HASIL PENELITIAN Pengujian Hipotesis Penelitian

51

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan di SMP Paramarta Jombang. Selama penelitian diberikan sebanyak 8 kali pertemuan. Pada penelitian ini penulis menggunakan dua kelas sebagai sampel, sampel yang digunakan sebanyak 88 siswa. 44 siswa kelas eksperimen dan 44 siswa di kelas kontrol. Kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda, untuk kelas eksperimen diajarkan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe make a match sedangkan kontrol diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Setelah diberikan perlakuan siswa pada kedua kelas tersebutdiberikan tes akhir yang berupa angket. Setelah dilakukan uji coba dan dilakukan uji validitas, dari 40 butir pernyataan yang diujikan terdapat 11 butir pernyataan yang tidak valid sehingga didapat 29 butir pernyataan yang valid. 1. Motivasi Belajar Matematika Yang Diajarkan Dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Kelas Eksperimen Dari hasil data angket motivasi belajar kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe make a match diperoleh skor variabel motivasi belajar matematika yang terdiri dari 29 pernyataan yang valid. Skor minimum teoritik adalah 29 dan skor maksimum teoritiknya adalah 145. Secara keseluruhan diperoleh skor minimum 110 dan skor maksimumnya 132. Penyajian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 4 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen Skor Titik Tengah X Frekuensi Absolut Relatif 110 – 113 111,5 6 13,64 114 – 117 115,5 11 25 118 – 121 119,5 7 15,91 122 – 125 123,5 9 20,45 126 – 129 127,5 5 11,36 130 – 133 131,5 6 13,64 Jumlah 44 100 Berdasarkan data tabel distribusi di atas pada kelas eksperimen ada 45,45 siswa yang memiliki skor motivasi berada di atas rata-rata, 38,64 siswa yang memiliki skor motivasi di bawah rata-rata, dan 15,91 siswa yang memiliki skor motivasi tepat pada rata-rata. Tabel 5 Rekapitulasi Data Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelompok Ekperimen Statistik Kelompok Eksperimen Jumlah siswa 44 Rata-rata 120,77 Median 120,34 Modus 115,74 Nilai tertinggi 132 Nilai terendah 110 Varians 42,25 Simpangan baku 6,5 Dari distribusi frekuensi skor angket tes akhir motivasi kelompok eksperimen diatas dapat digambarkan dalam grafik histogram dan poligon berikut ini: Grafik 1 Histogram Dan Poligon Frekuensi Skor Motivasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen 6 11 7 9 5 8 4 3 2 1 109,5 113,5 117,5 121,5 125,5 129,5 10 133,5 2. Motivasi Belajar Matematika Yang Diajarkan Dengan Menggunakan Pembelajaran Konvensional Kelas Kontrol Dari hasil data angket motivasi belajar kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran konvensional diperoleh skor variabel motivasi belajar matematika yang terdiri dari 29 pernyataan yang valid. Skor minimum teoritik adalah 29 dan skor maksimum teoritiknya adalah 145. Secara keseluruhan diperoleh skor minimum 103 dan skor maksimumnya 124. Penyajian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: Tabel 6 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar Matematika Kelas Kontrol Skor Titik Tengah Frekuensi X Absolut Relatif 103 – 106 104,5 10 22,73 107 – 110 108,5 2 4,54 111 – 114 112,5 11 25 115 – 118 116,5 1 2,27 119 – 122 120,5 10 22,73 123 – 126 124,5 10 22,73 Jumlah 44 100 Berdasarkan data tabel distribusi di atas pada kelas eksperimen ada 22,73 siswa yang memiliki skor motivasi berada di atas rata-rata, 54,54 siswa yang memiliki skor motivasi di bawah rata-rata, dan 22,73 siswa yang memiliki skor motivasi tepat pada rata-rata. Tabel 7 Rekapitulasi Data Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelompok Kontrol Statistik Kelompok Kontrol Jumlah siswa 44 Rata-rata 115,14 Median 114,14 Modus 112,38 Nilai tertinggi 124 Nilai terendah 103 Varians 57,26 Simpangan baku 7,57 Dari distribusi frekuensi skor angket tes akhir motivasi kelompok kontrol diatas dapat digambarkan dalam grafik histogram dan poligon berikut ini: Grafik 2 Histogram Dan Poligon Frekuensi Skor Motivasi Belajar Matematika Kelas Kontrol 6 11 7 9 5 8 4 3 2 1 102,5 106,5 110,5 114,5 119,5 123,5 10 126,5 B. Pengujian Prasyarat Berdasarkan persyaratan analisis sebelum dilakukan pengujian perlu dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian. Uji persyaratan analisis yang dipenuhi adalah: 1. Uji normalitas a. Uji normalitas kelas eksperimen Uji normalitas yang dipakai adalah uji Liliefors. Dari hasil pengujian normalitas untuk kelas eksperimen diperoleh L hitung atau L o = 0,098. Dan dari tabel harga L tabel atau L t untuk n = 44 pada taraf signifikan α = 0,05 adalah 0,134, karena L o kurang dari atau sama dengan L t 0,098  0,134 maka dapat disimpulkan bahwa data berasal dari distribusi normal. b. Uji normalitas kelas kontrol Uji normalitas yang dipakai adalah uji Liliefors. Dari hasil pengujian normalitas untuk kelas eksperimen diperoleh L hitung atau L o = 0,129. Dan dari tabel harga L tabel atau L t untuk n = 44 pada taraf signifikan α = 0,05 adalah 0,134, karena L o kurang dari atau sama dengan L t 0,129  0,134 maka dapat disimpulkan bahwa data berasal dari distribusi normal. Untuk lebih jelasnya hasil dari uji normalitas antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada hasil tabel berikut: Tabel 8 Hasil uji normalitas tes akhir kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol N 44 44 X 120,52 114,77 S 6,5 7,57 Lo 0,098 0,129 L tab 0,134 0,134 Kesimpulan Data berdistribusi normal Data berdistribusi normal Karena L o pada kedua kelompok kurang dari atau sama dengan L t , maka dapat disimpulkan bahwa sampel dari data populasi pada kedua kelas berdistribusi normal. 2. Uji homogenitas Setelah kedua kelompok sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dapat dicari nilai homogenitasnya. Dalam penelitian ini nilai homogenitas didapat dengan menggunakan Uji F. Kriteria pengujian yang digunakan, yaitu kedua kelompok sampel dinyatakan homogen apabila F hit F tab diukur pada taraf signifikasi dan tingkat kepercayaan tertentu. Dari hasil perhitungan lampiran 14, diperoleh nilai varians kelas eksperimen adalah 42,25 dan varians kelas kontrol adalah 57,26. Sehingga didapat F hitung = 1,36 lampiran 14. Dengan taraf signifikan α = 0,05. Untuk dk pembilang = 43 dan dk penyebut = 43. Maka didapat F tabel = 1,67 lampiran 14. Karena F hitung F tabel 1,36 1,67, artinya H o diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok tersebut homogen. Tabel 9 Hasil Uji Homogenitas Posttest Statistik N Eksperimen 44 N Kontrol 44 Varians Eksperimen 42,25 Varians Kontrol 57,26 S 1 2 57,26 S 2 2 42,25 F hit 1,36 F tab 1,67 Kesimpulan Homogen Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas, maka dua kelompok data tes akhir adalah normal dan homogen. Dengan demikian uji perbedaan rata-rata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat menggunakan uji t. C. Pengujian Hipotesis Dan Pembahasan Perhitungan uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pembelajaran kooperatif tipe make a match didalam pembelajaran untuk mengetahui motivasi siswa belajar matematika. Berdasarkan hasil uji prasyarat, pengujian hipotesis dapat dilakukan setelah mengetahui uji normalitas dan homogenitas. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari rata-rata motivasi belajar matematika kelompok eksperimen X E sebesar 120,77 dan rata-rata kelompok kontrol X K sebesar 115,14. Varians dari kelompok eksperimen S E 2 adalah 42,25 dan varians dari kelompok kontrol S K 2 adalah 57,26. Jumlah siswa pada kelompok eksperimen adalah 44 dan kelompok kontrol adalah 44. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan uji-t dengan taraf signifikan sebesar 5 dan dk = n 1 + n 2 – 2, maka t hitung diperoleh 3,63 dan t tabel sebesar 1,66 lampiran 15. Sehingga t hitung t tabel 3,63 1,66, sehingga dapat disimpulkan bahwa H o ditolak dan H a diterima. Artinya rata-rata motivasi belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe make a match lebih besar dari siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe make a match pada kelompok eksperimen dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar. Hal ini dibuktikan dari hasil posttest yang lebih tinggi dari kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol dan hasil uji –t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata motivasi belajar matematika yang terjadi pada kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam pembelajaran matematika lebih berpengaruh dari pembelajaran yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dari hasil pengamatan pertemuan pertama siswa masih belum terbiasa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan tipe make a match, kemudian pada pertemuan kedua siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran tipe make a match. Pertemuan ketiga sampai pertemuan terakhir siswa semakin bersemangat dan termotivasi dalam pembelajaran dengan tipe make a match. Pada pertemuan ketiga sampai pertemuan terakhir siswa mulai saling bergantungan positif, bertanggung jawab atas jawaban atau soal. Kemudian siswa juga memiliki komunikasi yang baik antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Hal ini sejalan dengan adanya lima unsur dalam pembelajaran kooperatif, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Dengan melakukan pembelajaran kooperatif tipe make a match siswa termotivasi untuk belajar matematika. Dari hasil uji perhitungan statistik dan teori yang ada, disimpulkan bahwa motivasi belajar matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe make a match lebih tinggi dari motivasi belajar yang menggunakan pembelajaran konvensional. D. Keterbatasan Penelitian Penulis menyadari bahwa berbagai upaya telah dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal, namun tidak sepenuhnya dapat sempurna. Karena penelitian ini masih mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu: 1. Penelitian ini hanya ditujukan pada mata pelajaran matematika pada pokok bahasan Fungsi, sehingga belum dapat dilihat hasilnya pada pokok bahasan matematika yang lainnya. 2. Alokasi waktu yang kurang sehingga diperlukan persiapan dan pengaturan kelas yang baik. 3. Masih terdapat siswa yang keaktifan dan partisipasi yang belum maksimal, hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang dilakukan saat itu. 4. Pengontrolan variabel dalam penelitian ini yang dapat diukur adalah motivasi belajar matematika saja, sedangkan aspek lain tidak dikontrol. 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

Penerapan Metode Pembelajaran make a Match Card dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata pelajaran Fiqh di MTs. Nasyatulkhair Depok

0 6 150

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap Prestasi Belajar Sosiologi dalam Pokok Bahasan Pengendalian Sosial

0 26 151

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TIPE MAKE A Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan Metode Kooperatif Tipe Make A Match (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIII SMPN egeri

0 4 16

Article Text 2901 1 10 20170811

0 0 5

TAPPDF.COM PDF DOWNLOAD PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH ... 1 PB

0 0 13

BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MATERI LINGKARAN KELAS VIII SMPN 1 SUMB

0 1 8