Berdasarkan Tabel 2 pada 18 HSP, kombinasi BA 40 ppm-minyak sawit 25 mempunyai kadar air kulit buah tertinggi tapi tidak berbeda nyata dengan
seluruh kombinasi perlakuan kecuali kombinasi BA 20 ppm-lilin lebah 6 dan BA 40 ppm-lilin lebah 6.
Hasil uji kontras ortogonal menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan BA maupun perlakuan bahan pelapis memberikan pengaruh yang nyata pada 0, 2, 20
dan 26 HSP serta berpengaruh sangat nyata pada 8, 16, dan 18 HSP. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara
kadar air dan resistensi kulit buah. Kadar air kulit buah berkorelasi negatif terhadap resistensi kulit buah r = -0.376
tn
, semakin tinggi kadar air kulit buah maka semakin rendah nilai resistensi kulit buah.
3. Susut Bobot Buah
Pada Gambar 6 susut bobot buah manggis meningkat dari awal hingga akhir pengamatan. Perlakuan BA 40 ppm mampu mempertahankan susut bobot
buah lebih rendah dibandingkan bahan pelapis lainnya kecuali pada cek. Gambar 7 menunjukkan bahwa susut bobot terus meningkat selama waktu
pengamatan. Perlakuan bahan pelapis lilin lebah 6 menunjukkan persentase susut bobot buah terendah dibandingkan bahan pelapis lainnya tetapi tidak lebih
rendah daripada cek. Susut bobot buah mampu dipertahankan hingga 20 HSP.
Gambar 6. Pengaruh Perlakuan BA terhadap Susut Bobot Buah
2 4
6 8
10 12
14 16
2 4
6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
S u
su t
B o
b o
t B
u a
h
W aktu Pengamatan HSP
0 ppm 20 ppm
40 ppm Cek
Gambar 7. Pengaruh Perlakuan Bahan Pelapis terhadap Susut Bobot Buah Berdasarkan Tabel Lampiran 3 serta Gambar 6 dan 7, perlakuan
pemberian BA tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase susut bobot buah. Perlakuan BA 0 ppm dan cek mampu mempertahankan susut bobot
buah kurang dari 10 sampai 26 HSP, perlakuan BA 20 ppm sampai 22 HSP sedangkan BA 40 ppm sampai 24 HSP. Perlakuan bahan pelapis memberikan
pengaruh secara nyata terhadap persentase susut bobot buah pada 4 dan 8 HSP dan sangat nyata pada 2 HSP. Perlakuan lilin lebah 6 memiliki susut bobot
paling tinggi tetapi tidak berbeda nyata dengan khitosan 1,5, sedangkan minyak sawit 25 memiliki susut bobot paling rendah Tabel Lampiran 3. Perlakuan
khitosan 1,5 mampu mempertahankan susut bobot buah kurang dari 10 sampai 22 HSP, minyak sawit 25 dan lilin lebah 6 sampai 24 HSP serta cek
sampai 26 HSP. Interaksi kombinasi perlakuan sitokinin dan bahan pelapis memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap susut bobot buah hanya pada 2
HSP dan secara keseluruhan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap susut bobot buah.
Berdasarkan uji kontras ortogonal Tabel Lampiran 3 perlakuan pemberian BA maupun perlakuan bahan pelapis secara nyata tidak memberikan
hasil yang lebih baik daripada cek.
2 4
6 8
10 12
14 16
2 4
6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
S u
su t
B o
b o
t B
u a
h
W aktu Pengamatan HSP
Khit osan 1,5
M inyak Saw it 25
Lilin Lebah 6
Cek
Menurut Pratiwi 2008 susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Transpirasi merupakan faktor dominan
penyebab susut bobot, yaitu terjadi perubahan fisiokimia berupa penyerapan dan pelepasan air ke lingkungan. Kerusakan tekstur dan pengerutan merupakan
indikasi yang dipengaruhi oleh kehilangan air. Susut bobot terjadi karena selama proses penyimpanan menuju pemasakan
terjadi perubahan fisiokimia berupa pelepasan air Widiastuti, 2006. Menurut Story 1991 buah sudah tidak dapat dipasarkan lagi apabila telah kehilangan lebih
dari 10 dari berat basahnya.
4. Warna Kulit Buah