Peran Peran Abuya KH. Abdurrahman Nawi Dalam Mengembangkan Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Al-Awwabin Depok

2 sebagai penjaga dan pemelihara keberlangsungan Islam tradisional, dan 3 sebagai pusat reproduksi ulama. 29

B. Pesantren

1. Pengertian dan Tujuan Pesantren

Pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran anyang berarti tempat tinggal santri. 30 Istilah “santri” berasal dari bahasa sangsekerta “shastri”, artinya orang yang belajar kalimat suci dan indah. Para wali songo kemudian mengadopsi istilah tersebut sebagai “santri”. Salah pengucapan dalam hal ini biasa, misalnya, kata “syahadatayn” di jawa menjadi “sekaten” dan seterusnya. Jadi, “shastri” atau “santri” adalah orang yang belajar kalimat suci dan indah, yang menrut pandangan Wali Songo berarti kitab suci Al-q ur‟an dan Hadits. Kalimat-kalimat suci tersebut kemudian diajarkan, dipahami dan dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari. 31 Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari- hari. 32 Tujuan umum pesantren adalah membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat, dan negara. Adapun tujuan khusus pesantren ialah: a. Mendidik siswasantri anggota masyarakat untuk menjadi seorang muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang berpancasila; 29 Mujamil Qomar, op. cit., h. 26 30 Haidar, op. cit., h. 18 31 Tim Penulis Rumah Kitab, Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren, Jakarta: Renebook, 2014, h. ix 32 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996, h. 40 b. Mendidik siswasantri untuk menjadikan manusia muslim selaku kader- kader ulama dan mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta dalam mengamalkan sejarah Islam secara utuh dan dinamis; c. Mendidik siswasantri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan bertanggungjawab kepada pembangunan bangsa dan negara; d. Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan mikro keluarga dan regional pedesaanmasyarakat lingkungannya; e. Mendidik siswasantri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan mental-spiritual; f. Mendidik siswasantri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembangunan masyarakat bangsa. 33

2. Unsur-unsur Pesantren

Sebuah lembaga pendidikan dapat disebut sebagai pondok pesantren apabila di dalamnya terdapat sedikitnya lima unsur, yaitu: a. Kyai Kyai adalah tokoh sentral dalam suatu pesantren, maju mundurnya suatu pesantren di tentukan oleh wibawa dan karisma sang kyai. 34 Kyai adalah komponen paling penting yang amat menentukan keberhasilan pendidikan di pesantren. Kyai merupakan key person, kunci perkembangan lembaga yang bernama pondok pesantren. Ini terkait erat dengan keberadaan sang kyai yang umumnya adalah pendiri atau merupakan keturunan pendiri pesantren. Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan suatu pondok pesantren amat bergantung pada figur kyai makanya, tidak heran apabila fitur seorang kyai dijadikan salah satu pertimbangan dalam memilih pondok pesantren. Apalagi kalau dikaitkan dengan kedalaman ilmu, keberkahan, serta kemasyhuran sang kyai. 33 Ibid., h. 7 34 Haidar Putra Daulay, op. cit., h. 22 Maklum, kyai merupakan sosok yang dijadikan rujukan oleh para santri, tidak hanya dari kelebihan ilmu agamanya, tetapi juga dari tindakannya. Selain sebagai orang tua, para santri sering memandang sang kyai sebagai orang yang patut diteladani dan diikuti segala tindak tanduknya. Jelasnya, kyai tidak hanya dirujuk sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik yang dapat memberikan ketauladanan hidup dan kehidupan. 35 Kyai dalam pesantren merupakan figur sentral, otoritatif, dan pusat seluruh kebijakan dan perubahan. 36 Kemasyhuran, perkembangan dan kelangsungan hidup suatu pesantren banyak bergantung pada keahlian dan ke dalam ilmu, kharismatik, wibawa dan keterampilan kyai yang bersangkutan dalam mengelola pesantrennya. 37 Para kyainyai selalu memberikan wejangan kepada para santri sebagai calon pemimpin dan agen perubahan di masa depan, sehingga dalam jiwa mereka tertanam kesadaran untuk mempersiapkan diri menjalankan hal tersebut sekembalinya mereka di tengah-tengah masyarakat di kampung. Kepemimpinan yang dimaksudkan oleh pesantren bukanlah dalam makna jabatan formal dan politik, melainkan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya, di mana mereka harus memandu dan mencerahkan masyarakat menuju ke arah yang lebih baik. 38 b. Santri Santri merupakan sebutan bagi para siswa yang belajar mendalami agama di pesantren. Para santri tinggal di pondok yang menyerupai asrama. Mereka melakukan kegiatan sehari-hari seperti mencuci, memasak dan lain sebagainya di tempat tersebut. Walaupun ada juga 35 Mahmud, Model-model Pembelajaran di Pesantren, Ciputat: Media Nusantara, 2006, h. 6 36 Muhammad M. Basyuni, Revitalisasi Spirit Pesantren;Gagasan, Kiprah, dan Refleksi, Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2006, h. 35 37 Hasbullah, op. cit., h. 49 38 Tim Penulis Rumah Kitab, op. cit., h. xii santri yang bekerja, dan santri yang tidak menginap di pondok. 39 Santri ini dapat digolongkan kepada dua kelompok: 1 Santri mukim, yaitu santri yang berdatangan dari tempat-tempat yang jauh yang tidak memungkinkan dia untuk pulang kerumahnya, maka dia mondok tinggal di pesantren. Sebagai santri mukim mereka memiliki kewajiban-kewajiban tertentu. 2 Santri kalong, yaitu siswa-siswa yang berasal dari daerah sekitar yang memungkinkan mereka pulang ke tempat kediaman masing- masing. Santri kalong ini mengikuti pelajaran dengan cara pulang pergi antara rumahnya dengan pesantren. Yang membedakan antara pesantren besar dengan pesantren kecil biasanya terletak pada komposisi atau perbandingan antara kedua kelompok santri tersebut. Biasanya pesantren-pesantren besar mempunyai santri mukim yang lebih besar dibandingkan santri kalong, sedang pesantren yang tergolong kecil, mempunyai lebih banyak santri kalong. 40 c. Masjid Masjid diartikan secara harfiah adalah tempat sujud, karena di tempat ini setidak-tidaknya seorang muslim lima kali sehari semalam melaksanakan shalat. Fungsi masjid tidak saja untuk shalat, tetapi juga mempunyai fungsi lain seperti pendidikan dan lain sebagainya. Di zaman Rasulullah masjid berfungsi sebagai tempat ibadah dan urusan-urusan sosial kemasyarakatan serta pendidikan. 41 Di masa perkembangan awal Islam, masjid berfungsi juga sebagai institusi pendidikan. sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasul bersama sahabatnya ketika hijrah ke Madinah, yang dibangun pertama kali adalah masjid. Di tempat inilah para sahabat nabi tersebut 39 Nur Efendi, Menejemen Perubahan di Pondok Pesantren, Yogyakarta: Teras, 2014, h. 127 40 Hasbullah, loc. cit., h. 49 41 Haidar Putra Daulay, op. cit., h. 20 mencurahkan perhatiannya untuk mempelajari Islam lebih jauh bersama Rasulullah. 42 Tradisi yang dipraktekan Rasulullah ini terus dilestarikan oleh kalangan pondok pesantren. Para kyai selalu mengajar santri-santrinya di masjid atau mushalla. Mereka menganggap masjid atau mushalla sebagai tempat yang paling tepat untuk menanamkan nilai-nilai keislaman kepada para santri, terutama ketaatan dan kedisiplinan. Penanaman sifat disiplin kepada para santri dilakukan melalui kegiatan shalat jama‟ah setiap waktu di masjid atau mushalla, bangun pagi, serta yang lainnya. Oleh karena itu masjid dan mushalla merupakan bangunan yang pertama kali dibangun sebelum didirikan bangunan dan fasilitas lainnya. 43 d. PondokAsrama Kata pondok berarti kamar, gubuk, rumah kecil yang dalam bahasa Indonesia menekankan kesederhanaan bangunan. Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa pondok itu berasal dari bahasa Arab funduq yang berarti ruang tidur, wisma, atau motel sederhana. 44 Pada beberapa pesantren yang telah maju, asrama pesantren dibangun layaknya sebuah kompleks yang dikelilingi pagar pembatas. Ini dilakukan supaya proses keluar masuknya para santri bisa diawasi. Dalam komplek itu, biasanya terdapat batas pemisah yang jelas antara perumahan kyai dan keluarganya dengan asrama santri, baik putra maupun putri. Pertanyaan, kenapa harus ada asrama? Setidaknya ada empat alasan utama pesantren membangun pondok asrama untuk para santrinya, yaitu: pertama, ketertarikan santri untuk belajar kepada seorang kyai dikarenakan kemasyhuran atau kedalaman serta keluasan ilmunya yang mengharuskannya untuk meninggalkan kampung halamannya untuk menetap pada tempat yang selalu dekat dengan kyai; kedua, pondok pesantren umumnya tumbuh dan berkembang di daerah yang jauh dari 42 Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta: CRDS Press, 2005, h. 109 43 Mahmud, op. cit., h. 10 44 Nur Efendi, op. cit., h. 123