Penelitian Yang Relevan CAGAR BUDAYA SURABAYA KOTA PAHLAWAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR (Studi Kasus Mahasiswa Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial di Universitas Negeri Surabaya)

lxiv Dengan meningkatnya pemahaman tentang arti dan fungsi cagar budaya sebagai sumber belajar dapat menimbulkan kesadaran sejarah sehingga peserta didik dapat berfikir kritis, inovatif, kreatif dan reflektif. Sumber belajar berbentuk cagar budaya memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan terutama dalam proses pemahaman nilai sejarah. Pemahaman nilai sejarah dari benda cagar budaya mendorong peserta didik mampu menyeleksi, menerima pengaruh dan perubahan sebagai suatu proses refleksi pengetahuan yang telah terbentuk didalam dirinya untuk menentukan sikap dan perilaku pelestarian benda cagar budaya.

B. Penelitian Yang Relevan

Cagar budaya merupakan salah satu bentuk peninggalan sejarah yang perlu dilestarikan dan dapat digunakan sebagai sumber belajar. Keberadaan cagar budaya ini menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji sebagai suatu bentuk proses pembelajaran dan pemahaman dari peristiwa sejarah. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait dengan pemanfaatan cagar budaya sebagai media pembelajaran sejarah diantaranya adalah : 1. ”Inventarisasi dan Dokumentasi Benda Cagar Budaya di Kota Surabaya: Gedung RS Mardi Santoso RS Griya Husada Surabaya oleh Bappeko Surabaya Tahun Anggaran 2001”. Bappeko berusaha menyelamatkan keberadaan Rumah Sakit Mardi Santoso dari eksekusi investor untuk dibangun bangunan modern yang komersial. Penelitian ini menunjukkan bahwa RS Mardi Santoso menjadi salah satu aset cagar budaya yang perlu dilestarikan karena telah memiliki nilai perjuangan dalam peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Hasil rekomendasi dari penelitian ini menunjukkan upaya Bappeko lxv mempertahankan salah bagian identitas kota Surabaya sebagai kota bersejarah dari proses pemekaran tata kota yang banyak mengalih fungsikan beberapa bangunan tua menjadi bangunan modern yang komersial. 2. ”Fungsionalisasi benda cagar budaya sebagai sumber belajar dan peningkatan kesadaran sejarah bangsa siswa Sekolah Menengah Umum Kabupaten Boyolali” karya Neneng Dewi Setyowati. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa 1 masih banyak guru sejarah yang belum memanfaatkan cagar budaya sebagai sumber sejarah; 2 metode pembelajaran sejarah masih bersifat klasikal dengan menggunakan metode ceramah; dan 3 upaya pemerintah daerah belum maksimal dalam mengelola benda-benda cagar budaya yang dapat dimanfaatkan sebagai rekreasi atau sumber belajar. 3. ”Kontribusi minat belajar dan pemahaman sejarah Indonesia terhadap sikap melestarikan benda cagar budaya pada mahasiswa jurusan sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta” karya Mieke Imbar. Penelitiannya menyimpulkan bahwa 1 kurangnya minat belajar mahasiswa ternyata berpengaruh terhadap tingkat pemahaman sejarah; 2 pemahaman sejarah menjadi lebih bermakna setelah mahasiswa mengetahui benda cagar budaya dan situs sehingga tumbuh kesadaran untuk melestarikannya. Ketiga penelitian tersebut menyadari akan arti penting benda cagar budaya dalam berbagai bidang, tetapi belum banyak kepedulian yang besar dari pihak terkait. Dalam hal ini pemerintah, departemeninstitusi dan dunia pendidikan perlu untuk merancang sikap pelestarian untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya. Penelitian berusaha mengupas benda cagar budaya sebagai sumber belajar yang memiliki fungsi, nilai dan manfaat bagi peserta didikmahasiswa. lxvi Keberadaan cagar budaya sebagai sumber belajar dalam mendukung pemahaman sejarah menjadi lebih bermakna setelah mahasiswa mengetahui kondisi riil benda cagar budaya dan situs sehingga tumbuh kesadaran untuk melestarikan dan memahami bahwa benda cagar budaya dapat mendukung identitas suatu kota.

C. Kerangka Berpikir