terjadi di masyarakat, baik di daerah

perdesaan maupun perkotaan, dalam membelanjakan pendapatannya untuk

konsumsi pangan dan non pangan dapat digunakan untuk mengetahui pola

konsumsi masyarakat. Pada kondisi pendapatan terbatas, pemenuhan kebutuhan

masyarakat akan menjadi prioritas utama yang ditandai dengan pola pengeluaran

untuk pangan lebih besar dibanding dengan non pangan. Namun pada kondisi

masyarakat yang mempunyai tingkat pendapatan relatif cukup tinggi, maka Pendapatan Rumah

Tangga Desa - Kota

Pengeluaran Konsumsi

Non Pangan

Perilaku Konsumen dan Ketimpanagan Konsumsi

Desa - Kota

Pangan


(44)

17

pengeluaran untuk pangan mempunyai proporsi yang lebih kecil dibanding non

pangan. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat sudah pada tingkat yang

lebih sejahtera.

2.3.2. Definisi Peubah Operasional

1. Dampak yang terjadi akibat perubahan pendapatan terhadap perubahan

perilaku konsumen adalah akibat-akibat yang ditimbulkan dari berubahnya

pendapatan yang diterima masyarakat terhadap besarnya perubahan yang

dilakukan masyarakat dalam menggunakan (mengkonsumsi) komoditi

kelompok pangan dan komoditi kelompok nonpangan.

2. Elastisitas pengeluaran komoditi tertentu adalah rasio atau perbandingan

antara perubahan relatif dari pengeluaran konsumsi komoditi tertentu

dengan perubahan relatif dari pendapatan.

3. Kurva Engel merupakan suatu grafik yang menggambarkan hubungan

pengeluaran konsumsi untuk suatu jenis komoditi tertentu pada tingkat

pendapatan yang berbeda, dan dalam bentuk fungsi disebut fungsi Engel.

Sedangkan rasio antara proporsi perubahan pengeluaran konsumsi suatu

komoditi tertentu dengan proporsi perubahan tingkat pendapatan dari rumah

tangga disebut Elatisitas Pengeluaran atau Elastisitas Engel.

4. Kurva Lorenz merupakan suatu kurva yang menunjukan hubungan antara

proporsi komulatif dari jumlah pendapatan yang diterima dengan proporsi

komulatif jumlah penduduk setelah dilakukan pengurutan pendapatan dari


(45)

Gambar 2.3. Kurva Lorenz

5. Kurva Pemusatan merupakan suatu kurva yang menunjukan hubungan

antara proporsi komulatif dari jumlah pengeluaran dengan proporsi

komulatif jumlah penduduk setelah dilakukan pengurutan pendapatan dari

yang terendah sampai yang tertinggi.

6. Fungsi Kakwani and Podder atau disingkat fungsi K-P adalah suatu fungsi

untuk Kurva Lorenz atau Kurva Pemusatan yang menunjukan hubungan

antara garis Egalitarian dengan Kurva Lorenz atau Kurva Pemusatan dengan

menggunakan koordinat θ dan  hasil dari transformasi.

7. Garis Egalitarian adalah suatu garis diagonal yang mempunyai sudut 45o

pada Kurva Lorenz dan Kurva Pemusatan yang menunjukan distribusi

pendapatan atau pengeluaran yang merata secara sempurna yang dilakukan

oleh masyarakat.

8. Indeks Williamson atau yang dikenal dengan nama indeks CVw.adalah suatu

angka indeks antara 0 dan 1 yang digunakan untuk mengukur tingkat

Persentase Pendapatan

Persentase Penerima Pendapatan 100

0 100


(46)

19

ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan dan pengeluaran

antara berbagai kelompok masyarakat.

9. Pendapatan perkapita sebulan adalah perbandingan antara pendapatan yang

diterima oleh semua anggota masyarakat selama sebulan dengan banyaknya

anggota masyarakat.

10. Pengeluaran rata-rata perkapita sebulan adalah perbandingan antara biaya

yang dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama

sebulan baik yang berasal dari pembelian, pemberian maupun produksi

sendiri dengan banyaknya anggota rumah tangga. Konsumsi rumah tangga

dibedakan atas konsumsi pangan maupun nonpangan tanpa memperhatikan

asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga

saja, tidak termasuk konsumsi atau pengeluaran untuk keperluan usaha atau

yang diberikan kepada pihak lain.

11. Pengeluaran perkapita sebulan adalah perbandingan antara biaya yang

dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota masyarakat selama sebulan

dengan banyaknya anggota masyarakat.

12. Proporsi jumlah penduduk adalah rasio atau perbandingan antara jumlah

penduduk pada kelompok tertentu dengan jumlah penduduk seluruh

kelompok pada daerah tertentu.

13. Proporsi jumlah pendapatan adalah rasio atau perbandingan antara jumlah

pendapatan yang diterima oleh seluruh penduduk pada kelompok tertentu

dengan jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh penduduk pada


(47)

14. Proporsi jumlah pengeluaran adalah rasio atau perbandingan antara jumlah

pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh penduduk pada kelompok tertentu

dengan jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh penduduk pada

seluruh kelompok masyarakat.

15. Proporsi komulatif jumlah penduduk adalah komulatif dari proporsi jumlah

penduduk yang diurutkan sesuai dengan kelompok pendapatan, yaitu dari

yang terendah sampai yang tertinggi.

16. Proporsi komulatif jumlah pendapatan adalah komulatif dari proporsi jumlah

pendapatan yang diurutkan sesuai dengan kelompok pendapatan, yaitu dari

yang terendah sampai yang tertinggi.

17. Proporsi komulatif jumlah pengeluaran adalah komulatif dari proporsi

jumlah pengeluaran yang diurutkan sesuai dengan kelompok pendapatan,

yaitu dari yang terendah sampai yang tertinggi.

2.4. Hipotesis

Skripsi ini meneliti mengenai pola atau perilaku konsumen dalam

mengkonsumsi atas pangan dan nonpangan pada berbagai tingkat pendapatan

yang diterima. Sebagai dugaan sementara terhadap analisis ini maka diajukan

hipotesis bahwa proporsi pendapatan yang dibelanjakan untuk konsumsi pangan

di Indonesia pada tahun 2008 akan cenderung menurun pada tingkat pendapatan


(48)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pendapatan dan

pengeluaran rata-rata perkapita menurut komoditi kelompok makanan (pangan)

dan bukan makanan (nonpangan) pada berbagai tingkat pendapatan. Sedangkan

jenis datanya adalah data cross section. Data ini dikelompokkan berdasarkan

daerah perdesaan dan perkotaan yang bersumber dari Survei Sosial Ekonomi

Nasional (Susenas) 2008 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yang

telah dipublikasikan.

3.2. Metode Analisis

Didalam teori ekonomi mikro, preferensi atau pemilihan oleh konsumen

terhadap komoditi yang akan dikonsumsi, biasanya dimulai dengan suatu rencana

yang disebut rencana konsumsi. Rencana ini dibuat berdasarkan urutan-urutan

kebutuhan dari yang paling penting sampai yang relatif kurang penting. Hal ini

disebabkan karena terbatasnya alat-alat pemuas kebutuhan.

Johannes dan Budiono (1986) berpendapat bahwa ada tiga faktor yang

mempengaruhi rencana konsumsi yaitu pendapatan, tingkat harga, dan selera.

Pada penelitian ini hanya akan dibahas pengaruh dari perubahan tingkat

pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi suatu komoditi atau sekelompok

komoditi, sedangkan faktor-faktor yang lain diluar pendapatan dianggap konstan.


(49)

pada tingkah laku dari pengeluaran (konsumsi) masyarakat sebagai akibat dari

perubahan pendapatan yang diterima masyarakat.

Pengeluaran konsumsi menurut Keynes, dipengaruhi oleh pendapatan.

Sebagaimana ditulis dalam bukunya yang berjudul The General Theory of

Employment, Interest, and Money. Keynes menduga bahwa kecenderungan

mengkonsumsi marjinal (marginal propensity to consume) adalah antara nol dan

satu dari jumlah yang dikonsumsi untuk setiap tambahan satu dolar. Ia menulis

bahwa hukum psikologis fundamental, yang harus kita yakini tanpa ragu, …..… adalah bahwa manusia sudah pasti, secara alamiah dan berdasarkan rata-rata,

untuk meningkatkan konsumsi ketika pendapatan mereka naik, tetapi tidak

sebanyak kenaikan pendapatan mereka.

Analisis pengaruh kekuatan pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi

rumah tangga atas pangan dan nonpangan digunakan beberapa metode yaitu

analisis Engel dan analisis.Williamson. Analisis Engel untuk mengetahui

pengaruh kekuatan pendapatan terhadap pola konsumsi, sedangkan analisis

Williamson untuk mengetahui besarnya tingkat pemerataan.

3.2.1. Analisis Engel

Pola pengeluaran dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menilai

tingkat kesejahteraan masyarakat, dimana semakin rendah persentase pengeluaran

untuk makanan terhadap total pengeluaran maka semakin baik tingkat

perekonomian masyarakat, sebagaimana hukum Engel. Analisis tentang pengaruh


(50)

23

sekelompok komoditi dikenal dengan teori elastisitas, yang dapat diselesaikan

berdasarkan suatu persamaan matematis.

Persamaan yang digunakan dalam analisis ini didasarkan pada kurva

Lorenz dan kurva Pemusatan yang satu sama lainnya diusahakan saling

berhubungan. Untuk melihat hubungan tersebut, maka dilakukan transformasi

koordinat untuk masing-masing kurva. Kurva Lorenz dan kurva Pemusatan yang

ditrasformasikan oleh Kakwani and Podder tersebut menghasilkan suatu fungsi

yang dinamakan fungsi Kakwani-Podder atau disingkat fungsi K-P.

Kurva Lorenz dan kurva Pemusatan dinyatakan dalam bentuk fungsi

peluang (probability distribution function) dari pendapatan dan pengeluaran.

Misalnya Y adalah pendapatan sedangkan f(y) adalah fungsi peluangnya dengan

rata-rata μ, maka : F(Y) =

Y

0 f(y) dy ………. (1).

menyatakan proporsi jumlah penduduk yang mempunyai pendapatan

kurang atau sama dengan Y,

sedangkan

F1(Y) =

 1

Y

0 y f(y) dy ………. (2).

menyatakan proporsi dari jumlah pendapatan yang diterima oleh

penduduk yang mempunyai pendapatan kurang atau sama dengan Y.

Kemudian untuk kurva Pemusatan, misalnya vi(Y) adalah suatu fungsi

pengeluaran atau disebut juga fungsi Engel untuk komoditi ke-i dengan rata-rata


(51)

F1[vi(Y)] =

i

1

Y

0 vi(Y) f(y) dy ……….…. (3).

menyatakan proporsi jumlah pengeluaran untuk komoditi ke-i

oleh penduduk yang mempunyai pendapatan kurang atau sama

dengan Y.

Hubungan antara F(Y) dengan F1[vi(Y)] dalam bentuk fungsi disebut kurva

Pemusatan.

Kakwani and Podder melakukan transformasi terhadap koordinat pada

kurva Lorenz dan kurva Pemusatan dengan maksud untuk memudahkan dalam

melakukan estimasi. Koordinat baru hasil transformasi yaitu θ dan yang digunakan untuk melihat hubungan antara kurva Lorenz dan kurva Pemusatan.

Dengan menggunakan aturan vektor dari gambar diatas diperoleh :

θ =

2 )] ( ) (

[F YF1 Y

……… (4).

 =

2 )] ( ) (

[F YF1 Y

……… (5).

(0,1)

(1,0) C (1,1)

A (0,0)

D

B[F(Y),F1(Y)]

F1(Y)

F(Y)

Garis Egalitarian

Kurva Lorenz

 θ


(52)

25

dimana ; θ = panjang vektor dari A menuju C

  panjang vektor dari B menuju D maka persamaan kurva Lorenz adalah

 = g(θ) ……….………… (6).

dimana θ bergerak dari 0 sampai√2.

Kemudian diperoleh turunan pertama dan turunan kedua dari persamaan

tersebut, yaitu :



= g1(θ) =

Y Y     ……… (7). 

= g11(θ) =

) ( ) ( 2 2 3 2 Y f y     ……… (8).

Berdasarkan pada turunan pertama dari kurva Lorenz, maka dapat

diperoleh fungsi pendapatan, yaitu :

Y =

)] ( 1 [ )] ( 1 [ 1 1    g g   ……… (9). (0,1) (1,0) C (1,1) A (0,0) D

B{F(Y),F1[vi(Y)]}

F1[vi(Y)]

F(Y)

Garis Egalitarian

Kurva Pemusatan

 θ


(53)

Berdasarkan kurva Pemusatan, dengan cara yang sama seperti pada kurva

Lorenz, diperoleh :

θi =

2 )}] ( { ) (

[F YF1 vi Y

………...……… (10).

i =

2 )}] ( { ) (

[F YF1 vi Y

………..…… (11).

i = gi(θ) ………..……… (12).

Dari persamaan diatas maka dapat diperoleh turunan pertama dan turunan

kedua, yaitu :

i1 = g1(θi) =

) ( ) ( Y v Y v i i i i     ……….……… (13).

i11 = g11(θi) =

) ( )] ( [( ) ( 2 2 3 2 Y f Y v Y v i i i i    

………....……… (14).

Berdasarkan turunan pertama dari kurva Pemusatan, diperoleh fungsi

pengeluaran (fungsi Engel) untuk komoditi ke-i, yaitu :

vi(Y) =

)] ( 1 [ )] ( 1 [ 1 1 i i i g g     

……… (15).

Dalam menjelaskan hubungan-hubungan tersebut, Kakwani and Podder

memberikan fungsi K-P untuk kurva Lorenz dengan memodifikasi β menjadi :

 = eaθα(√2-θ)β ……….……… (16). dimana : e = 2,718281828459…………..

sehingga

Ln = a + αLnθ + βLn(√2-θ) + e ………..……… (17). Dan untuk fungsi K-P pada kurva Pemusatan adalah :


(54)

27

Lni = ai+ αiLnθi+ βiLn(√2-θi) + ei ………..……… (18).

dimana : a, α, dan β adalah koefisien-koefisien yang diestimasi dan i adalah komoditi ke i.

Koefisien-koefisien dari masing-masing persamaan diatas, diestimasi

dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square =

OLS). Penghitungannya menggunakan bantuan komputer melalui software

Microsoft Exel 2003 dan SPSS (Statistical Package for Social Science) 9.0 for

Windows.

Jadi jika faktor-faktor lain selain pendapatan dianggap konstan, maka

kurva Lorenz dan kurva Pemusatan berhubungan langsung satu sama lain melalui

hubungan antara variabel pendapatan dengan variabel lain yaitu pengeluaran

konsumsi rumah tangga untuk bermacam-macam komoditi. Bila sudah diketahui

persamaan kurva Lorenz dan kurva Pemusatan untuk jenis komoditi tertentu,

maka fungsi Engel untuk komoditi tersebut dapat diperoleh.

Dengan menganggap bahwa ada suatu perubahan relatif pada pengeluaran

konsumsi untuk komoditi tertentu jika terjadi perubahan relatif pada pendapatan,

maka elastisitas pengeluaran yang kemudian dikenal dengan Elastisitas Engel

dapat ditentukan dengan rumus :

dY E

Y dE Y

dY E dE n

i i i

i

i

 

 ……… (19).

dimana :


(1)

Lampiran 36. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pendapatan di Daerah Perkotaan,

2008.

Golongan

Pendapatan

Proporsi

Penduduk

Pendapatan

Perkapita

Y

i

Y

2

)

(

Y

i

Y

n

n

Y

Y

i

i

2

)

(

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

< 100 000 0,0025 90 782 -0,42473250 0,18039770 0,00045099 100 000 – 149 999 0,0353 131 655 -0,38385950 0,14734812 0,00520139 150 000 – 199 999 0,0917 177 603 -0,33791150 0,11418418 0,01047069 200 000 – 299 999 0,2144 248 428 -0,26708650 0,07133520 0,01529427 300 000 – 499 999 0,3262 389 328 -0,12618650 0,01592303 0,00519409 500 000 – 749 999 0,1803 606 510 0,09099550 0,00828018 0,00149292 750 000 – 999 999 0,0752 857 773 0,34225850 0,11714088 0,00880899 1 000 000 > 0,0744 1 622 037 1,10652250 1,22439204 0,09109477

Jumlah 1,0000 515 515 0,13800811

Indeks Williamson (CVw) = 0,720628

Lampiran 37. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Padi-padian

dan Umbi-umbian di Daerah Perkotaan, 2008.

Golongan

Pendapatan

Proporsi

Penduduk

Pengeluaran

Perkapita

Y

i

Y

2

)

(

Y

i

Y

n

n

Y

Y

i

i

2

)

(

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

< 100 000 0,0025 31 570 -0,00238363 0,00000568 0,00000001 100 000 – 149 999 0,0353 31 858 -0,00209563 0,00000439 0,00000016 150 000 – 199 999 0,0917 33 146 -0,00080763 0,00000065 0,00000006 200 000 – 299 999 0,2144 34 672 0,00071838 0,00000052 0,00000011 300 000 – 499 999 0,3262 34 911 0,00095738 0,00000092 0,00000030 500 000 – 749 999 0,1803 35 115 0,00116138 0,00000135 0,00000024 750 000 – 999 999 0,0752 35 286 0,00133238 0,00000178 0,00000013 1 000 000 > 0,0744 35 071 0,00111738 0,00000125 0,00000009

Jumlah 1,0000 33 954 0,00000111


(2)

Lampiran 38. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Ikan,

Daging, Telur dan Susu di Daerah Perkotaan, 2008.

Golongan

Pendapatan

Proporsi

Penduduk

Pengeluaran

Perkapita

Y

i

Y

2

)

(

Y

i

Y

n

n

Y

Y

i

i

2

)

(

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

< 100 000 0,0025 3 876 -0,03658775 0,00133866 0,00000335 100 000 – 149 999 0,0353 7 552 -0,03291175 0,00108318 0,00003824 150 000 – 199 999 0,0917 12 697 -0,02776675 0,00077099 0,00007070 200 000 – 299 999 0,2144 22 445 -0,01801875 0,00032468 0,00006961 300 000 – 499 999 0,3262 37 840 -0,00262375 0,00000688 0,00000225 500 000 – 749 999 0,1803 59 549 0,01908525 0,00036425 0,00006567 750 000 – 999 999 0,0752 76 465 0,03600125 0,00129609 0,00009747 1 000 000 > 0,0744 103 286 0,06282225 0,00394664 0,00029363

Jumlah 1,0000 40 464 0,00064091

Indeks Williamson (CVw) = 0,625651

Lampiran 39. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi

Sayur-sayuran dan Buah-buahan di Daerah Perkotaan, 2008.

Golongan

Pendapatan

Proporsi

Penduduk

Pengeluaran

Perkapita

Y

i

Y

2

)

(

Y

i

Y

n

n

Y

Y

i

i

2

)

(

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

< 100 000 0,0025 7 027 -0,01815525 0,00032961 0,00000082 100 000 – 149 999 0,0353 10 015 -0,01516725 0,00023005 0,00000812 150 000 – 199 999 0,0917 12 782 -0,01240025 0,00015377 0,00001410 200 000 – 299 999 0,2144 18 452 -0,00673025 0,00004530 0,00000971 300 000 – 499 999 0,3262 24 655 -0,00052725 0,00000028 0,00000009 500 000 – 749 999 0,1803 33 655 0,00847275 0,00007179 0,00001294 750 000 – 999 999 0,0752 41 153 0,01597075 0,00025506 0,00001918 1 000 000 > 0,0744 53 719 0,02853675 0,00081435 0,00006059

Jumlah 1,0000 25 182 0,00012556


(3)

Lampiran 40. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Makanan

dan Minuman Jadi di Daerah Perkotaan, 2008.

Golongan

Pendapatan

Proporsi

Penduduk

Pengeluaran

Perkapita

Y

i

Y

2

)

(

Y

i

Y

n

n

Y

Y

i

i

2

)

(

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

< 100 000 0,0025 7 376 -0,05423050 0,00294095 0,00000735 100 000 – 149 999 0,0353 13 140 -0,04846650 0,00234900 0,00008292 150 000 – 199 999 0,0917 20 648 -0,04095850 0,00167760 0,00015384 200 000 – 299 999 0,2144 33 825 -0,02778150 0,00077181 0,00016548 300 000 – 499 999 0,3262 52 822 -0,00878450 0,00007717 0,00002517 500 000 – 749 999 0,1803 81 800 0,02019350 0,00040778 0,00007352 750 000 – 999 999 0,0752 114 854 0,05324750 0,00283530 0,00021321 1 000 000 > 0,0744 168 387 0,10678050 0,01140208 0,00084831

Jumlah 1,0000 61 607 0,00156981

Indeks Williamson (CVw) = 0,643127

Lampiran 41. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Total

Makanan di Daerah Perkotaan, 2008.

Golongan

Pendapatan

Proporsi

Penduduk

Pengeluaran

Perkapita

Y

i

Y

2

)

(

Y

i

Y

n

n

Y

Y

i

i

2

)

(

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

< 100 000 0,0025 65 221 -0,14565588 0,02121563 0,00005304 100 000 – 149 999 0,0353 85 955 -0,12492188 0,01560547 0,00055087 150 000 – 199 999 0,0917 111 401 -0,09947588 0,00989545 0,00090741 200 000 – 299 999 0,2144 154 731 -0,05614588 0,00315236 0,00067587 300 000 – 499 999 0,3262 207 264 -0,00361288 0,00001305 0,00000426 500 000 – 749 999 0,1803 278 132 0,06725513 0,00452325 0,00081554 750 000 – 999 999 0,0752 343 165 0,13228813 0,01750015 0,00131601 1 000 000 > 0,0744 441 146 0,23026913 0,05302387 0,00394498

Jumlah 1,0000 210 877 0,00826798


(4)

Lampiran 42. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Perumahan

dan Fasilitas Rumah Tangga di Daerah Perkotaan, 2008.

Golongan

Pendapatan

Proporsi

Penduduk

Pengeluaran

Perkapita

Y

i

Y

2

)

(

Y

i

Y

n

n

Y

Y

i

i

2

)

(

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

< 100 000 0,0025 13 126 -0,11069150 0,01225261 0,00003063 100 000 – 149 999 0,0353 22 959 -0,10085850 0,01017244 0,00035909 150 000 – 199 999 0,0917 32 756 -0,09106150 0,00829220 0,00076039 200 000 – 299 999 0,2144 44 426 -0,07939150 0,00630301 0,00135137 300 000 – 499 999 0,3262 83 328 -0,04048950 0,00163940 0,00053477 500 000 – 749 999 0,1803 144 015 0,02019750 0,00040794 0,00007355 750 000 – 999 999 0,0752 209 455 0,08563750 0,00733378 0,00055150 1 000 000 > 0,0744 440 475 0,31665750 0,10027197 0,00746023

Jumlah 1,0000 123 818 0,01112154

Indeks Williamson (CVw) = 0,8517269

Lampiran 43. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Aneka

Barang dan Jasa di Daerah Perkotaan, 2008.

Golongan

Pendapatan

Proporsi

Penduduk

Pengeluaran

Perkapita

Y

i

Y

2

)

(

Y

i

Y

n

n

Y

Y

i

i

2

)

(

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

< 100 000 0,0025 8 709 -0,09833738 0,00967024 0,00002418 100 000 – 149 999 0,0353 15 292 -0,09175438 0,00841887 0,00029719 150 000 – 199 999 0,0917 22 837 -0,08420938 0,00709122 0,00065026 200 000 – 299 999 0,2144 31 809 -0,07523738 0,00566066 0,00121365 300 000 – 499 999 0,3262 64 327 -0,04271938 0,00182495 0,00059530 500 000 – 749 999 0,1803 116 477 0,00943063 0,00008894 0,00001604 750 000 – 999 999 0,0752 188 206 0,08115963 0,00658688 0,00049533 1 000 000 > 0,0744 408 714 0,30166763 0,09100336 0,00677065

Jumlah 1,0000 107 046 0,01006259


(5)

Lampiran 44. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Pakaian,

Alas Kaki dan Tutup Kepala di Daerah Perkotaan, 2008.

Golongan

Pendapatan

Proporsi

Penduduk

Pengeluaran

Perkapita

Y

i

Y

2

)

(

Y

i

Y

n

n

Y

Y

i

i

2

)

(

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

< 100 000 0,0025 2 756 -0,01379613 0,00019033 0,00000048 100 000 – 149 999 0,0353 5 218 -0,01133413 0,00012846 0,00000453 150 000 – 199 999 0,0917 6 754 -0,00979813 0,00009600 0,00000880 200 000 – 299 999 0,2144 8 218 -0,00833413 0,00006946 0,00001489 300 000 – 499 999 0,3262 12 942 -0,00361013 0,00001303 0,00000425 500 000 – 749 999 0,1803 20 118 0,00356588 0,00001272 0,00000229 750 000 – 999 999 0,0752 27 374 0,01082188 0,00011711 0,00000881 1 000 000 > 0,0744 49 037 0,03248488 0,00105527 0,00007851

Jumlah 1,0000 16 552 0,00012257

Indeks Williamson (CVw) = 0,668861

Lampiran 45. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi

Barang-barang Tahan Lama di Daerah Perkotaan, 2008.

Golongan

Pendapatan

Proporsi

Penduduk

Pengeluaran

Perkapita

Y

i

Y

2

)

(

Y

i

Y

n

n

Y

Y

i

i

2

)

(

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

< 100 000 0,0025 328 -0,03748538 0,00140515 0,00000351 100 000 – 149 999 0,0353 1 144 -0,03666938 0,00134464 0,00004747 150 000 – 199 999 0,0917 2 133 -0,03568038 0,00127309 0,00011674 200 000 – 299 999 0,2144 5 549 -0,03226438 0,00104099 0,00022319 300 000 – 499 999 0,3262 14 619 -0,02319438 0,00053798 0,00017549 500 000 – 749 999 0,1803 33 544 -0,00426938 0,00001823 0,00000329 750 000 – 999 999 0,0752 61 151 0,02333763 0,00054464 0,00004096 1 000 000 > 0,0744 184 039 0,14622563 0,02138193 0,00159082

Jumlah 1,0000 37 813 0,00220146


(6)

Lampiran 46. Penghitungan Nilai Ketimpangan Pengeluaran Komoditi Total Bukan

Makanan di Daerah Perkotaan, 2008.

Golongan

Pendapatan

Proporsi

Penduduk

Pengeluaran

Perkapita

Y

i

Y

2

)

(

Y

i

Y

n

n

Y

Y

i

i

2

)

(

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

< 100 000 0,0025 25 561 -0,27907663 0,07788376 0,00019471 100 000 – 149 999 0,0353 45 700 -0,25893763 0,06704869 0,00236682 150 000 – 199 999 0,0917 66 202 -0,23843563 0,05685155 0,00521329 200 000 – 299 999 0,2144 93 698 -0,21093963 0,04449553 0,00953984 300 000 – 499 999 0,3262 182 064 -0,12257363 0,01502429 0,00490092 500 000 – 749 999 0,1803 328 378 0,02374038 0,00056361 0,00010162 750 000 – 999 999 0,0752 514 608 0,20997038 0,04408756 0,00331538 1 000 000 > 0,0744 1 180 890 0,87625238 0,76781822 0,05712568

Jumlah 1,0000 304 638 0,08275826