Waktu, dan Tempat Penelitian

3. Penarikan Kesimpulan Setelah data yang terkumpul direduksi dan selanjutnya disajikan, maka langkah yang terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan atau verifikasi. 114 Kegiatan utama ketiga dalam analisis data yaitu penarikan kesimpulanverifikasi. Sejak pengumpulan data, peneliti telah mencatat dan memberi makna sesuatu yang dilihat atau diwawancarainya. Memo dan memo telah ditulis, namun kesimpulan akhir masih jauh. Penelitian harus jujur dan menghindari bias subjektivitas dirinya. 115 114 Pedoman Penulisan Skripsi, op. cit., 71 115 Muri Yusuf, op. cit., h. 409 45

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Abuya KH. Abdurrahman Nawi

1. Biografi Abuya KH. Abdurrahman Nawi

Pada hari Rabu 08 Desember 1920 di Tebet Melayu Besar, lahir seorang bayi laki- laki dari pasangan H. Nawi bin Su‟iddan dengan „Aini binti Rudin. Anak kesembilan dari pasangan tersebut diberi nama Abdurrahman. Dia adalah salah satu dari tiga putra H. Nawi diantara 10 bersaudara. Tebet saat itu merupakan perkampungan masyarakat Betawi. Sebagaimana lazimnya masyarakat Betawi yang secara turun temurun fanatik memeluk Islam dan kuat menjalankan syariatnya, Abdurrahman tumbuh dalam lingkungan kampung Tebet yang juga sarat dengan nilai-nilai dan budaya keagamaan. Ada mushalla yang menjadi tempat berkumpul anak-anak untuk menjalankan shalat lima kali dalam sehari semalam. Di sana juga sering diadakan pengajian dan perayaan hari-hari besar Islam seperti ma ulid, isra‟ mi‟raj dan lain-lain. Dalam masyarakat pun acara-acara perkawinan, nujuh bulan kehamilan, kelahiran anak, kematian dan ngirim arwah selalu di isi dengan bacaan-bacaan barzanji, shalawat, tahlil, dan membaca Al-q ur‟an. Di samping itu, ada pula ceramah agama dari seorang guru atau ulama yang dihormati karena penguasaannya yang mumpuni terhadap ajaran-ajaran Islam. H. Nawi maupun istrinya „Aini bukan seorang tokoh agama bagi masyarakatnya,juga bukan keturunan dari ulama. Mereka hanyalah seorang yang taat beragama dan senang kepada ulama. Sehari-hari mereka dikenal sebagai pedagang nasi ulam di warung pedok. Pada waktu-waktu tertentu H. Nawi selalu menyempatkan diri untuk mengikuti pengajian yang diadakan oleh para ulama dan habib di kampung Melayu atau di kampung Kwitang. Di Tebet tak ada ulama besar atau habib yang mengadakan pengajian rutin dengan dihadiri oleh ratusan kaum muslimin dari berbagai kampung Jakarta dan