18 namun dengan waktu yang lebih singkat tidak mengurangi keaktifan dari senyawa bioaktif
yang terkandung di dalam ekstrak air umbi bawang dayak segar, ekstrak air simplisia dan ekstrak air keripik.
Gambar 2 . Umbi Bawang Dayak Segar
Gambar 3 . Simplisia Bawang Dayak
Gambar 4 . Keripik Bawang Dayak
B. RENDEMEN EKSTRAK UMBI BAWANG DAYAK SEGAR,
SIMPLISIA DAN KERIPIK
Nilai rendemen ekstrak umbi bawang dayak segar, ekstrak simplisia dan ekstrak keripik terhadap pelarut heksan, etilasetat, metanol, etanol dan air dapat dilihat pada Tabel 2.
19 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rendemen terendah untuk ekstrak umbi bawang
dayak segar, ekstrak simplisia dan ekstrak keripik berasal dari ekstrak hasil maserasi dengan pelarut heksan, sedangkan rendemen tertinggi terdapat pada sampel yang diekstrak oleh
pelarut air. Perbedaan nilai rendemen ini disebabkan oleh perbedaan jenis pelarut yang digunakan. Pelarut yang berbeda akan melarutkan senyawa-senyawa yang berbeda
tergantung tingkat kepolarannya. Senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut yang bersifat polar, sedangkan senyawa yang bersifat nonpolar akan larut dalam pelarut yang
bersifat nonpolar. Hal ini sesuai dengan konsep like dissolve like dimana zat akan terlarut dan terekstrak dengan baik apabila pelarut yang digunakan memiliki tingkat kepolaran yang
sama. Oleh sebab itu, jumlah ekstrak yang dihasilkan dari suatu bahan, tergantung jenis pelarut yang digunakan.
Tabel 2 . Rendemen Ekstrak Umbi Bawang Dayak Segar, Simplisia dan Keripik
Jenis Pelarut Rendemen Ekstrak g100gram
Bawang dayak segar Simplisia
keripik Heksan
0.78 1.58
1.29 Etilasetat
1.81 4.50
2.98 Etanol
9.08 3.73
4.00 Metanol
5.89 6.58
6.58 Air
30.29 16.26
26.24 .
Selain itu, berdasarkan hasil perhitungan rendemennya, komponen polar yang terdapat pada umbi bawang dayak segar, simplisia dan keripik jumlahnya cukup tinggi,
sedangkan komponen nonpolarnya sangat rendah. Tingginya nilai rendemen bawang dayak segar dengan pelarut etanol dibandingkan dengan rendemen simplisia dan keripik yang
sama-sama diekstrak dengan pelarut etanol dikarenakan adanya makromolekul lain seperti gula sederhana monosakarida dan oligosakarida yang dapat terekstrak oleh pelarut etanol
pada umbi bawang dayak segar. Kandungan karbohidrat monosakarida dan oligosakarida yang terdapat pada umbi bawang dayak segar jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan
simplisia dan keripik. Pelarut air pada umbi bawang dayak segar, simplisia dan keripik menghasilkan nilai
rendemen paling tinggi dibandingkan dengan pelarut heksan, etilasetat, etanol dan metanol. Apabila dihitung dari berat solid yang diekstrak, maka simplisia dan keripik memiliki nilai
berat solid yang lebih besar dibandingkan dengan berat solid umbi bawang dayak segar. Akan tetapi, nilai rendemen umbi bawang dayak segar dengan pelarut air jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan simplisia dan keripik yang diekstrak dengan pelarut air. Hal ini disebabkan karena pada saat penyaringan dengan menggunakan kertas saring, filtrat ekstrak
simplisia dan keripik. tidak turun secara sempurna pada kertas saring dan cenderung tertahan oleh serbuk-serbuk simplisia dan keripik. Pada saat proses ekstraksi, umbi bawang dayak
segar diekstrak dalam bentuk hancuran kecil dan bukan dalam bentuk serbuk seperti pada simplisia dan keripik.
Nilai rendemen yang dihasilkan tidak mewakili jumlah antioksidannya. Hal ini berarti bahwa walaupun nilai rendemennya besar, belum tentu menghasilkan nilai
antiokisdan yang tinggi. Komponen polar yang terekstrak pada umbi bawang dayak segar, simplisia dan keripik belum tentu menghasilkan senyawa antioksidan dalam jumlah yang
20 banyak. Oleh karena itu, pengujian tentang kapasitas antioksidan, total fenol , kadar vitamin
C dan senyawa bioaktif yang bersifat antioksidan akan dievaluasi dengan melakukan uji fitokimia secara kualitatif.
C. ANALISIS PROKSIMAT UMBI BAWANG DAYAK SEGAR,