14 dengan stakeholders; 3 Peningkatan kuantitas, kualitas, dan efektivitas interaksi
antara BPTP dengan: a kelembagaan penyuluhan pertanian, b kelembagaan tani, c pengambil kebijakan, pelaku utama dan pelaku usaha.
1.2. Dasar Pertimbangan
Salah satu faktor yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan petani-peternak
adalah melalui
penyelenggaraan penyuluhan
pertanian. Penyuluhan pertanian merupakan suatu pendidikan non-formal yang ditujukan
kepada petani-peternak dan keluarganya untuk meningkatkan pengetahuannya di sektor pertanian. Keberhasilan penyelenggaraan penyuluhan pertanian sangat
ditentukan oleh materi pendukung, seperti media penyuluhan pertanian dalam berbagai bentuk dan sesuai dengan kebutuhan. Media penyuluhan pertanian
dalam berbagai bentuk dan sesuai dengan sasaran yang ingin dituju, mutlak diperlukan karena tingkat kemampuan maupun tingkat pendidikan petani-
peternak berbeda.
Penyebarluasan informasi
dalam penyuluhan
pertanian mencakup penyebaran informasi yang berlangsung antar penentu kebijakan,
antar peneliti, antar penyuluh, antar petani maupun antar pihak-pihak yang berkedudukan
setingkat dalam proses pembangunan
pertanian sehingga
peningkatan produksi, pertambahan pendapatan keuntungan. Dari
evaluasi pelaksanaan
diseminasi dipandang
perlu untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan diseminasi sehingga lebih berdaya guna dan memenuhi pemecahan masalah yang dihadapi oleh petani sesuai
dengan perkembangan pembangunan. Mengingat masih banyaknya hasil litkaji yang belum diadopsi oleh petani karena kurangnya informasi teknologi yang
diterima, maka diperlukan kegiatan percepatan adopsi inovasi oleh BPTP Bengkulu.
1.3. Tujuan
1. Meningkatkan sinergi program BPTP dengan dinas lingkup pertanian, Bakorluh, Bapeluh dan Perguruan tinggi.
2. Meningkatkan dan mempercepat hasil Litkaji yang diadopsi oleh pengguna dalam mendukung pembangunan pertanian.
15
1.4. Keluaran yang Diharapkan
1. Peningkatan sinergi program BPTP dengan dinas lingkup pertanian, Bakorluh, Bapeluh dan Perguruan tinggi.
2. Peningkatan dan percepatan hasil Litkaji yang diadopsi oleh pengguna dalam mendukung pembangunan pertanian di Provinsi Bengkulu.
16
I I . TI NJAUAN PUSTAKA 2.1.
Kerangka Teoritis
Dalam konteks transfer teknologi, Badan Litbang Pertanian telah menggunakan berbagai media sebagai wahana promosi teknologi yang dihasilkan
baik itu diseminasi hasil-hasil litkaji kepada petani-peternak, pihak swasta dan pengguna lain perlu dilakukan melalui media yang tepat dan secara
berkelanjutan. Kegiatan diseminasi bukan sekedar penyebarluasan informasi dan teknologi pertanian, tetapi petani diharapkan mampu mengadopsi dan
menerapkan hasil litkaji tersebut dalam usaha pertanian, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Menurut Fauzia 2002, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dihasilkan BPTP akan bermanfaat apabila dapat menjangkau dan diterapkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan khalayak pengguna. Untuk itu,
BPTP memerlukan suatu sistem informasi dan komunikasi serta diseminasi yang efektif dan efisien agar khalayak penggunanya dapat memperoleh inf ormasi
teknologi yang dibutuhkannya dengan mudah dan relatif cepat. Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah
non formal, bagi petani dan keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik
better farming, berusahatani lebih menguntungkan better bussines, hidup lebih sejahtera better living, dan bermasyarakat lebih baik
better community
serta menjaga
kelestarian lingkungannya
better environment. Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau
teknik penyampaian materi penyuluhan oleh para penyuluh kepada para petani beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung, agar mereka
tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi teknologi baru. Sedangkan teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai keputusan-keputusan yang
dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam memilih serta menata simbul dan isi pesan menentukan pilihan cara dan frekuensi penyampaian pesan serta
menentukan bentuk penyajian pesan. Mardikanto 1999 menyatakan bahwa meruj uk pada pemahaman
penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran, maka prinsip-prinsip dalam penyuluhan pertanian sebagai berikut:
17 1. Mengerjakan; artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin
melibatkan masyarakat untuk menerapkan sesuatu. 2. Akibat; artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang memberi
pengaruh baik. 3. Asosiasi; artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan kegiatan
lainnya. Misalnya apabila seorang petani berjalan di sawahnya kemudian melihat tanaman padinya terserang hama, maka ia akan berupaya melakukan
tindakan pengendalian. Lebih
lanjut Dahama
dan Bhatnagar
dalam Mardikanto
1999 mengemukakan bahwa yang mencakup prinsip-prinsip penyuluhan pertanian :
1. Minat dan kebutuhan; artinya penyuluhan akan efektif j ika selalu
mengacukepada minat dan kebutuhan masyarakat, utamanya masyarakat tani.
2. Organisasi masyarakat bawah; artinya penyuluhan akan efektif jika mampu
melibatkan organisasi masyarakat bawah dari setiap keluarga petani. 3.
Keraguan budaya; artinya penyuluhan harus memperhatikan adanya keragaman budaya.
4. Perubahan budaya; artinya setiap penyuluhan akan mengakibatkan
perubahan budaya. 5.
Kerjasama dan partisipasi; artinya penyuluhan hanya akan efektif jika menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam
melaksanakan program-program penyuluhan yang telah dicanangkan. 6.
Demokrasi dalam penerapan ilmu; artinya dalam penyuluhan harus selalumemberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menawar setiap
alternatif. 7.
Belajar sambil bekerja; artinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian harusdiupayakan agar masyarakat dapat belajar sambil berbuat, atau belajar
daripengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan. 8.
Penggunaan metode
yang sesuai;
artinya penyuluhan
harus dilakukandengan penerapan metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi
lingkungan fisik, kemampuan ekonomi, dan nilai sosial budaya. 9.
Kepemimpinan; artinya penyuluh tidak melakukan kegiatan yang hanya bertujuan untuk kepuasan sendiri, tetapi harus mampu mengembangkan
kepemimpinan.
18 10. Spesialis yang terlatih; artinya penyuluh harus benar-benar orang yang telah
mengikuti latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh
11. Segenap keluarga; artinya penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai satu kesatuan dari unit sosial.
Model diseminasi yang dikembangkan Badan Litbang Pertanian adalah melalui berbagai channel Gambar.1
Gambar 1. Spektrum Diseminasi Multi Channel SDMC.
Sumber: Badan Litbang Pertanian 2011
Falsafah di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran bagi petani haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana aplikatif, dan
partisipatif dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing
secara partisipatif merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu
melaksanakan, mengevaluasi membuat penilaian menemukan, menentukan pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Melaui cara
ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat berperan seperti halnya seorang peneliti dan penyuluh.
19
2.2. Penelitian Terdahulu