2. Kadar Air Kulit Buah
Kadar air kulit buah manggis mengalami penurunan dari 0-16 HSP yang ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5. Selanjutnya mengalami peningkatan persentase
kadar air hingga 20 HSP dan setelah itu mengalami penurunan kembali sampai 24 HSP. Kenaikan yang terjadi pada pengamatan 20 HSP dapat terjadi karena
beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama yang menyebabkan kenaikan tersebut adalah terjadinya respirasi klimaterik. Pelepasan air yang terjadi pada saat
respirasi klimaterik menyebabkan bobot kering kulit buah berkurang dan air yang dilepas akan diserap kembali oleh kulit buah. Berkurangnya susut bobot pada
bahan kering terjadi tidak hanya karena berkurangnya air tetapi karena respirasi klimaterik tersebut. Penurunan bobot akan menyebabkan penambahan air pada
kulit buah sehingga terjadi peningkatan kandungan air dan kadar air meningkat. Menurut Swadianto 2009, peningkatan respirasi klimaterik mulai terjadi pada
hari ke-21 dan puncaknya terjadi pada hari ke-22. Kemungkinan kedua yang menyebabkan kenaikan pada 20 HSP adalah karena pada saat pengamatan 16
HSP, tempat dimana dilakukan pengamatan dan penyimpanan buah mengalami gangguan pemadaman listrik selama 12 jam. Kadar air kulit buah mampu
dipertahankan hingga 24 HSP yang ditunjukkan pada grafik diatas.
Gambar 4. Pengaruh Perlakuan BA terhadap Kadar Air Kulit Buah
20 25
30 35
40 45
50
2 4
6 8
10 12 14 16 18 20 22 24 26 K
a d
a r
A ir
K u
li t
B u
a h
W aktu Pengamatan HSP
0 ppm 20 ppm
40 ppm Cek
Gambar 5. Pengaruh Perlakuan Bahan Pelapis terhadap Kadar Air Kulit Buah Berdasarkan Tabel Lampiran 2 perlakuan BA memberikan pengaruh yang
nyata terhadap kadar air kulit buah pada 26 HSP. Perlakuan BA 40 ppm mempunyai nilai kadar air paling tinggi, berbeda nyata dengan perlakuan BA 0
ppm serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan BA 20 ppm. Perlakuan bahan pelapis memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar air kulit buah
pada 2 dan 18 HSP. Perlakuan minyak sawit 25 mempunyai persentase kadar air kulit buah nyata lebih tinggi dengan perlakuan lilin lebah 6 dan tidak berbeda
nyata dengan khitosan 1,5. Interaksi perlakuan antara BA dan bahan pelapis memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air kulit buah pada 2 dan 18
HSP. Tabel 2. Pengaruh Interaksi Kombinasi BA dan Bahan Pelapis terhadap Kadar Air
Kulit Buah pada 18 HSP Waktu
Pengamatan BA
Bahan Pelapis Khitosan
1,5 M. Sawit
25 L. Lebah 6
0 ppm 34.17abc
45.35a 27.59abc
18 HSP 20 ppm
45.27a 41.86ab
26.39bc 40 ppm
34.99abc 45.81a
20.40c
Keterangan: Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata
berdasarkan Uji DMRT pada taraf 5
20 25
30 35
40 45
50
0 2 4
6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
K a
d a
r A
ir K
u li
t B
u a
h
W aktu Pengamatan HSP
Khit osan 1,5 M inyak Saw it 25
Lilin Lebah 6 Cek
Berdasarkan Tabel 2 pada 18 HSP, kombinasi BA 40 ppm-minyak sawit 25 mempunyai kadar air kulit buah tertinggi tapi tidak berbeda nyata dengan
seluruh kombinasi perlakuan kecuali kombinasi BA 20 ppm-lilin lebah 6 dan BA 40 ppm-lilin lebah 6.
Hasil uji kontras ortogonal menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan BA maupun perlakuan bahan pelapis memberikan pengaruh yang nyata pada 0, 2, 20
dan 26 HSP serta berpengaruh sangat nyata pada 8, 16, dan 18 HSP. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara
kadar air dan resistensi kulit buah. Kadar air kulit buah berkorelasi negatif terhadap resistensi kulit buah r = -0.376
tn
, semakin tinggi kadar air kulit buah maka semakin rendah nilai resistensi kulit buah.
3. Susut Bobot Buah