19
2.2. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Rogers dan Beal 1960 dalam Badri.M 2008 berkaitan
dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut: 1 saluran komunikasi massa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan
saluran antar pribadi interpersonal relatif lebih penting pada tahap persuasi;
2 saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi; 3 saluran media masa relatif lebih
penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal early
adopter dibandingkan dengan adopter akhir late adopter; dan 4 saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran lokal bagi bagi
adopter awal early adopter dibandingkan dengan adopter akhir late adopter.
Hasil pengkajian Astuti dan Ruswendi 2013 tentang Berbagai Metode Diseminasi Teknologi Jeruk Rimo Gerga Lebong RGL di Kabupaten Lebong
Provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengembangkan agribisnis jeruk di Kabupaten Lebong, petani
membutuhkan media informasi berupa film pertanian, klinik tani TVRI , siaran pedesaan, pertemuan kelompok, dan koran. Sedangkan petugas penyuluh
lapangan membutuhkan media berupa buku saku, berita TV, berita radio, kursus pelatihan, anjangsana, demonstrasi, pertemuan kelompok, temu lapang
temu teknis, dan gelar teknologi. Persepsi petani terhadap pengembangan jeruk menunjukkan 64,29 petani memiliki persepsi yang baik, dan 35,71 petani
memiliki persepsi yang kurang baik. Media cetak lebih efektif digunakan dalam proses diseminasi teknologi usahatani jeruk RGL dibandingkan dengan media
audiovisual. Hasil kajian efektifitas metode diseminasi Jeruk di Kabupaten Lebong
disimpulkan bahwa Media cetak leaflet, liptan, buku saku lebih efektif digunakan dalam proses diseminasi teknologi usahatani jeruk RGL dibandingkan
dengan media audiovisual film dan presentasi. Secara statistik penggunaan media cetak dapat meningkatkan tingkat pengetahuan petani; sedangkan Temu
Lapang dapat meningkatkan pengetahuan petani sebesar 74,19 , sedangkan pelatihan teknologi meningkatkan ketrampilan petani sebesar 40 Astuti, dkk.
2013
20 Hasil pengkajian Wijianto, A 2008 tentang Hubungan Antara Peran
Penyuluh dengan Partisipasi Anggota dalam Kegiatan Kelompok Tani di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa Ada hubungan
yang signifikan antara peranan penyuluh dengan partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok tani. Hal ini berarti setiap kenaikan nilai pada variabel
peranan penyuluh akan diikuti oleh kenaikan nilai pada variabel partisipasi anggota.
Demikian juga sebaliknya, setiap penurunan nilai pada variabel peranan penyuluh akan diikuti oleh menurunnya nilai pada variabel partisipasi
anggota dalam kegiatan kelompok tani. Risna, dkk 2012 dalam pengkajiannya tentang Peran Penyuluh
Pertanian Terhadap Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi Berdasarkan Kelas Kemampuan Kelompok Tani di Kecamatan Labuan Amas
Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah menyimpulkan bahwa permasalahan dalam peran penyuluhan pertanian yaitu belum melaksanakan peran sebagai
supervisi, pemantauan, dan evaluasi terhadap pengendalian hama terpadu pada kelompok tani.
Pengkajian oleh Abdullah, A 2008 mengenai Peranan Penyuluhan dan Kelompok Tani Ternak untuk Meningkatkan Adopsi Teknologi dalam Peternakan
Sapi Potong menunjukkan bahwa penyuluhan sangat memiliki
peranan penting dalam pengembangan peternakan khususnya
dalam penguatan kelompok tani dan peningkatan proses adopsi teknologi peternakan kepada
peternak. Keberhasilan penyuluhan sangat ditentukan oleh model penyuluhan
yang sesuai dengan kebutuhan peternak, yaitu ketepatan materi, metode dan media yang digunakan.
21
I I I . PROSEDUR
3.1. Pendekatan