20 banyak. Oleh karena itu, pengujian tentang kapasitas antioksidan, total fenol , kadar vitamin
C dan senyawa bioaktif yang bersifat antioksidan akan dievaluasi dengan melakukan uji fitokimia secara kualitatif.
C. ANALISIS PROKSIMAT UMBI BAWANG DAYAK SEGAR,
SIMPLISIA DAN KERIPIK
Pengujian kadar air, abu, lemak, protein dan karbohidrat dilakukan terhadap umbi bawang dayak segar, simplisia dan keripik. Tabel 3 menunjukan hasil analisis proksimat
umbi bawang dayak segar, simplisia dan keripik.
Tabel 3 . Proksimat Umbi Bawang Dayak Segar, Simplisia dan Keripik
Komposisi Kandungan g100 gram
Bawang dayak segar Simplisia
Keripik Kadar air
70.65 5.32
4.25 Kadar abu bk
4.79 2.69
2.97 Kadar Protein bk
3.70 3.94
3.14 Kadar Lemak bk
4.67 0.76
1.21 Karbohidrat by difference bk
86.20 92.62
92.70 Nilai kadar air dari umbi bawang dayak segar lebih tinggi daripada simplisia dan
keripik. Pengeringan umbi bawang dayak segar menjadi keripik dan simplisia akan menurunkan nilai dari kadar airnya. Hal ini dikarenakan sebagian air akan menguap saat
pengeringan menggunakan oven. Nilai kadar air simplisia dengan keripik memberikan hasil yang tidak terlalu berbeda walaupun penggunaan suhu pengolahannya berbeda. Waktu
pengeringan pada keripik lebih cepat yaitu selama 4 jam pada suhu 70 C dibandingkan
dengan simplisia yaitu 6 jam pada suhu 50 C.
Karbohidrat dan protein pada tanaman sangatlah penting karena memberikan nilai gizi. Nilai kadar protein untuk masing-masing sampel hampir sama walaupun terdapat
perbedaan pengolahan. Hal ini berarti bahwa protein yang terdapat dalam umbi bawang dayak tidak rusak oleh adanya pemanasan. Tingginya nilai karbohidrat untuk semua sampel
dikarenakan tanaman bawang dayak menyimpan glukosa sebagai sumber energi. Nilai kadar abu umbi bawang dayak segar lebih tinggi dibandingkan dengan
simplisia dan keripik. Rendahnya nilai kadar abu pada bawang dayak setelah pengeringan dikarenakan beberapa mineral hilang selama proses pengeringan dengan oven. Selain kadar
abu yang menurun selama proses pengeringan, nilai kadar lemak untuk simplisia dan keripik juga mengalami penurunan. Data dan hasil perhitungan analisis proksimat umbi bawang
dayak segar, simplsia dan keripik tercantum pada Lampiran 1-3.
D. KARAKTERISTIK FISIK HASIL EKSTRAKSI UMBI BAWANG
DAYAK SEGAR, SIMPLISIA DAN KERIPIK
Hasil ekstraksi pada umbi bawang dayak segar Gambar 5, simplisia Gambar 6 dan keripik Gambar 7 memberikan warna ekstrak yang berbeda secara visual untuk
masing-masing pelarut, sesuai yang terdapat pada Tabel 4. Warna kuning dan orange yang dihasilkan oleh pelarut heksan nonpolar dan pelarut etilasetat semipolar diduga
disebabkan oleh senyawa-senyawa nonpolar seperti lemak dan karotenoid pada sampel.
21 Senyawa karotenoid adalah kelompok pigmen dan antioksidan alami yang dapat meredam
radikal bebas, yang menyebabkan warna kuning orange dan merah pada tanaman Panjaitan et al. 2003. Karotenoid seperti betakaroten merupakan prekursor vitamin A dan
berfungsi sebagai antioksidan alami.
Tabel 4 . Karakteristik Fisik Warna Ekstraksi Umbi Bawang Dayak Segar, Simplisia
dan Keripik
Sampel Pelarut
Warna Ekstrak
Umbi Bawang Dayak Segar Heksan
Kuning Etilasetat
Kuning pekat Metanol
Merah pekat Etanol
Merah pekat Air
Merah
Simplisia Heksan
Orange Etilasetat
Orange pekat Metanol
Merah pekat Etanol
Merah pekat Air
Merah
Keripik Heksan
Orange Etilasetat
Orange pekat Metanol
Merah pekat Etanol
Merah pekat Air
Merah Warna merah yang dihasilkan oleh pelarut polar metanol, etanol dan air diduga
disebabkan adanya senyawa antosianin pada umbi bawang dayak segar, simplisia dan keripik. Warna merah yang dihasilkan dari proses ekstraksi menggunakan pelarut polar dapat
mengindikasikan adanya aktivitas antioksidan yang tinggi karena mengandung senyawa antosianin
Einbond et al. 2004. Antosianin adalah pigmen alami yang tersebar secara luas di alam. Senyawa antosianin merupakan subkelas dari flavonoid dan memberikan warna
merah, ungu dan biru pada banyak bunga, buah-buahan dan sayuran. Stabilitas warna dari antosianin sangat dipengaruhi oleh pH, jenis pelarut, temperatur, oksigen, cahaya dan enzim
Rein 2005. Pigmen antosianin lebih stabil pada pH 5.0 dan 6.0 daripada pH 4.0. Selanjutnya,
kehilangan pigmen antosianin yang sangat jelas disebabkan penggunaan suhu tinggi. Kestabilan antosianin dan tingkat degradasi terutama dipengaruhi oleh temperatur.
Keberadaan oksigen dan interaksinya dengan komponen lain seperti gula dan asam askorbat juga dapat mempengaruhi stabilitas antosianin. Penyebab utama hilangnya pigmen berkaitan
dengan hidrolisis antosianin karena perbandingan antara kecepatan kehilanagn warna merah dari antosianin dan kecepatan pembentukan gula bebas Ozela et al. 2007.
22
Gambar 5 . Ekstrak Umbi Bawang Dayak Segar
Gambar 6 . Ekstrak Simplisia Umbi Bawang Dayak
Gambar 7 . Ekstrak Keripik Umbi Bawang Dayak
E. KAPASITAS ANTIOKSIDAN UMBI BAWANG DAYAK SEGAR,