BAB VI TINGKAT MOTIVASI KERJA KARYAWAN
DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN
Tingkat motivasi dalam bekerja tidak lepas dari faktor-faktor motivasi, seperti gaji, peraturan perusahaan, hubungan rekan kerja, hubungan atasan dengan
bawahan, keinginan untuk berprestasi, pengakuan serta tanggung jawab atas pekerjaan tersebut. Pada penelitian ini, faktor-faktor motivasi dikaji untuk melihat
bagaimana hubungan faktor motivasi dengan motivasi kerja karyawan.
6.1 Tingkat Motivasi Kerja
Motivasi kerja karyawan menjadi daya penggerak yang meningkatkan semangat kerja seseorang dan mendorong orang tersebut untuk mengembangkan
kreativitas serta mengarahkan semua kemampuan dan energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang tinggi. Perusahaan bukan saja mengharapkan
karyawan mampu, cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal.
Motivasi kerja karyawan tercermin dari sikap positif karyawan dalam melaksanakan semua pekerjaannnya. Pada penelitian ini motivasi dilihat dari 3
indikator yaitu bekerja keras, bekerjasama dan bertanggung jawab. Bekerja keras terlihat dari kemauan dari karyawan dalam menerima lemburan dalam bekerja.
Namun, lemburan dalam bekerja tidak terjadi setiap hari, hanya saja jika ada pekerjaan yang banyak dan belum terselesaikan. Biasanya karyawan yang sudah
menikah lebih semangat untuk berlembur dibandingkan dengan karyawan yang belum menikah dikarenakan karyawan yang sudah menikah mempunyai
tanggungan yang lebih selain dirinya sendiri. Hal ini diketahui dari hasil wawancara dengan seorang karyawan PT. Indofarma Tbk sebagai berikut :
“Saya sih senang-senang saja kalau disuruh lembur sama atasan, kan lumayan kalau lembur bisa nambah-nambah
penghasilan”.Na, 31 tahun, karyawan RD
Hubungan yang baik dan harmonis antara atasan dan bawahan akan menciptakan suasana kerja yang kondusif, koordinasi yang baik, dan suasana
kerja yang komunikatif. Begitu juga yang terjalin antar sesama karyawan, kerjasama yang baik antar karyawan terlihat dari saling membantu karyawan jika
ada kesulitan dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh seorang karyawan PT. Indofarma Tbk sebagai berikut :
“Kerjasama antar karyawan disini cukup baik, kalau saya ada kesulitan dalam hal-hal tertentu saya suka menanyakan
kepada karyawan lainnya, apalagi waktu saya baru-baru kerja disini saya nanya mulu sama karyawan yang sudah senior”.
NN, 32 tahun, karyawan SDM
Kerjasama yang baik antar karyawan terlihat dari saling membantu karyawan jika ada kesulitan dalam bekerja. Saling membantunya karyawan senior
terhadap karyawan yang baru merupakan indikasi dari kerjasama antar karyawan disana tergolong erat. Begitu juga yang terjadi antara atasan dengan bawahan,
mau bersosialisasinya atasan dengan karyawan disaat jam istirahat menimbulkan citra yang baik terhadap atasan sehingga timbul rasa solidaritas antar sesama
karyawan dan atasan. Rasa tanggung jawab dalam bekerja terlihat dari bersedianya karyawan
bekerja sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan perusahaan. Tepat waktunya karyawan pada saat masuk jam kerja dan bersedianya karyawan dalam
bekerja lembur untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan merupakan ciri dari
rasa tanggung jawab mereka terhadap peraturan yang dibuat perusahaan. Adapun jumlah tingkat motivasi kerja karyawan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Responden Karyawan Menurut Tingkat Motivasi Kerja
Motivasi Kerja Karyawan Jumlah Responden Karyawan
Orang Tinggi
25 83,3
Sedang 5
16,7 Rendah
- -
Jumlah 30
100
Berdasarkan tabel terlihat bahwa sebagian besar karyawan mempunyai motivasi kerja yang tinggi dan tidak ada karyawan yang mempunyai motivasi
kerja yang rendah. Bersedianya karyawan dalam bekerja keras, bekerjasama, dan bertanggung jawab atas pekerjaan merupakan indikator dari motivasi kerja
karyawan. Bekerja keras karyawan terlihat dari kemauan dari karyawan dalam menerima lemburan dalam bekerja dan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan
tepat waktu.
6.1.1 Motivasi Kerja Karyawan terhadap Gaji
Sebagian besar responden menilai gaji yang mereka peroleh dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun, hal tersebut diiringi dengan
keterampilan mereka dalam mengelola keuangan yang mereka peroleh. Tambahan upah lembur yang ditetapkan perusahaan meningkatkan motivasi mereka dalam
bekerja. Hal ini terungkap dari seorang karyawan yang mengatakan bahwa: “Saya sih senang-senang saja kalau disuruh lembur sama
atasan, kan lumayan kalau lembur bisa nambah-nambah penghasilan”.Na, 31 tahun, karyawan RD
Berdasarkan ungkapan tersebut dapat dilihat bahwa karyawan bersedia menggunakan waktu di luar jam kerja untuk mempercepat pekerjaan mereka
dengan cara lembur dalam bekerja. Salah satu motivasi mereka dalam bekerja lembur yaitu untuk menambah penghasilan. Jumlah responden karyawan menurut
motivasi terhadap gaji dan tingkat motivasi kerja dapat dlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Responden Karyawan Menurut Motivasi terhadap
Gaji dan Tingkat Motivasi Kerja
Motivasi terhadap Gaji
Tingkat Motivasi Kerja Jumlah Responden
Karyawan Tinggi
Sedang Rendah
Orang Tinggi
13 -
- 13
43,3 Sedang
12 4
- 16
53,3 Rendah
- 1
- 1
3,4 Jumlah
25 5
- 30
100
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Pearson pada taraf nyata α 0,05, diperoleh P value sebesar 0,005 yang kurang dari 0,05
memperlihatkan bahwa terdapat hubungan motivasi kerja terhadap gaji. Hal ini dapat dilihat pula dari koefisien korelasi yaitu sebesar 0,504 yang berarti bahwa
terdapat hubungan motivasi kerja terhadap gaji yang tergolong erat.
6.1.2 Motivasi Kerja Karyawan terhadap Peraturan dan Kebijakan Perusahaan
Peraturan dan kebijakan yang ada pada sebuah perusahaan bertujuan untuk menjadikan karyawan disiplin dalam bekerja. Perbedaan waktu kerja antar bagian
dipandang oleh para karyawan bukan merupakan suatu masalah, karena hal itu pun disesuaikan dengan pendapatan yang diterimanya. Umumnya karyawan
merasa senang apabila diadakan lembur oleh perusahaan karena hal itu akan menjadi pendapatan lebih bagi karyawan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Adapun jumlah responden yang termotivasi bekerja terhadap peraturan dan kebijakan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Responden Karyawan Menurut Motivasi terhadap Peraturan dan Kebijakan Perusahaan serta Tingkat Motivasi kerja
Motivasi terhadap Peraturan dan
Kebijakan Perusahaan
Tingkat Motivasi Kerja Jumlah Responden
Karyawan Tinggi
Sedang Rendah
Orang Tinggi
17 -
- 17
56,6 Sedang
7 4
- 11
36,7 Rendah
1 1
- 2
6,7 Jumlah
25 5
- 30
100
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Pearson pada taraf nyata α 0,05, diperoleh P value sebesar 0,014 yang kurang dari 0,05
memperlihatkan bahwa terdapat hubungan motivasi kerja terhadap peraturan dan kebijakan perusahaan. Hal ini dapat dilihat pula dari koefisien korelasi yaitu
sebesar 0,445 yang berarti bahwa terdapat hubungan motivasi kerja terhadap peraturan dan kebijakan perusahaan yang tergolong erat.
Karyawan memandang bahwa semua peraturan dan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan bertujuan untuk mendukung kelancaran kegiatan perusahaan,
sehingga hal itu pun akan bermanfaat bagi karyawan itu sendiri. Para karyawan mengerti bahwa peraturan dan kebijakan perusahaan berlaku bagi semua
karyawan perusahaan tanpa kecuali. Sebagian besar karyawan pun bersedia dikenakan sanksi apabila melanggar peraturan. Tepat waktu pada saat datang
bekerja merupakan salah satu indikasi bahwa karyawan pada bagian SDM dan RD disiplin dalam mematuhi peraturan perusahaan.
“Disiplin kerja karyawan timbul dikarenakan kebiasaan
karyawan terhadap peraturan yang berlaku dan tidak ada alasan bagi karyawan untuk tidak mengetahui peraturan disini
karena hampir di tiap mading departemen terdapat peraturan perusahaan”. SY, 52 tahun, Manager SDM
6.1.3 Motivasi Kerja Karyawan terhadap Hubungan Rekan Kerja
Hubungan yang baik antar karyawan akan menciptakan koordinasi dan komunikasi yang baik dalam bekerja sehingga semua akan berdampak terhadap
pencapaian kinerja yang baik pada perusahaan. Keeratan yang terjalin antara sesama rekan kerja umumnya didasari oleh kebersamaan para karyawan dimana
mereka merasa satu tujuan, satu nasib dan sepenanggungan. Baiknya hubungan tersebut juga dikarenakan oleh kesadaran para karyawan tentang perlunya
kerjasama yang baik dalam rangka pemenuhan dan tujuan perusahaan. Selain itu terkadang perusahaan memberikan fasilitas untuk rekreasi antar karyawan, jika
terdapat libur panjang. Maksud tujuan tersebut ialah memberikan hiburan kepada karyawan untuk melepas rasa jenuh akibat rutinitas kerja dan menjalin silaturahmi
antar karyawan. Hal ini diketahui dari hasil wawancara dengan seorang karyawan PT. Indofarma Tbk sebagai berikut :
Dulu-dulu sih indofarma suka ngadain rekreasi per- departemen, tapi sekarang-sekarang sudah jarang, palingan
inisiatif dari karyawan sendiri. Na, 31 tahun, karyawan RD
Berdasarkan hasil wawancara dapat dilihat bahwa rasa kekeluargaan memang sudah terbentuk pada setiap karyawan. Inisiatif karyawan dalam
mengadakan rekreasi merupakan cara karyawan dalam meningkatkan rasa kekeluargaan disana. Rasa kekeluargaan yang sudah melekat membuat karyawan
betah bekerja disana, karena menganggap bahwa rekan kerja sudah seperti
keluarga sendiri, dan belum tentu rasa kekeluargaan tersebut terjalin di perusahaan lain.
Tabel 9. Jumlah Responden Karyawan Menurut Motivasi terhadap Hubungan Rekan Kerja dan Tingkat Motivasi Kerja
Motivasi terhadap Hubungan Rekan
Kerja Tingkat Motivasi Kerja
Jumlah Responden Karyawan
Tinggi Sedang
Rendah Orang
Tinggi 24
2 -
26 86,6
Sedang 1
3 -
4 13,4
Rendah -
- -
- 6,7
Jumlah 25
5 -
30 100
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Pearson pada taraf nyata α 0,05, diperoleh P value sebesar 0,000 yang kurang dari 0,05
memperlihatkan bahwa terdapat hubungan motivasi kerja terhadap rekan kerja diperusahaan. Hal ini dapat dilihat pula dari koefisien korelasi yaitu sebesar 0,739
yang berarti bahwa terdapat hubungan motivasi kerja terhadap rekan kerja diperusahaan. yang tergolong cukup kuat
6.1.4 Motivasi Kerja Karyawan terhadap Hubungan Atasan-Bawahan
Hubungan yang baik dan harmonis antara atasan dan bawahan akan menciptakan suasana kerja yang kondusif, koordinasi yang baik, dan suasana
kerja yang komunikatif. Hubungan yang erat antara atasan dan bawahan ini akan memberikan dampak positif bagi perusahaan dimana para pimpinan dapat
mengkomunikasikan dengan baik kepada karyawan, baik itu tentang peraturan- peraturan perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan, standar kerja karyawan hingga
hal-hal lainnya yang perlu disampaikan kemudian dimengerti oleh karyawan. Kedekatan hubungan antara atasan dan bawahan di dalam pekerjaan dapat
dilihat dari perhatian atasan terhadap ide dan saran yang berasal dari bawahan,
atasan dalam memberikan bimbingan kepada bawahan, pemberian pujian atau kritik terhadap bawahan. Selain itu, kedekatan atasan dan bawahan di luar
pekerjaan dapat dilihat pula dari penilaian karyawan terhadap atasan dan bawahan ketika diluar jam kerja.
Atasan disini tidak sombong-sombong, mau bergaul dengan karyawan, contohnya disaat shalat zuhur tiba atasan dan
karyawan shalat jama’ah bersama, dan tidak memisahkan diri dengan karyawan lain.CH, laki-laki 25 tahun, karyawan SDM
Komentar CH, karyawan SDM menunjukkan bahwa atasan disana tidak memisahkan diri dengan bawahan, yang terbukti disaat jam istirahat atasan sering
shalat berjamaah bersama karyawan lainnya. Rasa saling menghormati antara atasan dan bawahan pun tercipta tidak hanya pada saat bekerja saja, namun diluar
pekerjaan atasan tetap memberikan contoh teladan yang baik, dengan bertegur sapa jika bertemu dengan karyawan lainnya. Perhatian yang diberikan atasan
terhadap bawahan menciptakan keharmonisan dalam bekerja sehingga menimbulkan semangat karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan. Adapun
jumlah responden yang termotivasi kerja terhadap hubungan atasan-bawahan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Responden Karyawan Menurut Motivasi terhadap hubungan Atasan-Bawahan dan Tingkat Motivasi kerja
Motivasi terhadap Hubungan Atasan-
Bawahan Tingkat Motivasi Kerja
Jumlah Responden Karyawan
Tinggi Sedang
Rendah Orang
Tinggi 18
1 -
19 63,3
Sedang 7
3 -
10 33,3
Rendah -
1 -
1 3,4
Jumlah 25
5 -
30 100
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Pearson pada taraf nyata α 0,05, diperoleh P value sebesar 0,008 yang kurang dari 0,05
memperlihatkan bahwa terdapat hubungan motivasi kerja hubungan atasan- bawahan. Hal ini dapat dilihat pula dari koefisien korelasi yaitu sebesar 0,474
yang berarti bahwa terdapat hubungan motivasi kerja terhadap hubungan atasan- bawahan diperusahaan. yang tergolong erat.
.
6.1.5 Motivasi Kerja Karyawan terhadap Prestasi
Sebagian besar responden mempunyai motivasi yang tinggi terhadap prestasi. Keinginan karyawan dalam berprestasi, merupakan hal yang umum bagi
setiap karyawan, karena hampir setiap karyawan ingin mendapatkan jenjang karir yang lebih baik. Keinginan tersebut diiringi dengan kesungguhan mereka dalam
bekerja. Adanya kebijakan kenaikan jenjang karir bagi karyawan yang berprestasi membuat semakin termotivasinya karyawan dalam bekerja.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar karyawan menyatakan bersedia bekerja sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan perusahaan dan
bersedia bekerja keras dalam mencapai target perusahaan. Rata-rata responden yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai motivasi untuk berprestasi dalam
bekerja. Kesediaan tersebut mengindikasikan bahwa karyawan memang bersungguh-sungguh dalam bekerja. Jumlah responden yang termotivasi bekerja
terhadap prestasi dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Jumlah Responden Karyawan Menurut Motivasi terhadap Prestasi dan Tingkat Motivasi Kerja
Motivasi terhadap Prestasi
Tingkat Motivasi Kerja Jumlah Responden
Karyawan Tinggi
Sedang Rendah
Orang Tinggi
25 2
- 27
90 Sedang
- 3
- 3
10 Rendah
- -
- -
- Jumlah
25 5
- 30
100 Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Pearson pada taraf
nyata α 0,05, diperoleh P value sebesar 0,000 yang kurang dari 0,05 memperlihatkan bahwa terdapat hubungan motivasi kerja terhadap prestasi. Hal
ini dapat dilihat pula dari koefisien korelasi yaitu sebesar 0,828 yang berarti bahwa terdapat hubungan motivasi kerja terhadap prestasi tergolong cukup kuat.
6.1.6 Motivasi Kerja Karyawan terhadap Pengakuan
Pengakuan dapat menyebabkan karyawan merasa betah, rajin, dan berusaha untuk selalu mencapai hasil yang lebih baik. Atasan selalu memberikan
pujian dan penghargaan kepada karyawan atas prestasi, dedikasi dan pengabdian yang sudah diberikan karyawan kepada perusahaan. Adanya pengakuan membuat
karyawan lebih bersemangat dalam bekerja, karena pada umumnya karyawan berkeinginan mendapatkan pengakuan dari atasanya atas pekerjaannya.
Pengakuan pada bagian SDM dan RD ditujukan untuk karyawan yang berprestasi saja, yang kemudian dipromosikan oleh atasannya untuk naik jabatan
atau mendapat kenaikan gaji. Kenaikan gaji, sering dilakukan atasan terhadap karyawan yang sudah lama mengabdikan dirinya pada perusahaan Indofarma.
Responden pun mempunyai beragam motivasi terhadap pengakuan yang diberikan
atasan. Ada yang mempunyai motivasi tinggi, sedang dan ada juga yang mempunyai motivasi rendah. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perlakuan
yang berbeda yang didapatkan karyawan oleh atasannya. Adapun jumlah responden yang termotivasi terhadap pengakuan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah Responden Karyawan Menurut Motivasi terhadap Pengakuan dan Tingkat Motivasi Kerja
Motivasi terhadap Pengakuan
Tingkat Motivasi Kerja Jumlah Responden
Karyawan Tinggi
Sedang Rendah
Orang Tinggi
16 -
- 16
53,3 Sedang
8 5
- 13
43,3 Rendah
1 -
- 1
3,4 Jumlah
25 5
- 30
100 Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Pearson pada taraf
nyata α 0,05, diperoleh P value sebesar 0,042 yang kurang dari 0,05 memperlihatkan bahwa terdapat hubungan motivasi kerja terhadap prestasi. Hal
ini dapat dilihat pula dari koefisien korelasi yaitu sebesar 0,373 yang berarti bahwa terdapat hubungan motivasi kerja terhadap prestasi tergolong cukup erat.
6.1.7 Motivasi Kerja terhadap Tanggung jawab
Motivasi kerja terhadap tanggung jawab merupakan kepercayaan yang diberikan atasan kepada bawahan dalam melaksanakan tugasnya, sehingga
bawahan merasa mempunyai semangat dalam melaksanakan tugasnya. Responden pun mempunyai beragam motivasi terhadap tanggung jawab yang diberikan
atasan. Ada yang mempunyai motivasi tinggi, sedang dan ada juga yang mempunyai motivasi rendah. Namun, sebagian besar responden mempunyai
motivasi yang tinggi terhadap tanggung jawab.
Perbedaan motivasi terhadap tanggung jawab yang berbeda disebabkan adanya perlakuan yang berbeda yang didapatkan karyawan dari atasannya.
Tanggung jawab yang tergolong tinggi, diindikasikan dengan ketepatan karyawan dalam datang bekerja dan bersedia menerima sanksi jika melanggar peraturan
tersebut. Tabel 13. Jumlah Responden Karyawan Menurut Motivasi terhadap
Tanggung Jawab dan Tingkat Motivasi Kerja Motivasi terhadap
Tanggung Jawab Tingkat Motivasi Kerja
Jumlah Responden Karyawan
Tinggi Sedang
Rendah Orang
Tinggi 24
- 24
80 Sedang
1 5
- 6
20 Rendah
- -
- -
- Jumlah
25 5
- 30
100 Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Pearson pada taraf
nyata α 0,05, diperoleh P value sebesar 0,000 yang kurang dari 0,05
memperlihatkan bahwa terdapat hubungan motivasi kerja terhadap tanggung jawab. Hal ini dapat dilihat pula dari koefisien korelasi yaitu sebesar 0,373 yang
berarti bahwa terdapat hubungan motivasi kerja terhadap tanggung jawab tergolong cukup kuat.
6.2 Ikhtisar