BAB 3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011 sampai dengan April 2012. Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu koleksi dan identifikasi lalat. Koleksi
dilakukan di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor. Sedangkan identifikasi dilakukan di Laboratorium Entomologi Kesehatan,
Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Pengambilan Sampel Ektoparasit
Pengambilan sampel ektoparasit dilakukan di kandang ternak sapi dengan populasi sapi sebanyak 212 ekor. Pengambilan sampel lalat dilakukan secara acak
pada 15 ekor sapi yang terinfestasi dari peternakan sapi perah milik rakyat yang berpopulasi 60 ekor. Pengamatan dilakukan selama satu tahun dengan frekuensi
pengambilan sampel 15 hari sekali. Cara pengambilan ektoparasit dilakukan secara manual yaitu mengambil atau menangkap lalat secara langsung. Lalat yang
telah didapatkan kemudian dimatikan menggunakan killing jar atau dengan chloroform
. Setelah lalat mati, kemudian dilakukan pinning dan disimpan di dalam kotak spesimen.
3.2.2 Prosesing Sampel Lalat
Prosesing sampel lalat dilakukan dengan cara menusuk lalat Hippobosca sp. dengan menggunakan jarum pinning pada satu sisi toraks sedikit ke kanan atau
ke kiri dari garis tengah. Penusukkan lalat dilakukan secara tegak lurus dan diletakkan pada ketinggian yang sama pada sebuah balok khusus pinning blok.
Lalat yang sudah di pinning kemudian dikeringkan dengan cara disimpan di dalam autoclaf
selama 2-3 hari. Setelah kering lalat disimpan dalam kotak penyimpan serangga serta diberi kamper.
3.2.3 Pengambilan Data Cuaca
Data cuaca suhu lingkungan, kelembaban udara, dan curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG Darmaga
Bogor.
3.2.4 Identifikasi Ektoparasit
Lalat hasil koleksi diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi Soulsby 1982 atau dengan mencocokkan dengan koleksi spesimen yang sudah
ada di Laboratorium Entomologi.
3.2.5 Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif, ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi
Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp. menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari
Kabupaten Boyolali. Sapi tahap pertama masuk ke peternakan tersebut pada tanggal 18 Februari 2008 sebanyak 24 ekor, dan sapi berikutnya masuk pada
tanggal 23 Februari 2010 sebanyak 32 ekor. Transportasi sapi perah dari Kabupaten Boyolali ke peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor
menggunakan mobil bak terbuka. Kondisi sapi tersebut sedang laktasi pertama dan berumur ± 2 tahun. Hal ini memungkinkan bahwa infestasi lalat Hippobosca
sp. sudah terjadi di daerah asal. Kabupaten Boyolali memiliki kawasan peternakan dan pasar sapi perah
yang besar serta menampung sapi dari daerah lain di Indonesia. Pada umumnya infestasi lalat ini terjadi pada sapi potong, namun sekarang dapat ditemukan di
sapi perah, Para peternak membeli sapi dari daerah lain yang tidak dilakukan pemeriksaan terhadap kesehatan ternak sehingga lalat H. equina dapat terbawa
pada tubuh sapi tersebut. Hasil koleksi yang dilakukan selama ± 1 tahun terhadap H. equina pada 15
ekor sapi perah didapatkan jumlah total lalat sebanyak 497 ekor. Jumlah koleksi pupa yang berhasil didapatkan sebanyak 260 buah Tabel 1. Berdasarkan hasil
identifikasi terhadap lalat Hippobosca sp. di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor terdiri dari satu jenis yaitu lalat Hippobosca
equina .
Tabel 1 Jumlah rata-rata lalat tertangkap dan pupa H. equina di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor pada
bulan Mei 2011 sampai dengan April 2012
Bulan Lalat tertangkap ekor Jumlah pupa buah
Mei 232 185 Juni 129
25 Juli 59 19
Agustus 40 12
September 23 8
Oktober 12 8
November 2 3
Desember 0 Januari 0
Februari 0 Maret 0
April 0 Jumlah 497
260 Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah lalat dan pupa di kawasan usaha
peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor tertinggi pada pengamatan bulan Mei yaitu 232 ekor. Jumlah lalat semakin menurun sampai tidak ditemukan
pupa dan lalat pada pengamatan bulan Desember sampai dengan April 2012. Penurunan jumlah lalat dewasa dan pupa yang ditemukan disebabkan karena
intervensi yang dilakukan oleh peternak. Intervensi yang dilakukan berupa pengendalian yang dilakukan oleh peternak seperti melakukan penyemprotan
menggunakan insektisida. Insektisida yang digunakan oleh peternak saat pengendalian contohnya deltametrin.
4.2 Morfologi Lalat H. equina