Pengamatan Destruktif Pengamatan Non Destruktif Resistensi Kulit Buah

1. Pengamatan Destruktif

1.1.Resistensi Kulit Buah 1.2.Kadar Air Kulit Buah 1.3.Padatan Terlarut Total PTT 1.4.Total Asam Tertitrasi TAT 1.5.Rasio PTTTAT

2. Pengamatan Non Destruktif

2.1.Susut Bobot Buah 2.2.Warna Kulit Buah 2.3.Warna Kelopak Buah

1. Pengamatan Destruktif

1.1 Resistensi Kulit Buah

Pengamatan resistensi kulit buah diukur dengan menggunakan suatu alat yang dilengkapi dengan pengukur tekanan dan mempunyai satuan barpsi. Alat ini digunakan dengan menggunakan tekanan udara yang telah diatur terlebih dahulu. Buah manggis dibuka dengan cara memberikan tekanan yang kuat. Setelah buah terbuka, maka jarum penunjuk tekanan akan otomatis berhenti pada angka tertentu. Angka tersebut menunjukkan banyaknya tekanan yang diberikan untuk membuka buah manggis. Apabila angka yang ditunjukkan pada alat ini semakin tinggi maka kemampuan dibuka buah semakin sulit. Semakin lama buah disimpan pada kondisi normal, maka buah akan semakin sulit dibuka. Berikut adalah gambar alat yang digunakan untuk membuka buah manggis: Gambar 1. Alat Pembuka Buah Manggis

1.2 Kadar Air Kulit

Kadar air kulit dihitung dengan cara menimbang bobot basah kulit buah manggis terlebih dahulu, kemudian setelah itu kulit buah dioven selama 2 x 24 jam dengan suhu 105°C. Bobot kering didapatkan dengan cara menimbang kulit buah manggis yang telah dioven, kemudian kulit buah di oven kembali selama 1 x 24 jam lalu ditimbang. Apabila bobot buah masih berubah maka dilakukan kembali pengovenan kulit buah hingga bobot kulit tidak berubah. Kadar Air = Bobot Basah-Bobot Kering Bobot Kering x 100

1.3 Padatan Terlarut Total

Padatan terlarut total diukur dengan menggunakan refraktometer digital. Daging buah yang diamati diambil sarinya lalu diteteskan pada lensa refraktometer. Angka yang diperoleh dinyatakan dengan °Brix.

1.4 Total Asam Tertitrasi

Daging buah manggis dihaluskan kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring untuk mendapatkan sarinya. Kemudian diambil 10 ml sari buah manggis dan dimasukkan kedalam labu takar 250 ml kemudian dilarutkan dengan aquades sampai tanda tera lalu dikocok. Selanjutnya diambil 50 ml filtrat dan diberi 2-3 tetes indikator phenolphthalein kemudian dititrasi dengan menggunakan NaOH 0.1 N sampai berubah warna menjadi merah muda pink. Titarsi dilakukan dua kali atau duplo TAT = × × × x 100 TAT = Total Asam Tertitrasi V = Volume NaOH 0.1 N ml N NaOH = Normalitas NaOH Fp = Faktor pengencer Volume labu takar ml filtrat yang diambil BE = Bobot Ekuivalen W = Berat contoh

1.5 Rasio Padatan Terlarut Total dan Total Asam Tertitrasi

Rasio Padatan Terlarut Total dengan Total Asam Tertitrasi dihitung dengan cara membandingkan nilai Padatan Terlarut Total dengan nilai Total Asam Tertitrasi tiap hari pengamatan.

2. Pengamatan Non Destruktif

2.1 Susut Bobot Buah

Pengukuran susut bobot buah dilakukan menggunakan neraca analitik. Pengukuran dilakukan sebelum buah manggis disimpan Bo dan setiap akhir pengamatan Bt yaitu dua hari sekali. Nilai susut bobot didapatkan dengan membandingkan pengamatan bobot awal dan bobot akhir. Pengamatan ini dinyatakan dalam persen. Susut bobot = x 100 Bo = Bobot awal pengamatan Bt = Bobot setiap akhir pengamatan

2.2 Warna Kulit Buah

Pengamatan warna kulit buah menggunakan Color Reader dengan komponen nilai L gelap-terang, a hijau-merah, dan b biru-kuning. Nilai L berkisar dari 0 hingga 100, semakin besar nilai L maka warna akan semakin terang. Nilai a dan b merupakan koordinat-koordinat kromatisasi, a menyatakan kromatik campuran hijau-merah dengan nilai -a dari 0 sampai -60 untuk warna hijau dan untuk warna merah +a dari 0 sampai 60. Nilai b menyatakan warna kromatik campuran biru-kuning, dengan nilai -b dari 0 sampai -60 untuk warna biru dan nilai +b dari 0 sampai 60 untuk warna kuning. Pengamatan dilakukan dengan mengambil tiga sampel titik yang mewakili keseluruhan warna kulit buah.

2.3 Warna Kelopak Buah

Metode pengamatan warna kelopak buah sama seperti pengamatan warna kulit buah yaitu dengan menggunakan alat Color Reader. Pengamatan warna kelopak buah manggis ini dilakukan dengan mengamati tiap kelopak yang ada pada buah. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Buah manggis diambil dari salah satu sentra produksi yang berada di daerah Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Keadaan buah saat dipanen masih berwarna hijau, namun setelah mengalami transportasi dari Purwakarta menuju Bogor buah mengalami perubahan warna kulit menjadi agak kemerahan hingga keunguan. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh etilen yang sangat tinggi pada buah manggis, sehingga warna kulit buah buah sangat cepat berubah.Perlakuan dilakukan pada keesokan harinya karena buah manggis tiba pada waktu malam hari. Buah yang digunakan adalah buah yang berumur sekitar 104 HSP dan mempunyai bobot rata-rata 50,36 gram. Buah yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok warna kulit buah yaitu, hijau kemerahan, merah, keunguan dan ungu kehitaman. Setelah buah diberi perlakuan, sitokinin dan bahan pelapis, buah disimpan di dalam lemari pendingin dengan kisaran suhu 15.0-16.9°C dan kelembaban udara 84-98. Selama pengamatan terdapat buah yang terkena serangan penyakit busuk buah dan timbul cendawan pada kulit buah. Akibat yang ditimbulkan adalah buah lebih cepat busuk, mengeras dan penampakannya menjadi tidak menarik. Buah dengan kondisi busuk dan mengeras tidak dapat diamati, sehingga tidak semua pengamatan dilakukan sampai 30 HSP Hari Setelah Perlakuan, terutama untuk pengamatan destruktif Resistensi Kulit Buah dan Kadar Air hanya dilakukan pengamatan sampai 26 HSP, sedangkan Padatan Total Terlalut, Total Asam Tertitrasi serta Rasio Padatan Total Terlarut dan Total Asam Tertitrasi hanya dilakukan pengamatan hingga 24 HSP.

1. Resistensi Kulit Buah

Gambar 2 dan 3 menunjukkan bahwa resistensi kulit buah meningkat dari 0-26 HSP. Pengamatan setelah 12 HSP menunjukkan mulai terjadinya peningkatan yang tajam terhadap resistensi kulit buah. Perubahan-perubahan tersebut ditunjukkan dari peningkatan nilai resistensi kulit buah dalam grafik. Perlakuan khitosan 1,5 nilai resistensi kulit buah meningkat dari 0,28 bar pada 12 HSP menjadi 0,92 bar pada 14 HSP dan kemudian menjadi 1,29 pada 16 HSP. Pada perlakuan minyak sawit 25 nilai resistensi kulit buah meningkat dari 0,24 bar pada 12 HSP menjadi 0,87 bar pada 14 HSP namun pada 16 HSP mengalami penurunan menjadi 0,63. Perlakuan lilin lebah 6 menunjukkan nilai resistensi yang meningkat dari 0,3 bar pada 12 HSP menjadi 0,36 bar pada 14 HSP dan 0,98 pada 16 HSP. Pada Gambar 2 ditunjukkan bahwa pada 16 HSP perubahan akibat pengaruh perlakuan BA mulai terlihat dan menunjukkan bahwa BA 0 ppm mampu menghambat resistensi kulit buah lebih rendah dibandingkan cek dan bahan pelapis lainnya. Perlakuan bahan pelapis mulai menunjukkan peningkatan yang tajam pada 12 HSP kecuali lilin lebah 6 yang baru meningkat pada 14 HSP. Gambar 2. Pengaruh BA terhadap Resistensi Kulit Buah 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 R e si st e n si K u li t B u a h B a r W aktu Pengamatan HSP 0 ppm 20 ppm 40 ppm Cek Gambar 3. Pengaruh Bahan Pelapis terhadap Resistensi Kulit Buah Pada Tabel Lampiran 1, perlakuan BA, bahan pelapis maupun interaksi antar keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap resistensi kulit buah selama pengamatan. Hasil uji kontras ortogonal Tabel Lampiran 1 menunjukkan bahwa perlakuan BA maupun bahan pelapis memberikan hasil yang nyata terhadap resistensi kulit buah pada 10 dan 20 HSP. Secara keseluruhan buah yang digunakan dalam penelitian masih dapat dibuka dengan mudah hingga tekanan 2 bar sampai 22 HSP . Semakin tinggi nilai resistensi kulit buah maka akan semakin sulit buah dibuka. Tingginya nilai resistensi kulit buah ini mungkin disebabkan karena kadar air dalam kulit buah berkurang sehingga semakin lama kulit buah manggis akan semakin mengeras dan sulit untuk dibuka. Buah dengan ciri-ciri tersebut biasanya adalah buah yang sudah busuk dan mengering. Buah yang cepat mengeras diduga disebabkan oleh kehilangan air yang mengakibatkan kadar air kulit buah menjadi rendah sehingga ikatan antar sel dalam kulit buah tersebut semakin kuat dan menyebabkan dinding sel kulit saling menempel. Menurut Qanytah 2004, peningkatan kekerasan buah manggis yang terjadi selama penyimpanan disebabkan karena penguapan air pada ruang antar sel sehingga sel saling merekat dan ruang antar sel menyatu. Auliani 2010 menyatakan bahwa pada awal buah matang propektin berubah menjadi pektin yang mudah larut dalam air, kemudian setelah itu mengalami deesterifikasi 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 R e si st e n si K u li t B u a h B a r W aktu Pengamatan HSP Khit osan 1,5 M inyak Saw it 25 Lilin Lebah 6 Cek menjadi asam pektat. Adanya ion Ca menyebabkan terjadinya ikatan yang kuat sehingga kulit buah mengeras. Dari hasil pengamatan diketahui terdapat hubungan antara resistensi kulit buah dengan keadaan buah manggis. Deskripsi kesetaraan antara tekanan dengan tingkat resistensi kulit buah ditunjukkan oleh Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Keadaan Buah Manggis Sesuai dengan Tekanan dan Resistensi Kulit Buah Tekanan bar Resistensi Kulit Buah Keadaan Buah 0 x ≤ 1 Sangat rendah · Daging buah mulus berwarna putih banyak mengandung jus, kulit buah berwarna merah banyak mengandung air 1 x ≤ 2 Rendah · Daging buah putih banyak mengandung jus, kulit buah bagian dalam berwarna merah banyak mengandung air 2 x ≤ 3 Agak Rendah · Daging buah berwarna putih, sedikit mengandung jus, kulit buah bagian dalam tidak cerah 3 x ≤ 4 Agak Tinggi · Daging buah kusam, kandungan jus sedikit, warna kulit buah bagian dalam tidak cerah 4 x ≤ 5 Tinggi · Kulit buah bagian luar keriput, daging buah berwarna kusam, lekat dengan kulit. Kulit buah bagian dalam berwarna kuning kecoklatan · Jika daging buah diperas, jus yang dihasilkan lengket x 5 Sangat Sulit · Kulit buah bagian luar keriput, kering berwarna coklat tua, keras, daging buah kering

2. Kadar Air Kulit Buah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana Linn.) pada bakteri Streptococcus mutans sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar dengan Metode Dilusi In Vitro

6 111 48

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar secara in Vitro

8 89 59

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana.L) Terhadap Perubahan Makroskopis, Mikroskopis dan Tampilan Immunohistokimia Antioksidan Copper Zinc Superoxide Dismutase (Cu Zn SOD) Pada Ginjal Mencit Jantan (Mus Musculus.L) Stra

3 48 107

Evaluasi Lahan Untuk Pengembangan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Kabupaten Mandailing Natal

4 42 82

Formulasi Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak Air Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Menggunakan Gelatin Sebagai Bahan Pengikat

1 18 79

Pengaruh Bahan Pelapis dan Sitokinin terhadap Kesegaran Cupat dan Umur Simpan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

1 10 91