Mulsa Vertikal Sistem Peresapan Biopori

4

2.2 Teras Gulud

Teras gulud adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibangun dengan cara menggali saluran menurut kontur dan tanah hasil galian ditumpukkan di hilir saluran Suda, 2000. Tujuan menempatkan guludan di sebelah hilir saluran pada teras gulud adalah untuk mengendalikan aliran permukaan dengan menampung dan memberikan tambahan waktu kepada saluran untuk meresapkan air aliran permukaan ke dalam tanah. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pengaplikasian teras gulud mampu menekan aliran permukaan dan erosi, walupun masih terjadi aliran keluar Lestari, 2004; Hutasoit, 2005. Pemeliharaan saluran teras gulud cukup sulit dilakukan karena saluran cepat penuh terisi oleh longsornya dinding saluran dan sedimen halus yang terangkut aliran permukaan Brata, 2001. Teras gulud pada umumnya dibangun pada lahan dengan kemiringan berkisar 15 Suripin, 2002. Jarak antar guludan tergantung pada kepekaan erosi tanah, erosivitas hujan, dan kecuraman lereng Arsyad, 2000. Data hasil penelitian Gunawan 2007 menunjukkan bahwa pemendekan jarak antar saluran, penambahan mulsa vertikal, dan lubang resapan pada saluran teras gulud berpengaruh nyata dalam meningkatkan jumlah sedimen dan unsur hara terselamatkan. Perlakuan dengan jarak antar saluran 2 m yang dikombinasikan dengan mulsa vertikal dan lubang resapan menyelamatkan sedimen dan unsur hara terbanyak dibandingkan dengan jarak antar saluran 4 m dan 6 m.

2.3 Mulsa Vertikal

Mulsa vertikal yang telah lama diperkenalkan merupakan pemberian mulsa pada saluran yang menutupi bidang resapan secara vertikal Brata, 1998. Mulsa vertikal pertama kali diperkenalkan oleh Spain dan Mc Cune 1956 dalam Brata 1998. Sisa tanaman sebagai mulsa vertikal dimasukkan ke dalam alur yang dibuat menurut kontur. Mulsa vertikal tersebut dapat meningkatkan infiltrasi sampai beberapa musim pertanaman. 5 Dalam skala percobaan laboratorium Fairbourn dan Gardner 1972 dalam Brata, 1998 menunjukkan bahwa alur yang diberi mulsa vertikal dapat meningkatkan infiltrasi yang lebih besar dari pada alur tanpa mulsa. Mulsa vertikal dapat menurunkan laju evaporasi dari sekitarnya. Mulsa vertikal pada alur akan mengalami proses pengomposan, sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Efektivitas penggunaan mulsa vertikal dalam penurunan laju aliran permukaan dan erosi meningkat dengan makin pendeknya jarak antar saluran Brata, 1998. Pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa vertikal untuk mengisi saluran teras gulud dapat mempunyai manfaat ganda yaitu: 1 mencegah longsornya dinding saluran serta melindungi permukaan resapan dari tumbukan air hujan dan penyumbatan pori oleh sedimen halus, 2 dapat menghindari kemungkinan penularan hama dan penyakit tanaman yang ada pada sisa tanaman, 3 aktivitas organisme yang membantu proses pelapukan sisa tanaman bahkan dapat memperbaiki kondisi fisik tanah sekitar saluran dan meningkatkan daya resap saluran, 4 campuran kompos dan sedimen yang tertampung dalam saluran cukup gembur sehingga mudah diangkut dari saluran untuk dikembalikan ke bidang pertanaman setelah panen, dan 5 saluran yang sudah dikosongkan dapat digunakan untuk mengumpulkan dan mengomposkan sisa tanaman sehingga memudahkan persiapan lahan untuk musim tanam berikutnya Brata, 2001.

2.4 Sistem Peresapan Biopori

Sistem peresapan biopori adalah teknologi konservasi tanah dan air yang dikembangkan berdasarkan prinsip memperbaiki kondisi ekosistem tanah sehingga terjadi perbaikan fungsi hidrologis ekosistem tersebut. Peresapan air hujan yang efektif perlu dilakukan untuk mempertahankan kelembapan tanah dan menambah cadangan air tanah. Saluran peresapan biopori SPB dan lubang resapan biopori LRB adalah komponen utama dalam teknologi sistem peresapan biopori. 6 Saluran peresapan biopori SPB adalah saluran yang memanfaatkan sisa tanaman sebagai mulsa vertikal sehingga terjadi proses pembentukan biopori oleh aktivitas fauna tanah pada saluran. SPB dirancang untuk meningkatkan laju peresapan air ke dalam tanah. Hasil penelitian Brata 1995 dan Brata 1998 menunjukkan bahwa pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa vertikal pada saluran teras gulud nyata mengurangi aliran permukaan dan erosi pada tanah Oxic Dystrudept. Dimensi SPB yang digunakan adalah saluran dengan lebar 20 cm dan kedalaman 15 cm dengan guludan dimensi lebar 20 cm dan tinggi 15 cm, sehingga lebar saluran dan guludan hanya 40 cm yang merupakan jarak antar baris tanaman yang cukup rapat. Galian SPB sedalam 15 cm belum mengangkat lapisan bawah, sehingga peresapan air akan melalui lapisan yang memiliki banyak liang cacing serta bekas akar yang melapuk. Menurut Arsyad 2000 struktur tanah yang baik dan lubang-lubang atau celah-celah yang ditimbulkan oleh aktivitas binatang-binatang tanah dapat memperbesar peresapan air ke dalam tanah. Menurut Vermeul 1993 dalam Weust 2001 pengolahan tanah yang terus menerus dapat merusak jaringan biopori yang telah dibuat oleh aktivitas akar tanaman dan fauna tanah. Namun aplikasi teknologi SPB belum banyak dilakukan petani. Sebagian besar kegiatan usaha tani di lahan kering masih membiarkan aliran permukaan hilang melalui saluran pembuangan air SPA. Terbuangnya air ini berdampak terhadap hilangnya unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Sisa biomassa tanaman tidak dimanfaatkan sebagai mulsa vertikal pada SPB, tetapi dibakar yang mengakibatkan polusi udara dan pencemaran lingkungan. Lubang resapan biopori LRB adalah teknologi konservasi tanah dan air yang berupa lubang berbentuk silindris dengan diameter berkisar 10 cm yang digali di dalam tanah yang kedalamanya sekitar 100 cm dari permukaan tanah atau tidak melebihi muka air tanah Brata dan Nelistya, 2009. LRB dapat meningkatkan kemampuan tanah meresapkan air melalui biopori yang menembus permukaan dinding LRB ke dalam tanah di sekitar LRB. 7 Teknologi LRB memiliki banyak manfaat dalam menciptakan lingkungan yang nyaman dan lestari. Menurut Brata dan Nelistya 2009 manfaat yang diperoleh dari penerapan LRB yaitu: 1 memperbaiki ekosistem tanah, 2 mencegah banjir, 3 menambah cadangan air tanah, 4 mengatasi kekeringan, 5 mempermudah penanganan sampah, 6 mengubah sampah menjadi kompos, 7 mengurangi emisi gas rumah kaca dan metan, dan 8 mengatasi masalah akibat genangan.

2.5 Aliran Permukaan dan Erosi