Perhitungan koefisien Korelasi Linier Ganda Perhitungan Korelasi antara Variabel Y dengan X

= 1 3 21 3.347.790 3 67 8.733.685, − − = 14,78 Dari tabel distribusi F dengan dk pembilang = 3, dk penyebut = 17, dan α = 0.05 diperoleh F tab = 3,20. Karena F hit lebih besar daripada F tab maka H ditolak dan H 1 diterima. Hal ini berarti persamaan regresi linier berganda Y atas X 1 , X 2 dan X 3 bersifat nyata. Hal ini berarti bahwa jumlah pasangan usia subur, akseptor KB dan jumlah posyandu secara bersama–sama mempengaruhi jumlah kelahiran di Kota Medan.

4.5 Perhitungan koefisien Korelasi Linier Ganda

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat harga 2 y ∑ = 12.220.981, sedangkan JK reg yang telah dihitung adalah 8.733.685,67. Maka selanjutnya dengan rumus R 2 = 2 y JK reg ∑ . Sehingga didapat koefisien determinasi : R 2 = 12.220.981 67 8.733.685, = 0,714647 Universitas Sumatera Utara Dan untuk koefisien korelasi ganda, kita gunakan : R = 2 R = 0,714647 = 0,84536788 Dari hasil perhitungan didapat nilai koefisien determinasi sebesar 0,7146 dan dengan mencari akar dari R 2 , diperoleh koefisien korelasinya sebesar 0,8453. Nilai tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independent terhadap perubahan variabel dependent. Artinya 71,46 jumlah kelahiran dipengaruhi oleh pasangan usia subur, akseptor KB dan jumlah posyandu. Sedangkan 28,54 sisanya dipengaruhi oleh faktor – faktor lain.

4.6 Perhitungan Korelasi antara Variabel Y dengan X

i 1. Koefisien korelasi antara jumlah kelahiran Y dengan jumlah pasangan usia subur X 1 . r yx1 = { } { } 2 2 2 1 2 1 1 1 1 Y Y n X X n Y X Y X n ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ r yx1 = { } { } 2 2 44.970 108.521.02 21 367.865 331 7.107.936. 21 44.970 367.865 6 857.643.84 21 − − − = 0,776 Universitas Sumatera Utara Nilai yang positif menandakan hubungan yang searah antara jumlah kelahiran dengan jumlah pasangan usia subur. Artinya penambahan jumlah kelahiran akan meningkatkan jumlah pasangan usia subur, dan sebaliknya penurunan jumlah kelahiran akan menurunkan jumlah pasangan usia subur. Hubungan antara jumlah kelahiran dengan jumlah pasangan usia subur tergolong cukup kuat, ini ditandai dengan nilai r yang diperoleh yaitu 0,776. 2. Koefisien korelasi antara jumlah kelahiran Y dengan akseptor KB X 2 . r yx2 = { } { } 2 2 2 2 2 2 2 1 2 Y Y n X X n Y X Y X n ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ = { } { } 2 2 44.970 108.521.02 21 214.037 147 2.490.006. 21 970 . 44 214.037 7 505.023.28 21 − − − = 0,760 Nilai yang positif menandakan hubungan yang searah antara jumlah kelahiran dengan jumlah akseptor KB. Artinya penambahan jumlah kelahiran akan meningkatkan jumlah akseptor KB, dan sebaliknya penurunan jumlah kelahiran akan menurunkan jumlah akseptor KB. Hubungan antara jumlah kelahiran dengan jumlah akseptor KB tergolong cukup kuat, ini ditandai dengan nilai r yang diperoleh yaitu 0,760. 3. Koefisien korelasi antara jumlah kelahiran Y dengan jumlah posyandu X 3 . r yx3 = { } { } 2 2 2 3 2 3 3 1 3 Y Y n X X n Y X Y X n ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ Universitas Sumatera Utara = { } { } 2 2 44.970 108.521.02 21 1.406 104.176 21 970 . 44 1.406 3.246.837 21 − − − = 0,673 Nilai yang positif menandakan hubungan yang searah antara jumlah kelahiran dengan jumlah posyandu. Artinya penambahan jumlah kelahiran akan meningkatkan jumlah posyandu, dan sebaliknya penurunan jumlah kelahiran akan menurunkan jumlah posyandu. Hubungan antara jumlah kelahiran dengan jumlah posyandu tergolong cukup kuat, ini ditandai dengan nilai r yang diperoleh yaitu 0,673.

4.7 Perhitungan Korelasi Antar Variabel Bebas