Pendidikan Islam Peran Abuya KH. Abdurrahman Nawi Dalam Mengembangkan Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Al-Awwabin Depok

mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan” 85 Menurut Hasan Langgulung, “Tujuan pendidikan sama seperti tujuan hidup manusia, sebab pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya survival, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Manusia, dalam usahanya memelihara kelanjutan hidupnya mewariskan berbagai nilai budaya dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian masyarakatnya bisa hidup terus 86 . Menurut T atang, “Tujuan pendidikan adalah membangun karakter anak didik yang kuat menghadapi berbagai cobaan dalam kehidupan dan telaten, sabar, serta cerdas dalam memecahkan masalah yang dihadapi”. 87 Di dalam buku Pendidikan Karakter secara umum orang memahami bahwa tujuan pendidikan adalah mengarahkan manusia agar berdaya, berpengetahuan, cerdas, serta memiliki wawasan dan keterampilan agar siap menghadapi kehidupan dengan potensi-potensinya yang telah diasah dalam proses pendidikan. 88 Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang berpegang teguh pada pancasila dan agar membentuk peserta didik yang memiliki karekter yang baik.

3. Pengertian Pendidikan Islam

Dalam konteks Islam, pendidikan secara bahasa lughatan ada tiga kata yang digunakan. Ketiga kata tersebut, yaitu 1 “at-tarbiyah”, 2”al-ta‟lim”, dan 3 ”al-ta‟dib”. Ketiga kata tersebut memiliki makna yang saling berkaitan saling cocok untuk pemaknaan pendidikan dalam Islam. Ketiga kata itu mengandung makna yang amat dalam, menyangkut manusia dan 85 Hasbullah, op. cit., h. 11 86 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-husna, 1988, h. 305 87 Tatang, op. cit., h. 64 88 Fatchul Mu‟in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik Praktik, Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2011, h. 289 masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. 89 Pendidikan Islam menurut istilah dirumuskan oleh pakar pendidikan Islam, sesuai dengan perspektif masing-masing. Diantara rumusan tersebut adalah sebagai berikut : a. Haidar Putra Daulay: Pendidikan Islam adalah proses pembentukan manusia kearah yang dicita-citakan Islam. 90 b. Sri Minarti: Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang secara khas memiliki ciri Islami, berbeda dengan konsep pendidikan yang lain yang kajiannya lebih menfokuskan pada pemberdayaan umat berdasarkan Al- qur‟an dan hadis. 91 c. Arifin: Pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Oleh karena Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik duniawi maupun ukhrawi. 92 d. Sutrisno dan Muhyidin Albarobis: Pendidikan Islam adalah usaha sadar untuk membimbing manusia menjadi pribadi beriman yang kuat secara fisik, mental dan spiritual, serta cerdas, berakhlak mulia, dan memiliki keterampilan yang diperlukan bagi kebermanfaatan dirinya, masyarakatnya, dan lingkungannya. 93 Dikutip oleh Sri Minarti dari Sajjad Husain dan Syed Ali Asraf mendefinisikan pendidikan Islam sebagai pendidikan yang melatih perasaan murid-muridnya dengan cara-cara tertentu sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan terhadap segala jenis pengetahuan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sadar akan nilai etis Islam. 94 89 Ramayulis, op. cit., h. 33 90 Haidar Putra Daulay, op. cit., h. 3 91 Sri Minarti, loc. cit., h. 25 92 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994, h. 11 93 Sutrisno Muhyidin Albarobis, Pendidikan Islam Berbasis Problem Sosial, Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2012, h. 22 94 Sri Minarti, loc. cit., h. 26 Karekteristik pendidikan Islam dalam kenyataannya memperlihatkan bentuk implementasinya yang khas di Indonesia. Memiliki sejarah pertumbuhan dan perkembangannya yang panjang, dalam perkembangan terakhir, pendidikan Islam di Indonesia menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional. 95 Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang diberikan oleh seorang guru, ustad, maupun orang yang mumpuni dibidang agama Islam kepada seseorang maupun murid siswa yang berasaskan Al- qur‟an dan sunnah nabi Muhammad.

4. Tujuan Pendidikan Islam

Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani. Menumbuhsuburkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta. 96 Pendidikan Islam sebagai sebuah protes memiliki dua tujuan, yaitu tujuan akhir tujuan umum yang disebut sebagai tujuan primerdan tujuan antara tujuan khusus yang disebut tujuan sekunder. Tujuan akhir pendidikan Islam adalah penyerahan dan penghambaan diri secara total kepada Allah. Tujuan ini bersifat tetap dan berlaku umum, tanpa memerhatikan tempat, waktu, dan keadaan. Tujuan antara pendidikan Islam merupakan penjabaran tujuan akhir yang diperoleh melalui usaha ijtihad para pemikir pendidikan Islam, yang karenanya terikat oleh kondisi locus dan tempus. Tujuan antara harus mengandung perubahan-perubahan yang diharapkan subjek didik setelah melakukan proses pendidikan, baik yang bersifat individual, sosial, maupun profesional. tujuan antara ini perlu jelas keberadaannya sehingga pendidikan Islam dapat diukur keberhasilannya tahap demi tahap. Tujuan antara inilah 95 Said Aqiel Siradj, dkk., Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999, h. 191 96 Haidar Putra Daulay, op. cit., h. 65 yang biasanya dijabarkan dalam bentuk kurikulum atau program pendidikan. 97 Menurut Armai Arief, “Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mempersiapkan anak didik atau individu dan menumbuhkan segenap potensi yang ada, baik jasmani maupun rohani, dengan pertumbuhan yang terus menerus agar dapat hidup dan berpenghidupan sempurna, sehingga ia dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya dan umatnya” 98 . Menurut Arifin, “Tujuan akhir pendidikan Islam pada hakikatnya adalah realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi kesejahteraan umat manusia sebagai hamba Allah lahir dan batin, dunia dan akhirat”. 99 Menurut Sri Minarti, “Tujuan pendidikan Islam antara lain sebagai berikut”: a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah di muka bumi yang memakmurkan dan mengelola bumi sesuai dengan kehendak Tuhan. b. Mengarahkan manusia agar seluruh tugas kekhalifahannya dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah sehingga pelaksaannya terasa ringan. c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga tidak menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya. d. Membina dan mengarahkan potensi akal jasmaniah untuk mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya. e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 100 Sedangkan menurut Tatang, “Tujuan pendidikan Islam adalah mewujutkan : a. Insan akademi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah. 97 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam Menguatkan Epistimologi Islam dalam Pendidikan, Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2014, h. 89 98 Armai Arief, op. cit., h. 21 99 Arifin, op. cit., h. 40 100 Sri Minarti, loc. cit., h. 40 b. Insan kamil, yang berakhlakul karimah. c. Manusia yang berkpribadian. d. Manusia yang cerdas dalam mengkaji ilmu pengetahuan. e. Anak didik yang bermanfaat bagi kehidupan orang lain. f. Anak didik yang sehat jasmani dan rohani. g. Karakter anak didik yang menyebarkan ilmunya kepada sesama manusia. 101 Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang perilakunya didasari dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah, yaitu manusia dapat “merealisasikan idealitas Islam”, yang menghambakan sepenuhnya kepada Allah.

5. Dasar Pendidikan Islam

Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar dapat berdiri kokoh. Dasar suatu bangunan, yaitu fundamen yang menjadi landasan bangunan tersebut agar tegak dan kokoh berdiri. Demikian pula dasar pendidikan Islam, yaitu fundamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan Islam dapat tegak berdiri dan tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa ideologi yang muncul, baik di era sekarang maupun yang akan datang. 102 Dasar pendidikan Islam adalah identik dengan dasar ajaran Islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-q ur‟an dan Hadits. Kemudian dasar tadi dikembangkan dalam pemahaman para ulama dalam bentuk qiyas syar‟i, ijma‟ yang diakui, ijtihad dan tafsir yang benar dalam bentuk hasil pemikiran yang menyeluruh dan terpadu tentang jagat raya. Manusia, masyarakat dan bangsa, pengetahuan kemanusiaan dan akhlaq, dengan merujuk kepada kedua sumber asal Al- qur‟an dan Hadits sebagai sumber utama. 103 101 Tatang, op. cit., h. 65 102 Sri Minarti, op. cit., h. 41 103 Jalaluddin Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996, h. 37 Dikutip oleh Sutrisno Muhyiddin Albarobis dari Muhammad Shafiq ia mengatakan pendidikan Islam harus diarahkan menurut konsep tauhid. Hal ini mengingat pentinnya tauhid sebagai fondasi yang harus dibangun di atas ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang ditransfer kepada anak didik melalui proses pendidikan. 104 Bagi orang mukmin, standar nilai yang harus diacu tentu saja sengat jelas, yaitu wahyu. Apa yang diperintahkan oleh Allah pastilah baik dan yang dilarang- Nya tentulah buruk. Apa yang menurut Allah benar pastilah benar dan apa yang menurut-Nya salah tentulah salah. Di sinilah konsep tauhid memainkan perannya yang sangat sentral sebagai penyatu pandangan kaum mukminin. Oleh karena itu, pendidikan Islam mutlak harus dibangun diatas tauhid sebagai fondasinya. 105

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Rahmawati seorang mahasiswa jurusan Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010. Tentang “Sejarah Berdirinya dan Berkembangnya Pondok Pesantren Al-Awwabin Kota Depok Tahun 1962-2008 ”, Dia menyimpulkan bahwa pondok pesantren Al-Awwabin terletak pada satu kota tetapi berada di dua kecamatan yang berbeda yakni berada di Jl. Raya Sawangan No.21 Pancoran Mas Depok dan Jl. H. Sulaiman No. 12 Sawangan Depok, serta perkembangan yang dilakukan pondok pesantren Al-Awwabin diantaranya: bidang pendidikan, bidang dakwah, dan bidang sosial keagamaan. Persamaannya adalah tempat penelitian yang telah diteliti, namun penelitian ini lebih fokus membahas tentang seluk beluk sejarah Al-Awwabin dan kota Depok serta perkembangan pondok pesantren Al-Awwabin secara umum, sedangkan yang penulis teliti adalah tentang bagaimana peran Abuya sebagai pendiri dan pimpinan umum dalam mengembangkan pendidikan Islam di pesantren Al-Awwabin serta upaya apa saja yang beliau lakukan untuk memajukan pondok pesantren Al-Awwabin. 104 Sutrisno Muhyidin Albarobis, op. cit., h. 23 105 Ibid., h. 24 Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Darmuji seorang mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. Tentang “Peran KH. Abdurrahman Nawi dalam Pengembangan Dakwah di Kota Depok”. Persamaannya adalah tempat penelitian yang telah diteliti, namun penelitian ini lebih memfokuskan tentang pengembangan dakwah yang dilakukan oleh Abuya KH. Abdurrahman Nawi dalam ruang lingkup kota Depok serta beberapa peran Abuya dalam strategi dakwah khususnya di kota Depok. Namun yang penulis teliti tidak hanya segi dakwah yang telah dilakukan oleh Abuya KH. Abdurrahman Nawi, melainkan apa saja peran Abuya dalam memperkembangan pendidikan Islam serta ide dan gagasan apa saja yang telah beliau lakukan dalam memajukan pondok pesantren Al-Awwabin. 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu, dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian Adapun waktu penelitian yang dilakukan penulis adalah mulai tanggal 17 Juni 2016. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di pondok pesantren Al-Awwabin Depok dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. B. Metode Penelitian Dalam sebuah penelitian metode merupakan hal yang sangat penting, karena dengan metode yang baik dan benar akan memungkinkan tercapainya tujuan penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu metode yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penilaian, dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu 106 . Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang hasil penelitiannya disimpulkan secara deskripsi, agar dapat memudahkan penulis dalam memperoleh data dan menyimpulkan hasil data yang diperoleh di lapangan nanti. Penelitian kualitatif sendiri adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. 107 Dengan metode ini, penulis akan menggambarkan mengenai peran serta gagasan Abuya KH. Abdurrahman Nawi dalam mengembangkan pendidikan Islam di pondok pesantren Al-Awwabin. 106 Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta 2015, h. 63 107 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, h. 6

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring data penelitian. 108 Pada umumnya seseorang yang ingin memperoleh data, menggunakan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu : 1. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. 109 Observasi yaitu penulis melakukan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap objek yang dipandang dapat dijadikan sumber data. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi lapangan. Hasil pengamatan tersebut akan menjadi salah satu data untuk bahan rujukan yang selanjutnya akan dianalisis dalam penelitian. 2. Wawancara Wawancara adalah cara menjaring informasi atau data melalui interaksi verballisan. 110 Wawancara ini dilakukan dalam bentuk dialog langsung dengan informan baik itu tenaga pendidik, anak dari Abuya KH. Abdurrahman Nawi, tata usaha, maupun alumni yang telah menyelesaikan pendidikannya di Al-Awwabin. 3. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian adalah sumber informasi yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif. Dokumen itu dapat berbentuk teks tertulis, artefac, gambar maupun foto. Dokumen tertulis dapat pula berupa sejarah kehidupan life histories, biografi, karya tulis, dan cerita. Di samping itu ada juga material budaya, atau 108 Suwartono, Dasar-dasar Metodologi Peneltian, Yogyakarta: ANDI, 2014, h. 41 109 Pedoman Penulisan Skripsi, op. cit., h. 66 110 Suwartono, op. cit., h. 48 hasil karya seni yang merupakan sumber informasi dalam penelitian kualitatif. 111 Teknik dokumentasi menjadi salah satu teknik penunjang validnya suatu data penelitian, karena penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, maka penulis menggunakan ini sebagai pembantu dalam mengambil hasil kesimpulan dalam penelitian.

D. Teknik Pengelolaan Data

Setelah data-data terkumpul lengkap, berikutnya yang penulis lakukan adalah membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi, dan mengklarifikasi data-data yang relevan dan yang mendukung pokok bahasan, untuk selanjutnya penulis analisis, simpulkan dalam satu pembahasan utuh.

E. Teknik Analisis Data

Teknis analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini memakai tiga jalur kegiatan, yakni: 1. Reduksi Data Reduksi data menunjukan kepada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, pemisahan, pentransformasian data “mentah” yang terlihat dalam catatan tertulis lapangan writer-up field noters. Oleh karena itu reduksi data berlangsung selama kegiatan penelitian dilaksanakan. Ini berarti pula reproduksi data telah dilakukan sebelum pengumpulan data di lapangan, yaitu pada waktu penyusunan proposal, pada saat menentukan kerangka konsepsual, tempat, perumusan pertanyaan penelitian, dan pemilihan pendekatan dalam pengumpulan data. Juga dilakukan pada waktu pengumpulan data, seperti membuat kesimpulan, pengkodean, membuat tema, membuat cluster, membuat pemisahan dan menulis memo. Reduksi data dilanjutkan sesudah kerja lapangan, sampai laporan akhir penelitian lengkap dan selesai disusun. 112 111 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, Jakarta: Prenadamedia, 2014, h. 391 112 Pedoman Penulisan Skripsi, op. cit., h. 407