AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK UMBI BAWANG DAYAK

27 Gambar 12 . AEAC Simplisia Bawang Dayak Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda sangat nyata p0.01 dengan menggunakan uji lanjut Duncan. Nilai AEAC ekstrak keripik pada pelarut etilasetat dan heksan menghasilkan nilai AEAC paling tinggi dan tidak berbeda nyata p0.01. Hasil uji lanjut Duncan untuk nilai AEAC ekstrak keripik dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13 . AEAC Keripik Bawang Dayak Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda sangat nyata p0.01 dengan menggunakan uji lanjut Duncan.

F. AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK UMBI BAWANG DAYAK

SEGAR, SIMPLISIA DAN KERIPIK METODE RANCIMAT Setelah melakukan pengujian kapasitas antioksidan menggunakan metode DPPH terhadap semua ekstrak sampel dengan masing-masing pelarutnya, maka diperoleh ekstrak terbaik untuk masing-masing sampel. Ekstrak etilasetat umbi bawang dayak segar, ekstrak etanol simplisia dan ekstrak etilasetat keripik, selanjutnya diukur kestabilan oksidatifnya dengan memasukan sejumlah ekstrak sampel ke dalam tabung rancimat yang berisi minyak 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 Ekstrak Keripik Bawang Dayak 0.01 a 0.16 b 0.18 bc 0.24 c 0.15 b Kap a is ta s A nt io k si da n m g A E A C m g E ks tr ak Air Metanol Etanol Etilasetat Heksan 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 Ekstrak Simplisia Bawang Dayak 0.02 a 0.13 b 0.21 c 0.13 b 0.12 b Kap a si ta s A nt io k si da n m g A E A C m g E ks tr ak Air Metanol Etanol Etilasetat Heksan 28 kedelai dan menghembuskan aliran udara melewati sampel pada suhu 120 C. Pemilihan minyak kedelai didasarkan pada banyaknya jumlah kandungan ikatan rangkap yang terdapat pada minyak kedelai. Semakin banyak jumlah ikatan rangkapnya, maka kerusakan oksidatif oleh zat kimia, enzim, suhu, oksigen, cahaya semakin cepat. Kontrol negatif yang digunakan adalah tabung rancimat yang berisi minyak kedelai murni tanpa sampel dan kontrol positif yang digunakan adalah α-tokoferol dalam minyak kedelai murni. Parameter yang diukur adalah waktu induksi dari masing-masing ekstrak sampel. Nilai dari waktu induksi memberikan informasi mengenai stabilitas oksidatif sampel. Waktu induksi diukur sebagai waktu yang diperlukan untuk mencapai titik akhir oksidasi yang berhubungan dengan tingkat ketengikan yang dapat dideteksi. Semakin lama waktu induksi, maka sampel yang diuji memiliki aktivitas antioksidan yang baik. Waktu induksi masing-masing ekstrak sampel beserta kontrol dan pembandingnya α-tokoferol berdasarkan hasil metode rancimat dapat dilihat pada Lampiran 13-18. Aktivitas antioksidan dalam metode rancimat dinyatakan dalam waktu induksi. Berdasarkan analisis statistik Lampiran 19, ekstrak etilasetat umbi bawang dayak segar, ekstrak etanol simplisia dan ekstrak etilasetat keripik menunjukan bahwa perlakuan pemanasan terhadap sampel menghasilkan pengaruh yang sangat nyata p0.01 terhadap waktu induksinya. Pengujian dilanjutkan dengan menggunakan uji lanjut beda Duncan Lampiran 19. Hasil uji lanjut beda Duncan untuk waktu induksi terlihat pada Gambar 14. Ekstrak etilasetat keripik, tokoferol dan minyak kedelai murni menunjukkan tidak berbeda nyata p0.01 terhadap waktu induksinya. Waktu induksi ekstrak etilasetat keripik, tokoferol dan ekstrak etanol simplisia juga tidak berbeda nyata p0.01, sedangkan waktu induksi ekstrak umbi bawang dayak segar memberikan waktu induksi paling lama dan memiliki perbedaan yang sangat nyata p0.01 dengan ekstrak etanol simplisia, ekstrak etilasetat keripik, tokoferol dan minyak kedelai murni. Gambar 14 . Waktu Induksi Ekstrak Umbi Bawang Dayak Segar, Simplisia dan Keripik Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda sangat nyata p0.01 dengan menggunakan uji lanjut Duncan. 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 Jenis EkstrakAntioksidan 2.5 ab 2.1 a 3.7 c 2.8 b 2.6 ab W akt u In duks i j am Tokoferol Minyak Kedelai Murni Ekstrak etilasetat umbi bawang dayak segar Ekstrak etanol simplisia Ekstrak etilasetat keripik 29 Diketahui bahwa ekstrak umbi bawang dayak segar dengan pelarut etilasetat memiliki nilai waktu induksi yang paling tinggi dibandingkan dengan sampel lainnya, artinya aktivitas antioksidan ekstrak etilasetat umbi bawang dayak segar sangat tinggi dalam sistem minyak dan mampu menjaga kestabilan oksidatif minyak kedelai dengan baik. Tingginya aktivitas antioksidan ekstrak etilasetat umbi bawang dayak segar dibandingkan dengan tokoferol disebabakan karena kelarutan ekstrak dalam minyak sangat baik. Adanya pengolahan umbi bawang dayak segar menjadi simplisia dan keripik menyebabkan penurunan waktu induksinya. Hal ini sesuai dengan hasil dari pengujian sebelumnya dengan metode DPPH bahwa adanya proses pemanasan telah menurunkan nilai kapasitas antioksidan pada ekstrak simplisia dan ekstrak keripik. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan tokoferol, maka ekstrak etanol simplisia dan ekstrak etilasetat keripik memiliki aktivitas antioksidan yang sama, artinya kekuatan aktivitas antioksidan ekstrak etanol simplsia dan ekstrak etilasetat keripik tergolong baik walaupun telah dikeringkan dari bentuk segarnya.

G. TOTAL FENOL EKSTRAK UMBI BAWANG DAYAK SEGAR,