Penyebaran lalat
Hippobosca sp. di Indonesia sangat luas seperti Bali,
Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Aceh. Lalat Hippobosca sp. juga terdapat di Inggris dengan nama umum forest fly. Lalat ini di Inggris
menyerang kuda dan kadang-kadang ditemukan pada ternak. Jenis lalat Hippobosca
sp. yang terdapat di Afrika adalah Hippobosca rufipes. Lalat ini banyak menyerang hewan, terutama sapi dan kuda. Lalat ini disebut juga lalat
kutu karena bentuknya pipih atau gepeng dorsoventral seperti kutu Hadi Soviana 2010. Menurut Sigit et al. 1983 induk semang lalat Hippobosca sp.
yaitu sapi dan kuda. Lalat Hippobosca sp. dikenal sebagai lalat Sumba, lalat ini di Indonesia terdiri dari dua jenis yaitu Hippobosca equina lalat Sumba kecil dan
Hippobosca variegata lalat Sumba besar.
Peningkatan transportasi ternak yang tidak diringi dengan pengawasan kesehatan ternak mengakibatkan lalat Hippobosca sp. menyebar luas ke seluruh
daerah, termasuk di Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor merupakan daerah yang mempunyai suhu rendah dan curah hujan relatif tinggi. Peningkatan infestasi lalat
Hippobosca sp. di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten
Bogor dapat mengganggu kesehatan sapi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengamatan terhadap bioekologi lalat Hippobosca sp. sehingga dapat ditentukan
cara pengendalian yang tepat.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mempelajari aspek bioekologi lalat Sumba Hippobosca sp. pada sapi perah di kawasan usaha
peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dasar tentang jenis dan bioekologi lalat Sumba Hippobosca sp. pada sapi perah di kawasan usaha
peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor sehingga dapat menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan cara pengendalian yang tepat.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sapi Perah
Sapi perah merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan bahan pangan bergizi tinggi yaitu susu. Jenis
sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Friesian Holstein FH yang berasal dari Belanda. Sapi ini
terkenal dengan produksi susu yang sangat tinggi yaitu ± 6350 kgtahun, dengan persentase lemak susu sekitar 3-7. Suhu lingkungan merupakan faktor iklim
yang penting dan harus diperhatikan dalam usaha peternakan Siregar 1995. Suhu udara yang optimal untuk ternak sapi perah adalah 21-27
º
C Williamson Payne 1993. Suhu dan kelembaban udara merupakan dua faktor
iklim yang mempengaruhi produksi sapi perah karena dapat menyebabkan perubahan keseimbangan panas, air, energi, dan tingkah laku ternak. Manajemen
pemeliharaan sapi perah memiliki persyaratan teknis salah satunya adalah kandang. Konstruksi kandang harus kuat, tahan lama, kedap air, sirkulasi udara,
sinar matahari cukup, drainase, dan pembuangan limbah yang baik. Selain itu kandang harus mudah dibersihkan, lantai rata, kasar, tidak licin, luas kandang
yang sesuai, mudah mendapatkan aliran air, tidak mengganggu fungsi lingkungan hidup, pakan dalam jumlah yang cukup, mutu yang baik, dan air minum
disediakan tidak terbatas Abubakar 2012. Manfaat pemeliharaan sapi perah yaitu menghasilkan air susu, daging, dan
sebagai biogas. Susu merupakan bahan pangan sumber protein hewani yang harganya relatif murah jika dibandingkan dengan daging. Sapi perah memiliki
daya tahan yang rendah terhadap suhu tinggi dan memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat tinggi di negara Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya sapi perah yang dipelihara di kota-kota besar untuk menunjang perekonomian Salmi et al. 2010.
Gambar 1 Sapi perah
2.2 Jenis Ektoparasit yang Menginfestasi Sapi