Pembahasan Aplikasi Probiotik dengan Dosis Berbeda untuk Pencegahan Infeksi IMNV (Infectious Myonecrosis Virus) pada Udang Vaname Litopenaeus vannamei
13 disampaikan oleh Li et al. 2009 bahwa sintasan udang secara signifikan
meningkat seiring dengan peningkatan dosis bakteri probiotik Bacillus OJ PB yang ditambahkan pada pakan. Penambahan bakteri probiotik Bacillus NP5
dengan dosis 10
8
CFU.mL
-1
melalui pakan diduga mampu menekan infeksi virus IMNV pada tubuh udang melalui peningkatan kebugaran dan respon imun
sehingga dapat meningkatkan sintasan udang vaname. Faktor-faktor yang memengaruhi respon imun terhadap probiotik antara lain komposisi mikroflora
intestinum inang, dosis yang digunakan, umur, spesies, kualitas probiotik, dan cara preparasi probiotik Fuller 1992.
Otot abdomen merupakan lokasi penyuntikan IMNV. Lokasi otot dipilih karena otot merupakan salah satu organ target IMNV Tang et al. 2005 dan juga
agar virus IMNV dapat dengan cepat berkembangbiak dalam tubuh udang. Gejala klinis akibat infeksi IMNV melalui injeksi pertama kali ditemukan adalah berupa
nekrosis otot abdomen berwarna putih susu di ruas antara 3 dan 4 Gambar 9. Kemunculan gejala klinis awal tiap perlakuan berbeda-beda, gejala klinis awal
yang muncul paling cepat yaitu hari ke-3 pada perlakuan kontrol positif dan gejala klinis awal yang muncul paling lama yaitu hari ke-5 pada perlakuan penambahan
bakteri probiotik Bacillus NP5 dosis 10
8
CFU.mL
-1
. Hal ini mengindikasikan bahwa bakteri probiotik NP5 yang diberikan mampu menunda infeksi awal IMNV.
Nekrosis terjadi karena sel otot udang rusak akibat aktivitas virus IMNV. Gejala klinis yang muncul selanjutnya adalah bagian ekor udang telson berubah
menjadi putih kemerahan dan terus menjalar dari bagian ekor hingga ke bagian kepala. Hasil penelitian lain yang dilakukan Tang et al. 2005 bahwa udang
vaname yang diinfeksi oleh IMNV menunjukkan gejala klinis pertama kali pada hari ke-6 setelah infeksi. Setelah itu mortalitas pada hari ke-13. Sintasan udang
vaname pada pengujian tersebut sama dengan penelitian ini yaitu 76,67.
Mekanisme pertahanan hewan invertebrata seperti krustasea hanya mengandalkan mekanisme pertahanan non spesifik, lain halnya dengan hewan
vertebrata yang dapat menggunakan mekanisme pertahanan adaptif dan non spesifik. Peningkatan respon imun udang vaname dapat diamati melalui parameter
total hemosit Gambar 4. Hemosit merupakan sistem pertahanan seluler nonspesifik Roch 1999 yang dimiliki oleh udang dan golongan krustasea lainnya
yang berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh Jiravanichpaisal et al. 2006. Berdasarkan hasil yang diperoleh, penambahan bakteri probiotik Bacillus NP5
melalui pakan pada pemeliharaan udang vaname selama 30 hari menunjukkan THC yang lebih baik dibandingkan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa status
kesehatan udang yang diberi perlakuan probiotik lebih siap terhadap infeksi patogen dibandingkan dengan yang tidak diberi probiotik. Penambahan bakteri
probiotik Bacillus NP5 dengan dosis 10
8
CFU.mL
-1
melalui pakan menghasilkan THC terbaik yaitu 11,57x10
6
sel.mL
-1
. Setelah dilakukan uji tantang dengan IMNV selama 14 hari, secara keseluruhan terjadi penurunan THC pada semua
perlakuan. THC berkisar antara 3,78-7,83x10
6
sel.mL
-1
dan perlakuan C menunjukkan hasil terbaik yaitu 7,83x10
6
sel.mL
-1
. Penurunan THC ini mengindikasikan reaksi cepat imunitas udang vaname terhadap infeksi yang
diberikan. Penurunan jumlah sel hemosit ini merupakan efek kerja mekanisme pertahanan tubuh seperti infiltrasi hemosit pada jaringan yang terinfeksi, kematian
sel hemosit akibat apoptosis Costa et al. 2009, aktivitas fagositosis, enkapsulasi, pembentukan nodul, serta terjadinya proses degranulasi untuk aktivitas sistem
14 prophenoloxidase PO dan mekanisme pertahanan tubuh yang lainnya Smith et
al. 2003. Peningkatan dan penurunan THC dari hasil yang diperoleh disebabkan
oleh peningkatan dan penurunan komponen sel-sel hemositnya. Hemosit terdiri atas 3 jenis sel berdasarkan granul pada sitoplasmanya yaitu hialin, granular, dan
semi granular Gambar 10. Dalam penelitian ini persentase granular dan semigranular dibuat menjadi satu kelompok yaitu persentase granular.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, persentase hialin setelah penambahan bakteri probiotik Bacillus NP5 selama 30 hari menunjukkan hasil yang lebih baik
dibanding kontrol. Dosis bakteri probiotik Bacillus NP5 10
8
CFU.mL
-1
merupakan dosis terbaik dengan persentase hialin sebesar 45 dan persentase granular
sebesar 55 Gambar 5. Ketiga jenis sel ini menghancurkan partikel asing yang masuk ke tubuh udang melalui fagositosis, enkapsulasi, pembentukan nodul, dan
produksi komponen-komponen humoral yang disimpan dalam granula hemosit diantaranya protein antikoagulan, aglutinin, enzim PO, peptida antimikrobial, dan
inhibitor protease Jiravanichpaisal et al. 2006. Tahap awal sel-sel hemosit dalam melakukan proses tersebut adalah dengan pengenalandeteksi struktur dinding sel
dari mikroorganisme yang masuk, seperti pelekatan protein dan pengenalan
β-1,3- glucan, lipopolisakarida, dan peptidoglikan. Ketika mikroorganisme tersebut
sudah terdeteksi, sel-sel hemosit teraktivasi dan kemudian serangkaian mekanisme menstimulasi untuk mengatur atau menghancurkan mikroorganisme tersebut.
Virus yang menginfeksi kemudian mengakibatkan sel inang termodifikasi, sehingga akan terdeteksi oleh sel hemosit sebagai sel modifikasi atau sel asing
yang kemudian akan dicerna atau dihancurkan oleh sel-sel hemosit Lin et al. 2006.
Keberadaan bakteri probiotik Bacillus NP5 dalam usus udang vaname Gambar 8 berpengaruh juga terhadap laju pertumbuhan spesifik udang vaname.
Laju pertumbuhan spesifik harian LPH bobot udang vaname setelah pemberian pakan probiotik selama 30 hari menunjukkan perbedaan antara perlakuan dengan
kisaran 4,68-5,39 hari
-1
. Berdasarkan hasil yang diperoleh Gambar 2 dengan jumlah konsumsi pakan yang relatif sama, penambahan bakteri probiotik Bacillus
NP5 dengan dosis 10
8
CFU.ml
-1
melalui pakan selama 30 hari menunjukkan LPH yang berbeda nyata P0,05 pada semua perlakuan dengan nilai 5,39 hari
-1
. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis probiotik yang diberikan maka
semakin tinggi populasi bakteri probiotik Bacillus NP5 di usus udang vaname dan a
b c
Gambar 10 Sel hemosit udang: Hialin a, Semi granular b, dan Granular c Sumber: Martinez 2007
12,4x7,8 µm 13,6x9,5 µm
13,6x9,5 µm
15 berimplikasi juga pada semakin meningkatnya persentase LPH udang vaname
serta menurunnya FCR Gambar 3. Peningkatan LPH diduga karena meningkatnya aktivitas enzim pencernaan
amilase dan protease sehingga mampu meningkatkan kecernaan pakan. Bakteri probiotik Bacillus NP5 yang digunakan merupakan bakteri probiotik yang
diisolasi dari usus ikan nila yang mampu mensekresi enzim amilase dan protease Putra 2010 dan telah diadaptasi pada media bakteri air laut SWC agar mampu
bertahan hidup saat pakan berada di dalam air laut media pemeliharaan dan di dalam usus udang. Enzim amilase dan protease tersebut berperan sebagai enzim
exogenous yang membantu kinerja enzim endogenous udang vaname dalam melakukan hidrolisis makromolekul pakan karbohidrat dan protein menjadi
molekul yang lebih sederhana monosakarida dan asam amino. Molekul sederhana ini selanjutnya dibawa ke sitoplasma sehingga dapat digunakan sebagai
sumber energi atau senyawa dalam proses sintesis komponen sel. Enzim amilase dari bakteri probiotik Bacillus NP5 diduga meningkatkan aktivitas katabolisme
polisakarida dari pakan menjadi gula sederhana yang digunakan sebagai sumber energi, sehingga protein pada pakan dapat lebih banyak digunakan untuk
pertumbuhan. Dengan kata lain, pakan yang diberikan lebih banyak dimanfaatkan nutrisinya oleh udang vaname untuk peningkatan pertumbuhan sehingga nilai
FCR semakin menurun. Hal serupa disampaikan Putra 2010 bahwa pemberian probiotik Bacillus NP5 mampu meningkatkan aktivitas enzim amilase dan
protease dalam saluran pencernaan ikan nila sehingga efisiensi pakan meningkat. Lesmanawati 2013 juga menyampaikan bahwa pemberian bakteri probiotik
Vibrio SKT-b melalui pakan mampu meningkatkan aktivitas enzim amilase dan protease dalam saluran pencernaan udang vaname sehingga efisiensi pakan
meningkat.
Kualitas air selama pemeliharaan udang vaname berperan penting pada aktivitas metabolik udang. Nilai kualitas air selama pemeliharaan udang vaname
Tabel 2 pada semua perlakuan masih sesuai dengan standar SNI 2006 sehingga diasumsikan bahwa kualitas air selama pemeliharaan bukan merupakan penyebab
perubahan sintasan, respon imun, FCR, dan LPH.
4 KESIMPULAN DAN SARAN