Produksi Tanaman Pertumbuhan dan Produksi Tanaman .1 Tinggi Tanaman Jagung dan Padi Gogo

25 tanaman. Keadaan ini sejalan dengan tidak adanya aliran permukaan dan erosi yang keluar dari petakan T1, T2, T3, dan T4 yang mengakibatkan kerusakan lahan. Adanya pengembalian sedimen yang mengandung unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman mendukung pertumbuhan yang optimum. Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung dan padi gogo dapat dilihat pada Tabel Lampiran 45 dan Tabel Lampiran 46. Pada Tabel 10 dengan uji BNT dapat dilihat bahwa perlakuan T1, T2, T3, dan T4 sangat nyata menambah jumlah anakan produktif dibandingkan dengan T0. Hal ini terjadi karena tidak adanya aliran permukaan dan erosi yang keluar mulai dari musim tanaman jagung yang dapat merusak lahan. Adanya pengembalian sedimen dari musim tanam jagung yang mengandung unsur hara yang penting bagi pertumbuhan optimal. Hasil analisis sidik ragam anakan produktif padi gogo disajikan dalam Tabel Lampiran 47.

4.3.2 Produksi Tanaman

Data produksi tanaman jagung dan padi gogo disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11. Bobot Biji dan Biomassa Kering Jagung tonha serta Bobot Gabah dan Jerami Kering Padi Gogo tonha Perlakuan Musim Tanam Jagung Musim Tanam Padi Gogo Biji Biomassa Gabah Jerami T0 4,81 b 4,97 a 3,88 Bc 5,91 De T1 5,46 ab 5,07 a 6,01 Ab 6,18 Dd T2 5,64 ab 5,08 a 6,45 Ab 6,52 Cc T3 5,67 ab 5,33 a 8,29 Aa 7,17 Bb T4 5,98 a 5,42 a 9,26 Aa 7,95 Aa BNT α 5 0,89 0,89 2,11 0,23 BNT α 1 1,30 1,17 3,07 0,34 Angka yang diikuti huruf besar yang berbeda dalam setiap faktor perlakuan menunjukkan perbedaan sangta nyata pada taraf 1 dan angka yang diikuti huruf kecil yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 5 berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil BNT Pada Tabel 11 berdasarkan uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan T1, T2 dan T3 tidak berpengaruh nyata meningkatkan bobot biji dan biomassa kering 26 jagung. Pada perlakuan T4 tidak berpengaruh nyata meningkatkan biomassa kering jagung tetapi nyata meningkatkan bobot biji kering jagung terhadap T0. Pada Tabel 11 dapat dilihat adanya kecinderungan peningkatan bobot biji dan biomassa kering jagung. Hal ini terjadi karena adanya teras gulud pada perlakuan T1, pembuatan SPB pada perlakuan T2, pembuatan LRB pada perlakuan T3, dan kombinasi SPB dan LRB pada perlakuan T4 yang mampu mencegah kerusakan lahan akibat aliran permukaan dan erosi. Adanya pengembalian sedimen yang mengendap di saluran yang mengandung unsur hara yang penting bagi tanaman. Penambahan unsur hara melalui mulsa vertikal baik pada saluran dan atau lubang resapan pada perlakuan T2, T3, dan T4. Hasil analisis sidik ragam bobot biji kering tanaman jagung disajikan pada Tabel Lampiran 48 dan 49. Berdasarkan Tabel 11 dengan uji BNT menunjukkan bahwa perlakuan T1, T2, T3, dan T4 sangat nyata meningkatkan bobot gabah kering padi gogo terhadap T0. Hal ini terjadi karena pada perlakuan T1, T2, T3, dan T4 tidak terjadi aliran permukaan yang mengangkut sedimen dan unsur hara yang dapat merusak tanah. Sedangkan pada perlakuan T0 terjadi aliran permukaan dan erosi, bahkan sejak musim tanam jagung yang dapat merusak tanah. Hal ini juga didukung dengan adanya pengembalian sedimen pada perlakuan T1, T2, T3, dan T4 dari musim tanam jagung ke petakan pertanaman musim tanam padi gogo yang mengandung unsur hara. Data pada Tabel 11 juga dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan nyata bobot gabah kering padi gogo antara perlakuan T1 dan T2 dengan perlakuan T3 dan T4. Hal ini terjadi karena jumlah sedimen dan unsur hara yang dikembalikan ke petakan dari musim tanam jagung pada perlakuan T3 dan T4 lebih banyak dari pada petakan T1 dan T2 Tabel 4 dan Tabel 5. Hasil analisis sidik ragam bobot gabah kering tanaman padi gogo disajikan pada Tabel Lampiran 50. Dengan uji BNT data Tabel 11 menunjukkan bahwa adanya perbedaan sangat nyata antara perlakuan T2, T3, dan T4 dengan perlakuan T0. Sedangkan perlakuan T1 hanya nyata meningkatkan bobot jerami kering padi gogo. Bobot jerami kering padi gogo sangat berbeda nyata antara masing-masing perlakuan. Diduga hal ini terjadi karena jumlah sedimen yang dikembalikan ke petakan untuk 27 masing-masing perlakuan sangat berbeda nyata Tabel 4. Hal ini juga didukung dengan jumlah unsur hara yang dikembalikan pada masing-masing petak perlakuan juga sangat berbeda nyata terutama unsur hara C dan N Tabel 5. Hasil analisis sidik ragam bobot jerami kering tanaman padi gogo disajikan pada Tabel Lampiran 51. Kondisi iklim terutama curah hujan yang kurang memadai selama penelitian berlangsung tidak menjadi kendala. Pertanaman jagung dan padi gogo yang membutuhkan curah hujan masing-masing 85-200 mmbulan dan lebih dari 200 mmbulan minimal empat bulan secara berurutan Tim Peneliti Badan Litbang Pertanian, 1998; Effendi, 1984 tidak terpenuhi selama penelitian Tabel Lampiran 40 dan Tabel Lampiran 41. Kondisi ini dapat mengakibatkan pertumbuhan dan produksi tanaman terganggu. Perlakuan yang diterapkan pada penelitian dapat mengatasi kendala tersebut. Tidak adanya air, unsur hara dan bahan tanah yang terbuang melalui aliran permukaan dan erosi mengurangi resiko terganggunya pertumbuhan tanaman. Penambahan cadangan air tanah diduga mampu mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga produksi tanaman jagung dan padi gogo pada perlakuan T1, T2, T3, dan T4 meningkat jika dibandingkan dengan T0 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan