KAPASITAS ANTIOKSIDAN UMBI BAWANG DAYAK SEGAR,

22 Gambar 5 . Ekstrak Umbi Bawang Dayak Segar Gambar 6 . Ekstrak Simplisia Umbi Bawang Dayak Gambar 7 . Ekstrak Keripik Umbi Bawang Dayak

E. KAPASITAS ANTIOKSIDAN UMBI BAWANG DAYAK SEGAR,

SIMPLISIA DAN KERIPIK METODE DPPH Pengujian kapasitas antioksidan umbi bawang dayak segar, simplisia dan keripik dilakukan terhadap hasil ekstrak dari ke lima jenis pelarut yaitu heksan, etilasetat, etanol, metanol dan air. Masing-masing ekstrak diuji aktivitas antioksidannya berdasarkan kemampuannya meredam radikal bebas DPPH. Pada prinsipnya, atom hidrogen dari suatu senyawa antioksidan akan membuat larutan DPPH menjadi tidak berwarna yang dapat diukur menggunakan spektrofotometer akibat terbentuknya DPPH tereduksi DPPH-H Sharma dan Bhat 2009. Metode DPPH mengukur kemampuan suatu senyawa antioksidan dalam menangkap radikal bebas. Kemampuan penangkapan radikal berhubungan dengan kemampuan Heksan Etilasetat Metanol Etanol Air Heksan Heksan Etilasetat Etilasetat Air Air Metanol Metanol Etanol Etanol 23 komponen senyawa antioksidan dalam menyumbangkan elektron atau hidrogen. Setiap molekul yang dapat menyumbangkan elektron atau hidrogen akan bereaksi dan akan memudarkan warna DPPH. Intensitas warna DPPH akan berubah dari ungu menjadi kuning oleh elektron yang berasal dari senyawa antioksidan. Perubahan warna tersebut disebabkan oleh reaksi antara radikal bebas DPPH dengan satu atom hidrogen yang dilepaskan senyawa yang terkandung dalam bahan uji untuk membentuk senyawa 1,1-diphenil-2-pikrilhidrazin DPPH-H yang berwarna kuning. Pada metode ini, absorbansi yang diukur adalah absorbansi larutan DPPH sisa yang tidak bereaksi dengan senyawa antioksidan. Hasil analisis kapasitas antioksidan menunjukkan banyaknya komponen antioksidan yang aktif untuk meredam radikal bebas DPPH. Analisis statistik ekstrak umbi bawang dayak segar, ekstrak simplisia dan ekstrak keripik menunjukkan bahwa perbedaan pelarut memberikan pengaruh yang sangat nyata p0.01 terhadap nilai kapasitas antioksidannya, seperti terangkum pada Lampiran 11a. Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan menggunakan uji lanjut beda Duncan Lampiran 11b. Hasil uji lanjut Duncan untuk kapasitas antioksidan ekstrak umbi bawang dayak segar dapat dilihat pada Gambar 8. Kapasitas antioksidan ekstrak umbi bawang dayak segar dengan pelarut air, etanol dan metanol tidak berbeda nyata p0.01. Kapasitas antioksidan ekstrak umbi bawang dayak segar dengan pelarut heksan dan etanol sangat berbeda nyata p0.01, dan ekstrak umbi bawang dayak segar dengan pelarut etilasetat memiliki kapasitas antioksidan paling tinggi dan berbeda sangat nyata p0.01 dibandingkan dengan pelarut heksan, etanol, metanol dan air. Gambar 8 . Kapasitas Antioksidan Ekstrak Umbi Bawang Dayak Segar Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda sangat nyata p0.01 dengan menggunakan uji lanjut Duncan. Hasil uji lanjut Duncan untuk kapasitas antioksidan ekstrak simplisia menunjukkan bahwa ekstrak simplisia dengan pelarut air paling rendah dan sangat berbeda nyata p0.01 dengan pelarut etilasetat, heksan, etanol dan metanol, sedangkan ekstrak simplisia dengan pelarut metanol, etilasetat dan heksan tidak berbeda nyata p0.01. Ekstrak etanol simplisia memiliki kapasitas antioksidan paling tinggi dan sangat berbeda nyata p0.01 dengan pelarut 50 100 150 200 250 Ekstrak Umbi Bawang Dayak Segar 81.9 a 74.7 a 91.5 a 227.0 c 131.5 b K ap as itas A n ti o k is d an air metanol etanol etilaseat heksan 24 air, heksan, etilasetat dan metanol. Hasil uji lanjut Duncan untuk kapasitas antioksidan ekstrak simplisia dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 . Kapasitas Antioksidan Ekstrak Simplisia Bawang Dayak Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda sangat nyata p0.01 dengan menggunakan uji lanjut Duncan. Kapasitas antioksidan ekstrak keripik dengan pelarut air paling rendah dan sangat berbeda nyata p0.01 dengan pelarut heksan, etilasetat, etanol dan metanol, sedangkan ekstrak keripik dengan pelarut heksan, metanol dan etanol tidak berbeda nyata p0.01. Ekstrak keripik dengan pelarut etanol dan etilasetat menghasilkan kapasitas antioksidan paling tinggi dan tidak berbeda nyata p0.01. Hasil kapasitas antioksidan menggunkaan uji lanjut Duncan untuk ekstrak keripik dapat dilihat pada Gambar 10. Perhitungan kapasitas antioksidan ekstrak umbi bawang dayak segar, simplisia dan keripik dapat dilihat pada Lampiran 4-6. Gambar 10 . Kapasitas Antioksidan Ekstrak Keripik Bawang Dayak Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda sangat nyata p0.01 dengan menggunakan uji lanjut Duncan. 10 20 30 40 50 60 Ekstrak simplisia Bawang Dayak 16.7 a 36.9 b 51.8 c 37.0 b 34.3 b Ka p a si ta s A n ti o k si d a n air metanol etanol etilasetat heksan 10 20 30 40 50 60 Ekstrak Keripik Bawang Dayak 15.0 a 42.9 b 46.5 bc 57.5 c 40.1 b K a p a si ta s A n ti o k si d an air metanol etanol etilasetat heksan 25 Aktivitas ekstrak antioksidan sangat dipengaruhi oleh jenis pelarut yang digunakan saat ekstraksi Jang et al. 2007. Berdasarkan hasil uji terhadap aktivitas peredaman radikal bebas DPPH, ekstrak etilasetat umbi bawang dayak segar memberikan nilai peredaman yang paling tinggi dibandingkan dengan heksan, etanol, metanol dan air. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan komponen antioksidan yang terdapat pada masing-masing ekstrak sehingga memberikan perbedaan aktivitas antioksidan Anokwuru et al. 2011. Komponen antioksidan pada ekstrak umbi bawang dayak segar lebih banyak terekstrak di pelarut yang bersifat semipolar dan nonpolar. Oleh karena itu, pelarut etilasetat semipolar dan pelarut heksan nonpolar memiliki kemampuan meredam radikal bebas DPPH yang lebih besar. Selain itu, perbedaan jumlah kapasitas antioksidan pada ekstrak umbi bawang dayak disebabkan komponen antioksidan yang terekstrak pada pelarut etanol, metanol dan air memililiki jumlah gugus –OH yang sedikit untuk mendonorkan atom hidrogen dibandingkan dengan komponen antioksidan yang terekstrak dengan menggunakan pelarut etilasetat dan heksan yang memiliki jumlah gugus –OH yang lebih banyak. Senyawa antioksidan akan mendonorkan atom hidrogennya untuk meredam dan menstabilkan radikal bebas. Salah satu sumber antioksidan alami dari tanaman adalah golongan fenol. Senyawa fenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang berbeda-beda. Oleh karena itu, proses ekstraksi menggunakan berbagai pelarut akan menghasilkan komponen polifenol yang berbeda pula. Setiap tumbuh-tumbuhan memiliki struktur komponen fenolik yang berbeda. Ada komponen fenolik yang memliki gugus –OH banyak dan ada pula komponen fenolik yang memiliki gugus –OH yang sedikit. Perbedaan jumlah dan posisi gugus hidroksil pada suatu senyawa antioksidan seperti fenol dan flavonoid, dapat mempengaruhi aktivitas antioksidannya. Gugus –OH berperan dalam proses transfer elektron untuk menstabilkan dan meredam radikal bebas. Semakin banyak gugus –OH pada suatu senyawa fenol, maka kemampuan untuk meredam radikal bebas semakin tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan adanya proses pengeringan umbi bawang dayak segar menjadi simplisia dan keripik, telah menurunkan kemampuan komponen antioksidan dalam meredam radikal bebas DPPH. Hal ini ditunjukkan dengan semakin kecilnya nilai kapasitas antioksidan pada ekstrak simplisia dan ekstrak keripik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa senyawa antioksidan dalam umbi bawang dayak segar tidak tahan panas dan mudah terdegradasi oleh panas. Hal ini sesuai dengan pernyataan para peneliti sebelumnya yang menyebutkan bahwa senyawa antioksidan merupakan senyawa yang mudah teroksidasi dengan adanya panas, cahaya, katalisator logam maupun enzim polifenoloksidase yang dapat mempercepat reaksi oksidasi senyawa tersebut. Komponen antioksidan yang merupakan senyawa bioaktif adalah komponen yang sangat sensitif terhadap cahaya, temperatur dan pH. Baik komponen antioksidan yang bersifat polar seperti golongan fenol dan komponen antioksidan yang bersifat nonpolar seperti karotenoid, sangat sensitif terhadap penggunaan temperatur yang cukup tinggi. Akan tetapi, golongan fenol lebih tahan terhadap panas dibandingkan karotenoid, artinya walaupun golongan fenol terdegdarasi oleh panas, aktivitas antiokidannya masih lebih baik dibandingkan dengan karotenoid. Hal ini dapat terlihat dari hasil pengukuran ekstrak simplisia dengan pelarutnya. Terlihat bahwa ekstrak simplsia dan keripik dengan pelarut heksan dan etilasetat memiliki jumlah kapasitas antioksidan yang lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak heksan dan etilasetat umbi bawang dayak segar. Menurut Patras et al. 2010, degradasi senyawa antioksidan dapat disebabkan oleh rekasi oksidasi , pemutusan ikatan kovalen maupun peningkatan laju reaksi oksidasi oleh 26 panas. Senyawa antioksidan yang sudah teroksidasi akan menjadi rusak dan mengurangi kemampuannya dalam meredam dan menangkal radikal bebas. Vitamin C dan betakaroten adalah senyawa antioksidan yang sangat sensitif terhadap panas, sedangkan senyawa fenol memiliki tingkat sensitifitas yang lebih baik dibandingkan dengan vitamin C dan betakaroten. Nilai kapasitas antioksidan ekstrak umbi bawang dayak segar, simplisia dan keripik dibandingkan hasilnya dengan asam askorbat dalam bentuk AEAC Ascorbic Acid Equivalent Antioxidant Capacity. Nilai AEAC dapat diperoleh dari kurva standar asam askorbat, sehingga dapat membandingkan nilai kapasitas antioksidan yang diperoleh dengan asam askorbat. Persamaan garis yang diperoleh dari kurva standar asam askorbat yaitu y=0.0034x+0.1292. Kurva standar asam askorbat beserta data dan hasil perhitungannya tercantum pada Lampiran 7-10. Analisis statistik ekstrak umbi bawang dayak segar, ekstrak simplisia dan ekstrak keripik menunjukan bahwa perbedaan pelarut memberikan pengaruh yang sangat nyata p0.01 terhadap nilai AEAC , seperti terangkum pada Lampiran 12a. Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan menggunakan uji lanjut Duncan Lampiran12b. Ekstrak bawang dayak segar dengan menggunakan pelarut etilasetat menghasilkan nilai AEAC paling tinggi dan berbeda sangat nyata p0.01 dengan pelarut heksan, metanol, air dan etanol. Hasil uji lanjut Duncan untuk AEAC ekstrak umbi bawang dayak segar dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 . AEAC Umbi Bawang Dayak Segar Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda sangat nyata p0.01 dengan menggunakan uji lanjut Duncan. Ekstrak simplisia dan keripik memiliki nilai AEAC yang lebih kecil dibandingkan dengan ektrak bawang dayak segar, karena pada simplisia dan keripik telah terjadi proses pengolahan dengan pengeringan menggunakan oven. Nilai AEAC tertinggi untuk ekstrak simpilia terdapat pada ekstrak dengan pelarut etanol dan berbeda sangat nyata p0.01 dengan pelarut heksan, etilasetat, metanol dan air. Hasil uji lanjut Duncan untuk nilai AEAC ekstrak simplisia dapat dilihat pada Gambar 12. 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 Ekstrak Umbi Bawang Dayak Segar 0.20 a 0.16 a 0.26 a 1.02 c 0.48 b K ap as ita s A nti o ks ida n m g A E A C m g eks tr ak Air Metanol Etanol Etilasetat Heksan 27 Gambar 12 . AEAC Simplisia Bawang Dayak Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda sangat nyata p0.01 dengan menggunakan uji lanjut Duncan. Nilai AEAC ekstrak keripik pada pelarut etilasetat dan heksan menghasilkan nilai AEAC paling tinggi dan tidak berbeda nyata p0.01. Hasil uji lanjut Duncan untuk nilai AEAC ekstrak keripik dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13 . AEAC Keripik Bawang Dayak Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan berbeda sangat nyata p0.01 dengan menggunakan uji lanjut Duncan.

F. AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK UMBI BAWANG DAYAK