29 Diketahui bahwa ekstrak umbi bawang dayak segar dengan pelarut etilasetat
memiliki nilai waktu induksi yang paling tinggi dibandingkan dengan sampel lainnya, artinya aktivitas antioksidan ekstrak etilasetat umbi bawang dayak segar sangat tinggi dalam sistem
minyak dan mampu menjaga kestabilan oksidatif minyak kedelai dengan baik. Tingginya aktivitas antioksidan ekstrak etilasetat umbi bawang dayak segar dibandingkan dengan
tokoferol disebabakan karena kelarutan ekstrak dalam minyak sangat baik. Adanya pengolahan umbi bawang dayak segar menjadi simplisia dan keripik
menyebabkan penurunan waktu induksinya. Hal ini sesuai dengan hasil dari pengujian sebelumnya dengan metode DPPH bahwa adanya proses pemanasan telah menurunkan nilai
kapasitas antioksidan pada ekstrak simplisia dan ekstrak keripik. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan tokoferol, maka ekstrak etanol simplisia dan ekstrak etilasetat keripik
memiliki aktivitas antioksidan yang sama, artinya kekuatan aktivitas antioksidan ekstrak etanol simplsia dan ekstrak etilasetat keripik tergolong baik walaupun telah dikeringkan dari
bentuk segarnya.
G. TOTAL FENOL EKSTRAK UMBI BAWANG DAYAK SEGAR,
SIMPLISIA DAN KERIPIK
Komponen polifenol pada tanaman diketahui memiliki sifat multifungsi seperti pereduksi, menyumbangkan atom hidrogen sebagai antioksidan dan peredam terbentuknya
singlet oksigen. Flavonoid dan turunannya merupakan golongan polifenol yang banyak dan sangat penting pada tanaman. Sifat yang penting dari golongan polifenol adalah
kemampuannya bertindak sebagai antioksidan. Penentuan kandungan total fenol pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteau. Metode ini
berdasarkan kekuatan mereduksi dari gugus hidroksi fenolik. Semua senyawa fenolik dapat bereaksi dengan pereaksi Folin Ciocalteau. Adanya inti aromatis pada senyawa fenol gugus
hidroksi fenolik dapat mereduksi fosfomolibdat fosfotungstat menjadi molibdenum yang berwarna biru Pratimasari 2009.
Menurut Bettuzi 2009, senyawa dari golongan polifenol memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat. Aktivitas antioksidan komponen polifenol ditandai dengan
aktivitas yang relatif tinggi sebagai donor hidrogen atau elektron dan kemampuan dari turunan radikal polifenol untuk menstabilkan dan memindahkan elektron yang tidak
berpasangan, serta mengkelat transisi logam Sanrasari 2008. Kurva standar asam galat beserta data dan hasil perhitungan analisis total fenol
ekstrak umbi bawang dayak segar, ekstrak simplsia dan ekstrak keripik tercantum pada Lampiran 20-23. Analisis statistik ekstrak umbi bawang dayak segar, ekstrak simplisia dan
ekstrak keripik menunjukkan bahwa perbedaan pelarut memberikan pengaruh yang sangat nyata p0.01 terhadap jumlah total fenolnya, seperti terangkum pada lampiran 24.
Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan menggunakan uji lanjut Duncan Lampiran 25. Hasil uji lanjut Duncan untuk jumlah total fenol ekstrak umbi bawang dayak segar dapat
dilihat pada Gambar 15.
30
Gambar 15. Total Fenol Ekstrak Umbi Bawang Daya Segar
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda sangat nyata
p0.01 dengan menggunakan uji lanjut Duncan.
Total fenol ekstrak umbi bawang dayak segar dengan pelarut air dan heksan berbeda sangat nyata p0.01, sedangkan ekstrak umbi bawang dayak segar dengan pelarut etilasetat
dan etanol tidak berbeda nyata p0.01 terhadap jumlah total fenolnya. Ekstrak umbi bawang dayak segar dengan pelarut metanol memiliki jumlah total fenol paling tinggi dan
berbeda sangat nyata p0.01 dibandingkan dengan pelarut etilasetat, heksan, etanol dan air.
Hasil uji lanjut Duncan terhadap total fenol ekstrak simplisia terlihat pada Gambar 16. Berdasarkan hasil yang diperoleh, jumlah total fenol di dalam ekstrak simplisia
yang menggunakan pelarut heksan, etilasetat dan air tidak berbeda nyata p0.01, sedangkan ekstrak simplisia dengan pelarut etanol menghasilkan jumlah total fenol paling
tinggi dan berbeda sangat nyata p0.01 dibandingkan dengan pelarut metanol, etilasetat, heksan dan air.
Gambar 16 . Total Fenol Ekstrak Simplisia Bawang Dayak
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda sangat nyata p0.01 dengan menggunakan uji lanjut Duncan.
0.00 1.00
2.00 3.00
4.00 5.00
Ekstrak Umbi Bawang Dayak Segar
2.43
b
3.33
c
3.17
c
4.29
d
2.02
a
T o
ta l
F en
o l
m g
G A
E 100
m g
E ks
tr ak
Heksan Etilasetat
Etanol Metanol
Air
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00
Ekstrak Simplisia Bawang Dayak 0.85
a
0.49
a
3.52
c
3.00
b
0.65
a
T o
ta l
F en
o l
m g
G A
E 100
m g
E ks
tr ak
Heksan Etilasetat
Etanol Metanol
Air
31 Selanjutnya uji lanjut Duncan terhadap total fenol ekstrak keripik diperoleh bahwa
ekstrak keripik dengan pelarut air dan etilasetat tidak berbeda nyata p0.01, sedangkan jumlah total fenol ekstrak keripik dengan pelarut metanol memiliki jumlah total fenol paling
tinggi dan sangat berbeda nyata p0.01 dibandingkan pelarut etanol, heksan, air dan etilasetat. Senyawa fenol pada ekstrak simplisia dan ekstrak keripik mengalami degradasi
karena panas sehingga semakin lama pemanasan maka senyawa fenol semakin rusak. Penurunan jumlah total fenol ekstrak keripik dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Total Fenol Ekstrak Keripik Bawang Dayak
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda sangat nyata
p0.01 dengan menggunakan uji lanjut Duncan.
Total fenol pada ekstrak umbi bawang dayak segar dengan pelarut heksan, etilasetat, etanol, metanol dan air memiliki jumlah yang berbeda. Komponen polifenol memiliki
spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut memiliki jumlah dan posisi yang
berbeda. Dengan demikian, ekstraksi menggunakan berbagai pelarut akan menghasilkan komponen polifenol yang berbeda pula.
Berdasarkan hasil pengukuran jumlah total fenol, ekstrak metanol umbi bawang dayak segar, ekstrak etanol simplisia dan ekstrak metanol keripik mampu mengekstrak
senyawa fenol paling tinggi dibandingkan dengan pelarut lainnya. Pelarut polar seperti metanol dan etanol mampu mengekstrak senyawa fenol lebih tinggi dibandingkan dengan
pelarut etilasetat, heksan dan air. Pelarut metanol dan etanol memiliki gugus hidroksil yang dapat membentuk ikatan dengan gugus fenol yang ada dan meningkatkan kelarutannya
Silla et al. 2001. Menurut Jakopic et al. 2009, sampel yang diekstrak dengan pelarut metanol secara signifikan memiliki jumlah fenol yang lebih banyak dibandingkan dengan
pelarut etanol. Akan tetapi, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kofii et al. 2010, pelarut etanol adalah pelarut yang terbaik untuk mengesktark senyawa fenol dalam tanaman
Ivorian. Ekstrak umbi bawang dayak segar dengan pelarut etilasetat menunjukan jumlah
total fenol yang tinggi setelah metanol. Pelarut etilasetat memiliki kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut air. Akan tetapi, dalam penelitian ini ekstrak umbi
bawang dayak segar dengan pelarut etilasetat memiliki jumlah total fenol yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut air. Tingginya jumlah total fenol pada ekstrak umbi bawang
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
Ekstrak Keripik Bawang Dayak 1.15
b
0.65
a
3.01
c
3.38
d
0.60
a
T o
ta l
F en
o l
m g
G A
E 100
m g
E ks
tr ak
Heksan Etilasetat
Etanol Metanol
Air
32 dayak segar dengan pelarut etilasetat diduga adanya golongan polifenol yang memiliki berat
molekul yang sama dengan pelarut etilasetat seperti tanin dan flavanol. Berdasarkan peneltian yang dilakukan oleh Uma dan Wan 2010, pelarut aseton yang memiliki kepolaran
yang rendah menghasilkan jumlah total fenol yang paling tinggi pada ekstrak daun henna. Pelarut aseton lebih efektif mengekstrak komponen tanin yang memiliki berat molekul yang
tinggi Alasalvar et al 2006. Hal ini sesuai dengan konsep like dissolve like atau pelarut vs pelarut, dimana pelarut aseton dan tannin memiliki berat molekul yang tinggi.
Pengujian total fenol menggunakan Folin-Ciocalteau tidak selalu menunjukkan jumlah polifenol secara spesifik, akan tetapi substansi lain juga dapat dioksidasi
menggunakan reagen Folin-Ciocalteau. Oleh karena itu, kandungan total fenol pada ekstrak umbi bawang dayak segar dalam penelitian ini tidak selalu seluruhnya adalah karena
keberadaan fenol dalam ekstrak tersebut. Komponen polifenol bergantung terhadap jumlah gugus fenol yang dimilikinya bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteau. Kelarutan senyawa
fenol dipengaruhi oleh kepolaran pelarut yang digunakan. Hal inilah yang menyebabkan sulitnya prosedur ekstraksi yang cocok untuk mengekstrak fenolik pada tanaman Naczk dan
Shahidi 2004. Komponen fenolik yang terekstrak biasanya berhubungan dengan biomolekul yang lain protein, polisakarida, terpen, klorofil, lemak dan komponen anorgank lainnya dan
harus digunakan pelarut yang cocok untuk mengekstrak komponen-komponen tersebut Koffi et al. 2010.
Apabila dibandingkan dengan ekstrak umbi bawang dayak segar, jumlah total fenol pada ekstark simplisia dan ekstrak keripik lebih rendah dan cenderung menurun. Adanya
pengaruh pengolahan umbi bawang dayak menjadi simplisia dan keripik menggunakan panas, telah menurunkan jumlah total fenol pada ekstrak simplisia dengan pelarut heksan,
etilasetat dan air. Hal ini dikarenakan golongan fenol yang terekstrak pada pelarut tersebut lebih mudah rusak akibat adanya penggunaan temperatur.
H. KADAR VITAMIN C UMBI BAWANG DAYAK SEGAR, SIMPLISIA