lxii Menurut Edgar Dale yang dikutip oleh Nana Sudjana 2007: 76 pada gambar 1
pengalaman merupakan bagian dari sumber belajar. Sumber belajar dalam pengertian ini menjadi sangat luas maknanya, seluas hidup itu sendiri, karena
segala sesuatu yang dialami dianggap sebagai sumber belajar. Pembagian pengalaman belajar menurut Edgar Dale tersebut memberikan gambaran makna
dan stimulus kepada peserta didik untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi proses pembelajaran. Edgar Dale mencoba menunjukkan bahwa derajat
pengalaman diperlukan untuk membantu peserta didik memahami, mengingat dan menerapkan berbagai simbol yang abstrak. Pengalaman ini memudahkan kegiatan
belajar bila menggunakan materi yang terasa bermakna bagi peserta didik atau terkait dengan pengalaman yang didapatkannya. Disini Edgar Dale menekankan
bahwa peserta didik dapat mengambil manfaat dari berbagai pengalaman dalam suatu proses belajar yang ada relevansinya dengan materi melalui pengalaman
langsung direct purposefull experience.
b. Cagar Budaya sebagai Sumber Belajar
Sumber belajar dapat diklasifikasikan sesuai dengan rencana dan proses pembelajaran. Untuk kepentingan pengajaran bisa direncanakan ataupun langsung
observasi ke lapangan dengan melihat visualisasi dari keberadaan sumber belajar tersebut. Sudjana 2007: 80-81 menjelaskan bahwa pengertian sumber belajar
juga dapat berupa 1 sumber belajar tercetak 2 sumber belajar non cetak 3 sumber belajar yang berbentuk faslitas seperti perpustakaan, ruang belajar, studio,
lapangan olah raga; 4 sumber belajar sebagai kegiatan seperti wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi dan permainan; 5 sumber belajar berupa
lxiii lingkungan masyarakat seperti taman, terminal, pasar, toko, pabrik, museum dan
lingkungan situs atau cagar budaya. Sumber belajar sejarah yang lain juga dapat diperoleh melalui
perpustakaan, arsip serta bentuk fisik bangunan cagar budaya. Benda cagar budaya dan situs sebagai peninggalan sejarah masa lalu perlu dipelajari.
Mempelajari sejarah masa lalu bangsa dengan sungguh-sungguh dapat mendorong suatu proses pemahaman nilai. Dengan demikian perpustakaan, arsip, dokumen,
situs dan bentuk fisik dapat menjadi sumber belajar yang mencerminkan catatan tertulis ataupun non tertulis tentang cerita peninggalan sejarah. Jadi sumber
belajar mengandung pengertian luas sebagai sesuatu proses dari segala daya upaya yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan kemudahan kepada seseorang dalam
proses belajar mengajar yang baik dan berlangsung seumur hidup Munir, 2008: 131.
Berbicara tentang keberadaan cagar budaya tentunya juga membahas tentang peninggalan sejarah. Uka Tjandrasasmita 1980: 101 menjelaskan bahwa
cagar budaya memiliki fungsi sebagai 1 alat atau media yang mencerminkan cipta, rasa dan karya leluhur bangsa, yang unsur-unsur kepribadiannya dapat
dijadikan suri tauladan bangsa, kini dan mendatang dalam rangka membina dan mengembangkan kebudayaan nasionalnya berlandaskan Pancasila; 2 alat atau
media yang memberikan insipirasi, aspirasi atau akselerasi dalam pembangunan bangsa baik material maupun spiritual, sehingga tercapai keharmonisan diantara
keduanya; 3 obyek ilmu pengetahuan di bidang sejarah dan kepurbakalaan pada khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya; 4 alat pendidikan visual
kesejarahan dan kepurbakalaan serta kebudayaan bagi peserta didik.
lxiv Dengan meningkatnya pemahaman tentang arti dan fungsi cagar budaya
sebagai sumber belajar dapat menimbulkan kesadaran sejarah sehingga peserta didik dapat berfikir kritis, inovatif, kreatif dan reflektif. Sumber belajar berbentuk
cagar budaya memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan terutama dalam proses pemahaman nilai sejarah. Pemahaman nilai sejarah dari benda cagar
budaya mendorong peserta didik mampu menyeleksi, menerima pengaruh dan perubahan sebagai suatu proses refleksi pengetahuan yang telah terbentuk didalam
dirinya untuk menentukan sikap dan perilaku pelestarian benda cagar budaya.
B. Penelitian Yang Relevan
Cagar budaya merupakan salah satu bentuk peninggalan sejarah yang perlu dilestarikan dan dapat digunakan sebagai sumber belajar. Keberadaan cagar
budaya ini menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji sebagai suatu bentuk proses pembelajaran dan pemahaman dari peristiwa sejarah. Ada beberapa penelitian
yang telah dilakukan terkait dengan pemanfaatan cagar budaya sebagai media pembelajaran sejarah diantaranya adalah :
1. ”Inventarisasi dan Dokumentasi Benda Cagar Budaya di Kota Surabaya: Gedung RS Mardi Santoso RS Griya Husada Surabaya oleh Bappeko
Surabaya Tahun Anggaran 2001”. Bappeko berusaha menyelamatkan keberadaan Rumah Sakit Mardi Santoso dari eksekusi investor untuk dibangun
bangunan modern yang komersial. Penelitian ini menunjukkan bahwa RS Mardi Santoso menjadi salah satu aset cagar budaya yang perlu dilestarikan
karena telah memiliki nilai perjuangan dalam peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Hasil rekomendasi dari penelitian ini menunjukkan upaya Bappeko