Menurut Pratiwi 2008 susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Transpirasi merupakan faktor dominan
penyebab susut bobot, yaitu terjadi perubahan fisiokimia berupa penyerapan dan pelepasan air ke lingkungan. Kerusakan tekstur dan pengerutan merupakan
indikasi yang dipengaruhi oleh kehilangan air. Susut bobot terjadi karena selama proses penyimpanan menuju pemasakan
terjadi perubahan fisiokimia berupa pelepasan air Widiastuti, 2006. Menurut Story 1991 buah sudah tidak dapat dipasarkan lagi apabila telah kehilangan lebih
dari 10 dari berat basahnya.
4. Warna Kulit Buah
Warna kulit merupakan salah satu indikator kematangan buah manggis. Apabila buah tersebut sudah berwarna kuning kemerahan, maka buah manggis
sudah layak untuk dipanen. Warna kulit juga merupakan salah satu syarat ekspor buah manggis agar dapat diterima pasar.
4.1 Kecerahan Warna Kulit Buah L
Kecerahan buah manggis pada awal pengamatan rata-rata menunjukkan nilai L sebesar 31,30. Berdasarkan Gambar 8 dan 9, kecerahan kulit buah
manggis menunjukkan penurunan pada 0-4 HSP, setelah itu mengalami kenaikkan kembali sampai 8 HSP dan kembali menurun pada 10-30 HSP. Penurunan nilai L
berarti menunjukkan bahwa kecerahan buah manggis semakin menurun atau warna buah manggis berubah menjadi semakin gelap.
Gambar 8. Pengaruh Perlakuan BA terhadap Kecerahan Warna Kulit Buah
Gambar 9. Pengaruh Perlakuan Bahan Pelapis terhadap Kecerahan Warna Kulit Buah
Berdasarkan Gambar 8 dan 9 dapat diketahui bahwa kecerahan warna kulit mengalami penurunan dari 2 HSP. Perubahan kecerahan karena pengaruh
perlakuan mulai terjadi pada pengamatan setelah 12 HSP yang ditunjukkan dengan grafik yang stabil hingga akhir pengamatan. Pada cek ditunjukkan bahwa
pada pengamatan setelah 2 HSP kecerahan kulit buah menunjukkan penurunan yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan. Perlakuan BA 40 ppm
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya pada 12-16
23 24
25 26
27 28
29 30
31 32
33
2 4
6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
K e
c e
ra h
a n
W a
rn a
K u
li t
B u
a h
L
W aktu Pengamatan HSP
0 ppm 20 ppm
40 ppm Cek
23 24
25 26
27 28
29 30
31 32
33
2 4
6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
K e
c e
ra h
a n
W a
rn a
K u
li t
B u
a h
L
W aktu Pengamatan HSP
Khit osan 1,5
M inyak Saw it 25
Lilin Lebah 6
Cek
HSP. Pada pengamatan 14-24 HSP, perlakuan khitosan 1,5 menunjukkan pengaruh nyata lebih baik daripada perlakuan bahan pelapis lainnya kecuali pada
18 HSP. Kecerahan kulit buah mampu dipertahankan hingga 24 HSP yang ditunjukkan oleh Gambar 8 dan 9.
4.2 Kisaran Warna Hijau-Merah Kulit Buah a
Pada penelitian ini nilai a yang ditunjukkan adalah nilai a positif. Hal ini berarti warna kulit buah manggis sudah menunjukkan warna kemerahan. Setelah
dilakukan penyimpanan selama 30 HSP, ternyata nilai a positif pada kulit buah manggis mengalami penurunan. Penurunan nilai a positif tersebut berarti warna
merah pada kulit buah manggis semakin berkurang dan berubah warna.
Gambar 10. Pengaruh Perlakuan BA terhadap Kisaran Warna Hijau-Merah Kulit Buah
5 7
9 11
13 15
17
2 4
6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
K is
a ra
n W
a rn
a H
ij a
u -M
e ra
h K
u li
t B
u a
h
a
W aktu Pengamatan HSP
0 ppm 20 ppm
40 ppm Cek
Gambar 11. Pengaruh Perlakuan Bahan Pelapis terhadap Kisaran Warna Hijau- Merah Kulit Buah
Berdasarkan Gambar 10 dan 11 dapat diketahui bahwa kisaran warna hijau-merah kulit buah menujukkan penurunan selama pengamatan. Hal ini berarti
semakin lama buah disimpan maka warna merah dari kulit buah tersebut akan semakin hilang. Pada pengamatan setelah 12 HSP, perlakuan minyak sawit 25
memberikan hasil nyata lebih baik dibandingkan cek dan bahan pelapis lainnya hingga 24 HSP. Warna merah pada kulit buah mampu dipertahankan hingga 22
HSP.
4.3 Kisaran Warna Biru-Kuning Kulit Buah b